Halaman

Sabtu, 06 Desember 2014

ANAK HIPERAKTIF

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.

Apa Itu Gangguan Hiperkinetik atau GPPH/ADHD ?
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktiv dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.

Apakah Ada Ciri-ciri Lain Yang Menyertai Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD) ?
Ciri-ciri lain yang sering menyertai gangguan hiperkinetik adalah :
  • Kemampuan akademik tidak optimal
  • Kecerobohan dalam hubungan sosial
  • Kesembronoan dalam menghadapi situasi yang berbahaya
  • Sikap melanggar tata tertib secara impulsif
Bilamana Anak Disebut Menderita Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD)?
  • Mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, mendengarkan guru dan permainan.
  • Hiperaktifitas, selalu bergerak dan tidak bisa tenang
  • Impulsifitas, melakukan sesuatu tanpa dipikir terlebih dahulu
Berbagai Tipe Hiperkinetik atau GPPH/ADHD :
  • Tipe sulit konsentrasi
  • Tipe hiperaktif - impulsif
  • Tipe kombinasi
Apa Akibatnya Bila Anak Menderita Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD)?
  • Anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik
  • Anak sering tidak patuh terhadap perintah orang tua
  • Anak sulit didisiplinkan
Apabila Gangguan Hiperkinetik (ADHD) Tidak Diobati maka akan :

Menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial dan kemampuan akademik di lingkungan rumah dan sekolah, sehingga dapat mengakibatkan perkembangan anak tidak optimal dengan timbulnya gangguan perilaku di kemudian hari.

Kondisi Lain yang Menyertai Gangguan Hiperkinetik :
  • Gangguan tingkah laku
  • Gangguan sikap menentang
  • Depresi
  • Gangguan cemas
  • Kesulitan belajar
  • Retardasi mental
  • Gangguan pemusatan perhatian (disorder of attention)
  • Gangguan pengendalian motorik (disorder of motor control)
  • Gangguan persepsi (disorder of perception /DAMP)
  • Autisme 

Bila Anda tidak ingin memiliki anak dengan perilaku buruk, kuatkan hubungan emosi Anda dengan si buah hati. Penelitian menunjukkan, anak yang diasuh dalam rasa aman dan kedekatan emosi yang erat dengan ibunya akan tumbuh menjadi anak dengan perilaku baik.

Analisa yang dilakukan Dr Pasco Fearon dari School of Psychology dan Clinical Languge Sciences terhadap 69 studi yang melibatkan lebih dari 6000 anak pra remaja, menunjukkan kualitas hubungan anak, terutama anak laki-laki dengan ibunya di masa kecil berpengaruh kuat pada pembentukan perilaku anak. Anak yang besar dalam perasaan tidak aman dan kurang mendapat motivasi dan dukungan dari orang yang mengasuhnya, akan tumbuh jadi anak yang "tak bermasalah". Sebaliknya, anak yang merasa tidak dicintai, ditolak, dan kurang didukung, menjadi anak berperilaku buruk.

"Yang menarik adalah pola pengasuhan di masa kecil akan berpengaruh besar pada pola kepribadian dan perilakunya saat mereka dewasa," kata Fearon.

Selain itu, orangtua perlu menyadari bahwa orangtua adalah model bagi anak-anaknya. Sikap orangtua akan direkam dalam ingatan anak. Sikap orangtua terhadap rumah, keluarga, dan orang lain, terekam dengan baik dalam memori anak. Oleh sebab itu, mulailah menjadi orangtua yang patut ditiru. Sikap yang santun, berempati dan menghargai orang lain akan menjadi teladan bagi anak.