Halaman

Selasa, 28 Desember 2010

PULANG TENTUNYA SENANG

Teman, kenalan, saudara, satu persatu pergi meninggalkan dunia ini. Kecelakaan, penyakit, bahkan yang sehat segar pun bisa tiba-tiba meninggal dunia.

Sambil merenung dan introspeksi diri, aku berdua pacarku berdiskusi tentang hal itu.

"Kira-kira, meninggal itu senang, sedih, takut, atau apa ya rasanya?" aku penasaran.

'Kalau cukup bekal, mestinya senang.' jawab pacarku bijak.

"Iya juga ya. Kan kalau kita pulang ke orangtua aja seneng, karena kita yakin orangtua sayang kita. Senakal apapun kita, orangtua akan menyambut kepulangan kita dengan tangan terbuka. Apalagi ini pulangnya ke Allah, dzat yg Maha Penyayang yang sangat menyayangi kita (GeEr banget). Tapi Mas........... emangnya kalau gak cukup bekal gak seneng?" biasa, aku suka ingin tahu banget sedikit ngeyel (hehehe...........).

'Kan kalau di dunia perbuatannya jelek ya gak seneng pulangnya bakal dimarahiNya.' demikian pacarku tercinta menjelaskan dengan arifnya.

"Hmmm........... kayaknya gak gitu deh (makin ngeyel). Biar kata dimarahi, kalau pulang ke haribaanNya, yang sangat mengasihi kita, mestinya tetep aja seneng. Mungkin itu juga kenapa jenazah harus disegerakan. Paling kalau kita banyak salah, kita nakal, maka sampai 'rumah' akan dimarahiNya, dihukumNya, tapi tetep disayang dan nanti setelah hukuman selesai akan kembali disayang-sayangNya, malah mungkin aja dikasih hadiah. Iya gak sih?" aku memang suka ngotot kalau punya pendapat. Hehehe......untung pacarku suka dengan kegigihanku mempertahankan pendapatku itu. Yang sering banget gak 'biasa' di mata orang banyak.

Hahaha.............diskusi iseng kami berdua yang membuat kami kembali introspeksi dan berusaha menjadi lebih baik, saling menguatkan cinta kami, menjaga cinta agar makin indah mekar di rumah kami. Agar kami nanti saat pulang mempunyai bekal cukup yang Dia suka untuk menghadapNya. Sehingga kepulangan kami benar-benar saat yang menyenangkan, karena akan segera bertemu dengan yang sangat mengasihi kami, yang sangat mengerti kekurangan dan kesalahan kami.

Yang Maha Rahiim.............

Allahu Akbar!!!

Selasa, 21 Desember 2010

SETIAP HARI ADALAH HARI IBU BAGIKU

Princessku memang berlian indahNya. Cantik, lucu, nggemesin, pinter, cerdik, meski kadang ngeselin. Rumah tanpa dia sepi rasanya. Tapi sekaligus, rumah akan sangat berantakan jika dia ada di rumah. Hhhhhhhhh............ semua anggota rumah ini geregetan sama dia. Usianya kini hampir 4 tahun. Rambut kriwil panjang, hidung mungil, pipi chubby, dan kerlingan mata isengnya semakin membuat mas-masnya gemes.

Segala hal bisa dia jadikan mainan. Buku bisa jadi laptop, botol minyak telon jadi mike, kaca jendela jadi cermin, kolong meja jadi tempat kemah, tembok jadi papan pamer hasil karyanya, boneka dan bantal serta guling dia jadikan pengikutnya jika dia ingin pidato, sekaligus bisa menjadi muridnya jika dia sedang ingin mengajarkan sesuatu. Dan masih banyak lagi kreatifitasnya yang kami rasa tanpa batas. Bahkan mama papa dan mas-masnya juga tidak luput menjadi bagian dari drama yang dia ciptakan, sehingga kamipun seringkali harus ikut peran yang dia sodorkan untuk kami mainkan. Selain juga kami yakin bahwa dia masih bisa merasa atau melihat 'sesuatu' yang kami tidak bisa melihatnya, membuatnya makin kaya akan imajinasi dan ragam permainan yang dia ciptakan sendiri.

Sekarang dia sudah bisa menulis dan berhitung. Selain kertas-kertas HVS milikku yang dia jadikan kanvas untuk banyak lukisan bagusnya, buku tulis untuk tulisan-tulisan cakar ayamnya, maka papan tulis kecil seharga Rp 35 rb yang aku beli di pasar tradisional ternyata sangat berarti baginya. Hampir tiap hari papan itu dia bawa ke mana-mana dengan mengepit di bawah lengan mungilnya untuk dia penuhi dengan tulisan, gambar, angka, dan hitungan bikinannya sendiri yang juga dia selesaikan sendiri.

2 + 2 = 4
5 + 3 = 8
7 + 6 = 14

Hitungan sederhana seperti itu sudah dia kuasai. Hehehe........agak lebay sih, maksudnya dia sudah bisa menghitungnya (dengan bantuan jari-jari kecilnya dan dia simpan sebagian di kepala cantiknya jika melebihi 10) maupun menuliskannya dan membacanya. Suatu hari dia menggambar gadis kecil di papan tulisnya. Di pipi gadis itu dia kasih titik-titik.

"Itu apanya Dek?" papanya penasaran bertanya.
"Itu jerawatnya Pa." Dengan tenang dia jawab.

Wow!! Papanya kaget banget. Dari mana dia tahu tentang jerawat? Di rumah ini tidak ada yang berjerawat. Kami juga tidak pernah membicarakan tentang jerawat. Pasti deh kepala cerdasnya itu sudah menyerap berbagai informasi dari mana saja.

Saat pidato?? Jangan salah. Sby bisa minder kalo denger Princessku pidato. Hahaha.......... dasar mamanya ya, kalo muji gak ketulungan kebangetannya. Maaf ya Pak.......

Hadist dan do'a serta surat Al Qur'an yang pendek-pendek sudah dia hafal. Namun...... lagi-lagi Princessku. Banyak banget akal-akalan dia untuk menciptakan berbagai hadist dan do'a baru sesuai keinginannya. Bacaan dan gerakan shalat sudah pula dia bisa kerjakan dengan lengkap. Namun tetep aja dia akan melakukan ide-ide lucu dengan membetulkan sikap dan posisiku jika aku shalat (karena saat belajar shalat dia juga aku betulkan ). Lalu jika dia menyanyi maka dia seenaknya merubah lyric lagu sesuai keinginannya namun dengan irama dan nada yang sama dengan lagu aslinya. Lagu Ibu Kita Kartini menjadi salah satu lagu favoritnya untuk dia rubah-rubah lyricnya.

Hahaha.............Ibu Kita Kartini dia rubah jadi namaku, nama papanya, besoknya lagi lyricnya sudah berubah sesuai kata hatinya. Kadang ada nama masnya, mamanya, atau papanya. menjadi sebuah lagu baru hasil ciptaannya sendiri sesuai keadaan perasaannya. Jika dia sedang kesal dengan salah satu dari kami, dijamin lagunya akan mencerminkannya. Alhamdulillah dia tidak pernah menggantinya dengan nama orang lain. Mungkin dia takut kena pasal perbuatan tidak menyenangkan atau pembunuhan karakter ya............. hahaha, who knows? Princessku juga sudah mengenal hukum. *lebaydotcom*

Lalu jika dipuji gigi indahnya, maka dengan cerdasnya dia akan bilang bahwa gigi itu bagus dan indah karena Allah ambil kalsium dariku mamanya saat hamil dia sehingga bikin giginya kuat, dan karena aku mamanya sudah ajak dia rajin menjaga kebersihan giginya dengan sikat gigi tiap hari. Juga aku mengajak dia ke Kidzania sehingga dia bisa jadi dokter gigi dan tahu bagaimana membersihkan gigi dengan benar.

Belum lagi jika memuji masakanku maka dengan indahnya dia bilang jika masakanku sangat enak dan unik karena dibumbui dengan bumbu ajaibku, CINTA. Gimana gak unik? Karena mamanya tidak bisa masak sehingga tidak ikut pakem yang ada alias ngawur.

Begitulah Princessku dan juga mas-masnya yang pandai membuatku melambung tinggi dengan segala pujiannya. Bagiku, Hari Ibu sudah aku rasakan setiap hari. Melalui sikap, polah tingkah, dan kicauan indah dari mulut berlian-berlian indahku dan Princess cantikku itu.

Memang, jiwa raga dan seluruh hidup rela diberikan seorang ibu untuk anak-anaknya

Jadi bijaksanalah wahai para ibu, dalam menempatkan skala prioritasmu
Agar tidak sia-sia pengorbananmu
Dalam mengemban amanah dalam hidupmu

Dan para ayah
Janganlah pongah
Merasa sudah cukup hebat dan gagah
Hanya dengan mencari nafkah
Boleh bebas bertingkah polah

Bersatulah semua, untuk menyiapkan generasi mendatang yang indah


SELAMAT HARI IBU

Minggu, 12 Desember 2010

MIMPIKU......MENCETAK BERLIAN BANGSA INDONESIA

Berlian Bangsa.
Mungkin orang mengira mimpiku adalah mendirikan sekolah, yang berarti sekolah Berlian Bangsa adalah mimpiku. Sebuah sekolah dengan gedung dan berbagai kelengkapannya.

SALAH. Ya, salah besar jika mereka mengira mimpiku adalah sebuah sekolah. Sama sekali bukan. Sekolah hanyalah salah satu caraku mencapai mimpiku, untuk mendidik semua anak Indonesia. Caraku memberi kesempatan kepada orang lain yang ingin bergabung, yang ingin anaknya menjadi bagian dari berlian. Namun.......... aku tidak sempat jika harus berhenti, menunggu, apalagi mundur ke belakang. Kalau mau, ayo ikut berjalan bahkan jika perlu berlari bersamaku. Karena memang waktu tidak bisa berhenti meski sebentar.

Tidak ada waktu untuk bergosip,
Tidak ada waktu untuk mengeluh,
Tidak ada waktu untuk bergunjing,
Tidak ada waktu untuk segala macam fitnah dan hal-hal negatif lainnya...
Dan jangan berharap sedetikpun aku luangkan waktu untuk itu

Jika ada yang menghalangi caraku ini, jika ada yang merusak salah satu alatku ini, maka aku tetap akan mencetak berlian bangsa dengan jutaan cara dan alat lain. Aku masih bisa didik anak-anak Indonesia. Belajar tidak mengenal batas waktu, tempat, usia, dan status sosial. Semua anak berhak belajar. Karena mimpiku adalah mencetak berlian-berlian bangsa Indonesia. Itu sudah aku mulai sejak sangat lama sekali. Dan akan terus aku lakukan selama-lamanya. Bahkan akan terus aku hidupkan semangat ini, meski setelah aku mati.

Aku tidak ingin menyia-nyiakan anugerahNya. Aku terlahir di surga, Indonesia. Maka aku harus mengembalikan Indonesia ini menjadi seperti semula.....surga. Dan berlian-berlian bangsa ini, seluruh anak-anak Indonesia akan kembali menjadi tuan rumah di negeri mereka sendiri........INDONESIA. Mereka tidak boleh lagi dijajah oleh siapapun. Anak Indonesia itu hebat, maka mereka harus tetap hebat dan semakin hebat. Semua anak Indonesia harus hebat.

Aku tidak akan menyalahkan siapapun. Aku tidak akan menyalahkan pemerintah. Aku tidak akan menyalahkan keadaan. Karena aku tidak bisa merubah siapapun, kecuali diri sendiri. Tugasku hanyalah mengusahakan, dan aku yakin Allah yang akan menggenapkannya.

Dan............duniaaaaa tunggu! Akan terlahir berlian-berlian indah dari bangsaku ini yang akan mengembalikan kejayaan bangsaku, INDONESIA..... Allah bersamamu!!

be prepareeee.................

Senin, 06 Desember 2010

FOKUS PENDIDIKAN, BUKAN MATERI

(Makasih Pak Aar, atas tulisan indahnya tentang HS ini. Saya tambah kurang ya...........sesuai keadaan sekitar saya)

*****

“You cannot teach a man anything. You can only help him discover it within himself.” (Galileo Galilei)

Ketika membicarakan tentang pendidikan, sebagian besar fokus kita terletak pada bagaimana proses mengajarkan materi belajar. Di sekolah pada umumnya, kita berbicara dan memfokuskan pembahasan pada guru dan cara mengajar. Pada metode dan program yang cenderung harus menganut suatu pendapat atau paham yang spektakuler atau ngetop. Pada sarana dan prasarana mewah dan hebat. Pada simbol-simbol yang terkadang hanya kamuflase belaka. (itu pendapat kuno donk....)

Sebelum memasukkan anak ke sebuah sekolah, berbagai pendapat disampaikan oleh orangtua dengan nada yang seolah mereka mengerti betul apa dan bagaimana pendidikan yang seharusnya. Bahwa mereka memasukkan anaknya karena alasan-alasan logis dan sangat bijak. Padahal, tidak jarang mereka memasukkan anak ke sebuah sekolah justru dikarenakan alasan-alasan dangkal. Mungkin karena anaknya tidak bisa diterima di sekolah lain, mungkin karena orangtuanya tidak mampu atau tidak mau membayar di sekolah lain yang biayanya lebih mahal, mungkin juga karena berbagai keterbatasan mereka sendiri. Atau bahkan jika hanya dikarenakan sebuah sekolah itu favorit, keren, terkenal, atau karena anaknya mempunyai nilai bagus secara akademis, itu tetaplah alasan dangkal.

Demikian juga dalam melaksanakan homeschooling, atau memilih memasukkan anaknya ke sebuah pengelola lembaga praktisi homeschooling. Para peminat belum tentu melakukannya dengan kesadaran penuh akan homeschooling. Untuk melakukan homeschooling sendiri mereka selalu bertanya bagaimana cara mengajar anak-anak. Mereka khawatir karena tidak bisa mengajarkan materi-materi sulit kepada anak. Karena mereka merasa tidak mempunyai kemampuan dan pendidikan yang cukup. untuk mengajarkan materi pelajaram kepada anak.

Seolah-olah, sentral dari pendidikan adalah mengajar dengan guru/orangtua sebagai pelaksananya. Dan memang begitulah pandangan konvensional tentang pendidikan yang menekankan pada proses transfer pengetahuan dari otoritas eksternal (guru/orangtua) kepada anak-anak.


*****


Orangtua yang menyekolahkan anaknya selalu berharap agar anaknya hebat seperti yang dia mau, lalu menyerahkan segalanya kepada sekolah tersebut. Dia lupa bahwa bagaimanapun juga sebagai orangtua tidak boleh menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak mereka kepada sekolah. Sebenarnya, sekolah hanyalah merupakan bagian kecil dari proses pembentukan anak. Bagian terbesarnya adalah peran orangtua mereka sendiri. Bahkan jika anak disekolahkan di sekolah yang berasrama atau istilah kerennya boarding school, atau ke sekolah yang sangat mahal, orangtua tetaplah tidak boleh dan memang tidak akan bisa menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada sekolah.

Belum lagi kondisi bahwa sekolah pada dasarnya hanya menerima anak yang sudah terdidik oleh orangtuanya yang sangat mungkin tidak kondusif, tidak siap untuk belajar. tidak siap untuk bersosialisasi dengan lingkungan barunya.......sekolah. Karena seringkali orangtua tidak memahami bagaimana mendidik anak. Mereka menyikapi pendidikan secara ekstreem: KERAS atau PERMISIVISSM. Orangtua yang keras akan merasa mendidik anak dengan DISIPLIN sementara orangtua yang mengedepankan permissivism merasa sudah menerapkan DEMOKRASI dan memberi kebebasan berekspresi kepada anak. Padahal keduanya bukanlah pola didik dan pola asuh yang benar. Dalam mendidik anak selalu ada pemikiran, analisa, dan berbagai pertimbangan yang bijak dan melihat berbagai aspek yang tidak sederhana untuk menerapkan pola asuh dan pola didik kepada tiap anak. Karena anak unik.


Jadi, sangatlah aneh jika orangtua menanyakan kepada sekolah: "Apakah sekolah bisa menjamin anaknya PASTI bisa jadi begini, bisa jadi begitu, sepinter ini, sepinter itu sesuai keinginan mereka??" Heiiii........... bangun Bu, Pak, tidak ada seorangpun yang bisa memberikan jaminan seperti itu. Apalagi ijka anak-anak tersebut mempunyai orangtua seperti anda yang berpikiran sesempit itu (hehehe..........yang ini motivasi aja biar gak ada lagi orangtua yang seperti itu cara berpikirnya).

Marilah para orangtua, didik dan asuh anak kita dengan baik. Karena mereka adalah titipan Allah yang menjadi tanggungjawab kita. Kita bisa menitipkan sebagian pendidikan anak kita pada sekolah manapun, namun sekolah hanyalah membantu. Bukan pemeran utama.

*****

Pandangan yang lebih modern justru menekankan bahwa proses pendidikan seharusnya lebih memfokuskan diri pada proses belajar yang dilakukan anak. Anak-anak bukanlah kertas kosong tanpa isi yang bebas dicorat-coret oleh orangtuanya, tetapi seorang individu yang juga memiliki potensi dan kehendak diri. Pendidikan bukan hanya berarti transfer pengetahuan, tetapi di dalam makna sejatinya adalah mengeluarkan potensi anak.


Mengutip tulisan Robert T. Kiyosaki, education dalam bahasa asalnya “educare” bermakna mengeluarkan. Jadi, pendidikan itu sejatinya bermakna mengeluarkan potensi-potensi yang diberikan Tuhan kepada seorang anak.


Dengan mengubah paradigma kita tentang pendidikan dari “mengisi kertas kosong” menjadi mengeluarkan potensi”, kita sebenarnya melakukan sebuah pergeseran penting. Perubahan yang kelihatannya sederhana itu sebenarnya fundamental.


Banyak hal yang akan berubah dari pergeseran itu, antara lain:

* fokus pendidikan bukan guru/orangtua, tetapi anak
* fokus kegiatan bukan mengajar, tetapi belajar
* fokus evaluasi bukan pada penguasaan materi, tetapi pada keluarnya potensi
* anak tak dipaksa menyesuaikan diri dengan kurikulum, tetapi kurikulum seharusnya ditujukan untuk melayani potensi anak. Jangan paksa anak agar memenuhi standart umum yang ditetapkan oleh para orang dewasa. Anak mempunyai potensi masing2.
* yang aktif bukan guru/orangtua, tapi anak
* arah kegiatan bukan top-down, tetapi bottom-up
* fungsi utama guru/orangtua bukan sebagai sumber ilmu, tetapi sebagai fasilitator
* dll

*****

Aku tidak tahu bagaimana gagasan seperti ini berinteraksi di dalam konteks sekolah yang pada saat ini fokus dan model dasarnya adalah “mengajar”. Tetapi dalam konteks homeschooling, pandangan yang seperti ini bukanlah hal yang baru. Pandangan yang seperti ini dan sangat membantu orangtua homeschooler menjalani proses pendidikan di rumah.


Dengan menggeser paradigma tentang pendidikan ini, maka proses homeschooling yang dijalani menjadi lebih mudah dijalankan, tanpa mengorbankan kualitas pendidikan. Beban psikologis tentang ketidakmampuan mengajar materi yang sulit bisa dieliminir karena fokus pendidikan lebih diarahkan untuk mengeluarkan potensi anak dan memfasilitasi anak menjadi pembelajar mandiri.

*****

Memilih sekolah biasa atau homesclooling, orangtua tetaplah harus berperan sebagai pendidik utama dalam mengembangkan potensi anak. Bukan membuat anak dijejali materi. Bukan menuntut pihak lain 'menyulap' anaknya agar menjadi seperti yang diharapkan oleh orangtuanya.

Syukurilah bagaimanapun keadaan anak. Usahakan dengan segenap kemampuan agar potensi anak berkembang optimal. Jangan menyalahkan siapapun jika gagal, karena orangtuanyalah yang paling bertanggungjawab atas anaknya. Bukan orang lain.

*****


Sumber: http://rumahinspirasi.com



Rabu, 01 Desember 2010

My Name is Khan..!

Kiriman seorang sahabat, inspiring............

Salman Khan (Sal Khan) bisa memasukkan nama Bill Gates sebagai salah satu penggemarnya. Serius, ini Bill Gates orang terkaya di dunia.

Khan bukan jawara Lembah Silikon, seperti Mark Zuckerberg yang menemukan Facebook atau Andy Rubin yang membuat Google bangkit dengan Android. Khan cuma seorang guru.

Khan menghabiskan waktunya di sebuah bekas toilet mini yang ia sulap menjadi studio rekaman sekaligus perpustakaan. Ruangan berukuran 1,5 x 2 meter itu adalah think thank yang dia sebut: bgC3. Di ruang sesak inilah Khan menghabiskan waktunya bersama dua komputer, headphone di telinga, kaus tidur dan piyama, menunggu siang sambil membaca buku atau membuat video.

“Orang ini luar biasa,” kata Gates dalam surelnya. “Dia mengerjakan banyak hal dengan sumber daya yang amat terbatas.”

Mengapa Khan begitu dikagumi Bill Gates? Gates dan anak laki-lakinya yang berumur 11 tahun, Rory, terpana oleh video-video pendidikan bikinan Khan, dari video aljabar sampai biologi. Yang membuat kagum Gates adalah sosok Khan yang meninggalkan dunia gemerlap sebagai manajer investasi beralih menjadi guru yang mendidik jutaan orang lewat video Internet.


Di kontrakannya yang sempit di Lembah Silikon itulah guru digital ini membikin tutorial video. Hebatnya, semua itu dikerjakannya sendiri, mulai dari menyusun materi, memvideokan, hingga menjadi guru sekaligus. Khan sebenarnya adalah lulusan MBA (master business of administration) Universitas Harvard. Dulu dia manajer keuangan. Tapi hidupnya kini dia serahkan ke dunia pendidikan, yang dia sebut Khan Academy ( http://khanacademy.org/). Di Khan Academy itu, dia adalah satu-satunya guru. Dia bisa mengajar apa saja, dari kalkulus, trigonometri, kimia, fisika, biologi, sampai tentang perang Napoleon, dan pelajaran ekonomi dari pabrik cupcake.

Sejauh ini, dari bekas toilet itu, dia telah menciptakan 1.630 tutorial dan ditonton oleh 70 ribu orang per hari. Angka itu nyaris dua kali lipat jumlah mahasiswa Harvard plus Universitas Sanford. “Jumlah pengunjung tertinggi mencapai 200 ribu orang,” kata Khan. Sebuah kesungguhan dan ketulusan yang membuat banyak orang iri, termasuk Bill Gates.

“Keindahan dari pengajaran Khan adalah konsistensi dia,” ujar Gates.

Seperti entrepreneur hebat lainnya, Khan terjun di dunia pendidikan tanpa sengaja. Dia lahir dan besar di New Orleans. Khan putra imigran berdarah Bangladesh dan India. Di bangku kuliah, Khan adalah bintang. Dia punya tiga gelar dari universitas ternama di Amerika Serikat: MBA dari Harvard, bachelor of science bidang matematika dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), serta bachelor dan master dari MIT untuk bidang kelistrikan. Dia sempat menjadi presiden kelas di MIT.

Khan jatuh cinta kepada kegiatan mengajar setelah ia menjadi guru sukarelawan untuk anak-anak Brookline. Ini adalah anak-anak yang mengalami sindrom attention deficit disorder, yang kesulitan memusatkan fokus perhatian. Dia juga tersentuh ketika keponakannya, yang kelas VII, bertanya soal konversi berat dalam kilogram. Khan pun mulai membuat tutorial dengan menggunakan teknologi yang sederhana. Ia hanya menggunakan software Yahoo Doodle dan Microsoft Paint berteknologi rendah untuk membuat sketsa, dengan latar belakang hitam dan garis-garis berwarna cerah dan persamaan ketika ia bekerja melalui penjelasannya. Video pertama yang ia buat adalah pelajaran mengonversi gram untuk kilogram yang awalnya hanya ditujukan bagi sepupunya itu. Sejak itulah kecanduan mengajar di sekolah online dimulai.

Khan mulai membuat tutorial dengan menulis program JavaScript sendiri. Dia bekerja di sela-sela waktu istirahatnya sebagai manajer investasi, di antara waktu main bola. Lalu dia rekam dalam bentuk video dan diunggah ke YouTube.

Khan akhirnya benar-benar hidup untuk akademinya setelah mendapat pesangon US$ 1 juta (Rp 9 miliar). Uang itu dia sebut Khan Capital, yang digunakan untuk membiayai hidupnya dengan investasi. Khan berkukuh tak mau mengkomersialkan situsnya. “Saya sudah punya dua mobil Honda, istri yang cantik dan anak yang hebat, serta rumah,” katanya.

Tak ada sekat suku bangsa, ruang, apalagi teritorial. Baik yang ada di ujung Samudra Atlantik hingga pedalaman Hutan Amazon, semua diajari Salman Khan lewat sekolah dunia maya miliknya secara cuma-cuma.

Bagi sebagian orang, matematika memang sudah seperti momok yang sulit dimengerti, apalagi dikuasai. Perasaan yang sama dialami pula oleh seorang bocah Korea berusia 11 tahun.

Tapi, siapa sangka pelajaran yang selalu membuatnya stres tersebut berbalik menjadi pelajaran favoritnya setelah ia membuka situs buatan SalmAn Khan, www.khanacademy.org.

Tidak hanya anak dari Korea, sepasang orang tua di California, AS, tampak tak kuasa meluapkan rasa senang atas kemajuan yang dilakukan anak mereka dalam pelajaran aljabar.

“Saya tidak tahu siapa Anda. Tapi dalam pikiran saya, Anda adalah penyelamat. Anak-anak saya benar-benar bersemangat dengan matematikanya. Terima kasih,” ucapnya di situs yang dikelola seorang pria yang baru menginjak usia 33 tahun.

Khan tak pernah miskin dengan kebaikan. Sebab, pengusaha-pengusaha Lembah Silikon pun membanjiri dia dengan donasi. Indonesia butuh orang-orang baik budi dan tidak sombong seperti dia.

Selamat hari guru, 25 November, teman...

Guru........... tidak selalu orang yang mengajar di sekolah
Guru........... tidak selalu orang yang dihargai sebagai pahlawan tanpa tanda jasa
Guru........... terkadang hanya seseorang yang ingin mendidik anak bangsa
Yang tulus ikhlas melakukan pengabdiannya
Meski cacian dan cercaan yang diterimanya
Dari orang-orang yang ditolongnya....................

Jadilah guru bagi orang-orang di sekitarmu, dan biarkan Allah yang membayarmu.