Halaman

Sabtu, 08 Desember 2007

LINGERIES

Sekarang ini, televisi adalah pendidik utama di masyarakat. Memang, karena setiap saat televisi akan mengkampanyekan segala sesuatu langsung ke ruang keluarga setiap rumah di negara ini. Hampir 24 jam sehari kita dididik oleh televisi. Wow, fantastik ya.

Ya memang hebat si televisi ini. Langsung masuk ke setiap ruang paling pribadi di setiap rumah tangga untuk menyebarkan pengaruhnya. Karena memang dikemas menarik dan berulang-ulang, tentu saja sangat cepat dan melekat kuat pada pemirsanya.

Sedihnya, pengaruh yang disebarkan banyak yang tidak sesuai dengan misi pembentukan generasi bangsa agar menjadi bangsa besar seperti cita-cita pahlawan kita dulu saat memperjuangkan kemerdekaan.

Kali ini saya menyoroti masalah pakaian. Negara kita negara yang beragama. Memang mayoritas Islam, tetapi tidak harus pakaian muslim. Negara kita multi culture, kenapa tidak mengkampanyekan pakaian daerah yang ada di seluruh Indonesia? Ada batik, kebaya, baju bodo, baju encim, songket Palembang, dll. Sangaaat beragam dan cenderung “sopan” dan mendidik. Ya, tidak seperti yang sekarang justru banyak dipakai oleh orang yang sering tampil di televisi, baju yang lebih tepat dipakai untuk tidur di kamar pribadi karena sangat mirip “lingerie”.

Menurut saya, lebih banyak kerugian baik moral maupun materi yang disebabkan oleh kampanye lingerie. Secara moral, sudah bergeser arti kesopanan dan rasa malu bangsa Indonesia. Ya, dulu memakai pakaian seperti itu di depan umum akan dianggap tidak sopan dan pemakainyapun akan malu. Sekarang, kadang malah dipuji karena dianggap modern, seksi, cantik, dan bangga! Kelihatannya “Cuma” pakaian, tetapi dampaknya sangat banyak kalau mau ditelusuri. Tetapi, karena sudah begitu mewabah, akan buang-buang waktu, energi, dan biaya jika harus mencari dan memperdebatkan akibatnya. Belum lagi sikap perlawanan yang akan timbul dari para pendukungnya.

Secara materi, jelas sangat merugikan. Ya, karena akhirnya kita beramai-ramai mengeluarkan devisa untuk impor barang karena memang tren ini bukan berasal dari Indonesia. Dan, bangsa kita memang sudah sedemikian “minder”, tidak ada kebanggaan menggunakan produksi bangsa sendiri sehingga mereka akan bangga jika barang yang mereka gunakan barang impor. Walah, padahal itu produk kita yang mereka kirim balik.

Bayangkan jika kita kampanyekan pakaian bangsa kita sendiri. Wow, tentu akan sangat maju perekonomian kita karena produk kita akan banyak diserap pasar. Belum lagi efeknya secara moril. Kita akan kembali bangga dengan diri kita, bangsa kita, kekayaan kita, keragaman budaya kita, dan bahkan akan sangat menarik bangsa lain untuk mengunjungi negara kita karena penduduknya berpakaian sehari-hari sangat indah dan beragam, dan bahkan akan membeli produk kita sebagai buah tangan saat kembali ke negaranya. Karena sudah dipakai sehari-hari dan dikenal oleh seluruh nrgara di dunia, maka tentu tidak akan terjadi “pencurian” aset budaya kita oleh negara lain manapun.

Tidak ada komentar: