Halaman

Jumat, 15 Juni 2012

Princess Dan Celana Pendeknya

Seringkali aku melihat dan mendengar bagaimana orangtua mendidik anak-anaknya dengan 'kesempurnaan'. Hmm......memang sangat wajar jika orangtua ingin anaknya menjadi baik, hebat, sempurna. Tapi ingat............para orangtua pun seharusnya sadar bahwa mereka sendiri tidak pernah sempurna dalam hal apapun juga tanpa kecuali. Jadi........wajar gak kalo minta anaknya harus sempurna?

Kalau aku, hehehe...... santai aja. Yang penting mereka tahu esensinya, bukan hanya simbol-simbolnya, juga bukan harus sempurna keduanya, karena pastiya sulit ya. Jika harus memilih maka aku akan mengedepankan esensinya saja. Haha..... dan aku maklum saja jika banyak orang yang tidak setuju denganku, dan semoga saja mereka juga maklum jika aku tidak setuju dengan pendapat mereka. Meski ya terserah merekalah mau maklum atau tidak.

Waktu anak pertama dan keduaku SD, jika ketemu gurunya akan ditanya; "Hafalannya sudah sampai mana?" maka setelah berlianku berlalu aku akan berbicara dari hati ke hati dengan gurunya itu dan menyarankan agar lain kali negurnya; "Mas, surat ini (sebut aja surat tertentu yang gurunya mau anakku hafal) sudah dilaksanakan belum?". Kenapa aku menyarankan itu? Karena aku tidak mau di kepala berlianku tertanam yang penting adalah HAFAL. Mauku, dia harus melaksanakan Al Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Lalu apakah hafalan tidak penting? Ya penting juga sih, bukankah jika seseorang melakukan sesuatu karena sebuah ayat maka berarti dia sudah memahami ayat tersebut? Masalah hafal, tentu akan lebih mudah mengingat ayatnya jika dia sudah memahami dan melaksanakannya. Dan.....mungkin berlian-berlianku memang bukanlah penghafal Al Qur'an (hanya sekitar 3juz saja hafalannya meski sudah SMP/A), tetapi insya Allah semoga mereka mengamalkannya. Alhamdulillah, meski jauh dariku dan ayahnya, berlianku tetep tidak ninggalin shalat, baca Qur'an, dan puasa bahkan termasuk yang sunnah.

Idealnya memang hafal banyak dan mengamalkannya. Tapi...........bukankah kita sendiri tidak sesempurna itu? Bahkan shalat yang paling tidak kita lakukan lima waktu dalam sehari saja belum tentu kita amalkan maknanya dalam kehidupan sehari-hari kita, bukan? Ehem......itu aku sendiri kali ya?

Nah.....sekarang Princess cantikku pun demikian. Aku, kami, dalam hal ini termasuk mas-masnya yang tentu saja ikut dalam mendidik adiknya itu, tidak menuntutnya untuk melakukan semua hal secara sempurna. Misalnya shalat. Kami semua, aku, ayahnya, dan mas-masnya mengajak dia shalat dengan cara membuat dia suka terlebih dahulu. Sejak dia masih di perutku, kami semua selalu mengajaknya shalat bareng. Hahaha.....iya! Jika waktu shalat tiba, maka selain aku sendiri maka ayahnya akan mengelus perutku dan mengajak shalat ke Princess kami yang sedang mlungker di dalamnya. Dan.......hei....hei......hei.......semua mas-masnya pun begitu. Sebelum mereka melesat ke masjid, semua menyempatkan mencium adiknya yang masih di perutku dan mengingatkannya agar shalat bareng mama di rumah. Hehe.....kenapa 'melesat'? Karena mereka suka mepet! Berangkat setelah nyaris shalat mulai sehingga harus buru-buru, lari, tentu saja sambil belak belok dan saling cekakak cekikik becanda.

Setelah usia setahun (bisa jalan), maka seperti juga mas-masnya dulu, Princess juga dibawa ayahnya ke masjid. Dan setelah agak besar (sekitar 3 tahun), maka mas-masnya merayuku agar aku mengijinkan mereka membawa adik cantiknya shalat ke masjid meski ayahnya tidak ada. Dan itu sampai sekarang. Si cantik 5 tahunku itu sering diajak masnya untuk shalat di masjid, bahkan jika masnya libur dia akan diajak shalat Jum'at. Dia akan duduk manis kadang sambil rebahan di pangkuan masnya saat mendengarkan kotbah Jum'at sambil sesekali nyeletuk berkomentar atau cekikikan jika ada yang lucu. Masnya sangat menikmati momen2 begini. Ternyata jama'ah lain pun ikut senyum mendengar celotehan Princessku si jama'ah tercantik yang mengomentari isi kotbah. Dan saat ketemu aku, dia akan bercerita tentang kotbah itu. 

Princessku juga suka banget jika shalat subuh di masjid bersama ayahnya dan mas-masnya. Setiap malam sebelum tidur dia selalu berpesan; "Ma.....subuh bangunin adek ya." Hehehe......tapi aku gak pernah bangunin, karena jika tidak terlalu capek dia pasti akan bangun sendiri. Andai subuh masih terlelap, tandanya dia memang masih membutuhkan tidur sehingga tak satupun dari kami yang tega membangunkannya.

Hmm......jangan dikira si cantik ke masjid dengan memakai mukena komplit ya......karena dia berpakaian sesukanya, apa yang dia rasa nyaman saat itu. Terkadang komplit bahkan membawa tasbih dan tas sajadahnya segala, layaknya ibu-ibu pengajian, kalo kata masnya. Kadang hanya memakai baju biasa dan jilbab pendek. Malah pernah dia tidak mengenakan jilbab sama sekali dengan rambut kriwilnya itu. Iiiiih......gak malu cantik??

Suatu pagi........dia baru terbangun saat ayahnya sudah siap berangkat subuh ke masjid. Paniklah dia mau ikut. Lalu secepat kilat dia wudlu dan menyambar jilbab sedapatnya sebelum minta gandeng ayahnya. Atau.....entahlah, mungkin juga di jalan minta gendong karena masih ngantuk. Sepulang mereka dari masjid......aku baru tahu ternyata dia hanya mengenakan T-shirt, jilbab, dan........celana pendek!

 "Assalamu'alaikum........" teriakan nyaring lucunya langsung terdengar begitu dia msuk rumah. Mas-masnya senyum-senyum maklum. Malah sebelum aku komplain mas-masnya sudah bilang; "Ntar juga kalo dia sudah besar ngerti sendiri Ma, kayak kami. Kan yang dia lihat Mama kalau keluar rumah pake jilbab, ya gak mungkinlah adek kalo besar nanti keluar rumah pake celana pendek lucu gitu. Apalagi shalat di masjid. Kami aja setelah gede kalo keluar rumah pake celana panjang kayak Papa. Gak usah Mama Papa kasih tahu kan? Lagian dia juga belum wajib!" Duuuuh.....mas-masnya melarangku menegur adik cantiknya. Mereka lebih memilih agar adiknya tetep nyaman dan suka ke masjid daripada meributkan celana pendeknya yang mereka yakin bukanlah sesuatu yang penting untuk saat ini.

Wow!!! Bijak kali berlian-berlianku ituuu.........................pendidikan memang keteladanan, bukan instruksi dan perintah. 

Tuiiink..........bingun, harus malu atau bangga ya?

Kamis, 14 Juni 2012

Susu Formula Tak Pernah Mampu Menyamai ASI


JAKARTA, KOMPAS.com - Masih banyak ibu menyusui yang beranggapan bahwa susu formula lebih baik ketimbang air susu ibu (ASI). Padahal jika dilihat dari kandungan gizi yang ada di dalamnya, ASI jauh lebih baik ketimbang susu formula dan lebih aman dikonsumsi. 

Hesti Kristina P. Tobing, Wakil Ketua Ikatan konselor Menyusui Indonesia (IKMI), mengatakan, yang perlu diketahui oleh para ibu menyusui adalah bahwa tidak ada satu pun susu formula yang bebas dari kuman. Bahkan menurut WHO dan FDA semua susu formula tidak steril dan berisiko terkena bakteri termasuk sakazakii. 

"Yang ada cuma ambang batas kumannya. Ambang batasnya masih bisa diminum," ujarnya, saat acara konferensi pers membahas soal PP ASI Eksklusif, Rabu, (6/6/2012), di Jakarta.

Ada 4 (empat) standar emas pemberian nutrisi pada anak, yakni Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sejak lahir, pemberian ASI Eksklusif usia 0-6 bulan, pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) buatan rumah mulai dari usia 6-12 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan terus sampai usia 2 tahun atau lebih. Keempat pilar ini merupakan rekomendasi dunia, baik itu WHO atau UNICEF.

Hesti mengatakan, ASI mengandung beberapa zat penting yang tidak dimiliki oleh susu formula, sebut saja seperti antibodi dan growth factor.

"Hampir semua susu formula selalu menambahkan komposisi pendukung seperti DHA dan AHA, yang sebenarnya sudah ada di ASI untuk kecerdasan otak. Itu membuktikan bahwa sebenarnya susu formula tidak akan pernah mampu menyamai ASI," terangnya.

Suatu rekomendasi menyebutkan, anak usia 0-6 bulan hanya perlu diberikan ASI ekslusif karena ASI sudah memenuhi 100 persen kebutuhan bayi. Memasuki usia 6 bulan sampai 1 tahun tahun, ASI masih tetap diperlukan karena memenuhi 60-70 persen kebutuhan bayi. Sedangkan pada usia 1-2 tahun ASI masih memenuhi 30 persen kebutuhan bayi.

"Payung besar dalam perlindungan pemberian ASI sebenarnya ada di tangan pemerintah, karena pemerintah yang mengeluarkan kebijakan dan perlindungan," ucapnya. Susu formula, lanjut Hesti, memang menjadi bisnis yang luar biasa. Ia mengungkapkan bahwa produsen susu di dunia saat ini tengah mengincar China dan Indonesia sebagai target pemasaran, karena pertumbuhan penduduknya yang paling besar.

Dulu sebenarnya Indonesia sudah menyepakati tentang kode internasional pemasaran susu formula. Indonesia salah satu negara yang ikut menandatangani bahwa sebenarnya sampai usia dua tahun tidak boleh ada iklan produk susu formula. "Tapi sayangnya penerapan di Indonesia hanya sampai satu tahun dan itu pun masih dilanggar," tutupnya.
 *****

Ya iyalah......mana mungkin coba, manusia mampu menyaingi Allah? ASI itu diciptakan khusus buat si bayi itu saja, disiapkan sejak mereka masih di kandungan, dan dijaga ketat kualitasnya olehNya. Hhhh...... sebenarnya ini gak perlu dibahas andai tidak ada pembodohan masyarakat melalui iklan2 menyesatkan.

Anehnya.......orang2 yg ngaku pinter, intelek, masih aja ketipu dan percaya sama iklan itu. O M G........