Halaman

Jumat, 27 Mei 2011

Berlian-berlianku Dialah Pahlawan Sejatimu

Cerita tentang ayah........... aku akan cerita tentang ayahnya berlian-berlianku kepada berlian-berlianku. Semoga mereka bersyukur mempunyai ayah seperti dia, dengan mengoptimalkan seluruh potensi mereka untuk dunia akhirat mereka.

*****
Dialah Pahlawan Sejatimu
by : Dewi


Anak-anakku,
Saat mendengar berita kehadiranmu, dia yang paling antusias penuh syukur bahagia
Setiap keperluanmu, dia yang selalu mengupayakan semampu dirinya
Tidak bosan dia mengelus dan merasakan gerakan-gerakanmu meski terhalang dinding perutku
Do'a-do'a, lantunan ayat suci, bacaan buku-buku, juga dentingan gitar dan piano serta suara merdunya pun senantiasa mengiringi tarian dan tendanganmu di rahimku

Dan saat kau benar-benar hadir.........dialah yang pertama kali kau lihat senyuman bahagianya menyongsongmu, karena dialah pendamping dokter terhebat, penyambutmu, menunggumu
Lalu suara adzan dan iqamatnya pula yang pertama kau dengar langsung di kedua telingamu
Pelukan hangatnya pasti membuatmu nyaman, karena tak kudengar lagi tangisanmu
Dia jualah yang mengangsurkan tubuh mungilmu tuk kupeluk

Berlian indahku,
Jika malam gulita kau terbangun dengan jeritanmu dan aku tak kuasa lagi merayumu
Dia juga segera merengkuhmu, meletakkanmu di dadanya, lalu kau tidur penuh damai di sana
Pasti dia merasakan letih pegal, namun senyum nyamanmu mengalahkan semua itu
Celotehmu di esok paginya adalah kebahagiaannya yang menjadi bekalnya berjihad mencari nafkah meski kantuk masih tersisa

Sayangku,
Langkah kaki mungil dan kata bermakna pertamamu adalah kejutan manis sekaligus pelipur lara buatnya sepulang kerja
Disusul berbagai pertanyaan lucu kritismu menghiasi benak dan menjadi PR tersulitnya
Belum lagi mengikuti permainanmu yang tidak kenal akan keletihan dirinya
Menjadi kudamu, ayunanmu, juga merelakan pundaknya tuk jadi tempatmu 'ningkring' senang tidak pernah jadi keluhannya

Kejujurannya, amanahnya, baktinya pada orangtua, kesetiaannya pada kebenaran, kecintaannya pada keluarga, kebaikan dan kerendahan hatinya, adalah pancaran keindahan jiwanya yang harus kau teladani
Kegemarannya membaca, kelihaiannya melukis, kelincahan jemarinya bermain gitar, kemampuan tahsinnya, juga kefasihannya berbincang maupun menulis dengan menggunakan bahasa asing, semoga semua menginspirasimu tuk meraih asa

Cintaku,
Tentu kau ingat bagaimana dia setiap hari mengajakmu shalat ke masjid sejak kau baru bisa berjalan
Meski tidak sedikit mendapat kritikan bahkan gunjingan
Karena banyak yang menganggap anak kecil hanya akan mengganggu kekusyukan
Tentu saja, karena kalian tidak jarang hanya menjadikan masjid sebagai salah satu arena permainan
Tahu nggak nak, dia selalu yakinkan mereka meski sangat kerepotan mengatasi kelincahan yang kau lakukan
Belum lagi jika harus memanggulmu di pagi buta untuk shalat subuh karena kantukmu tak tertahan
Dan membuat ritual rutin itu menjadi menyenangkanmu dan membuatmu semangat melaluinya seolah sebuah permainan
Terbukti dia benar, karena kemudian kalianlah pengisi utama shaf shalat di antara jamaah masjid meski hanya ada satu baris di belakang imam

Belahan jiwaku,
Dia juga berlarian di belakangmu saat mengajarimu bersepeda roda dua
Lalu menangkapmu di kolam saat kau meluncur belajar berenang
Mengajarimu kuda-kuda yang kokoh saat kau belajar bela diri
Menunggumu di ujung gang depan rumah saat kau belajar naik motor
Duduk was-was di sebelahmu saat kau belajar nyetir
Mendengar berbagai curhatmu, menampung keluh kesahmu, mencarikan solusi atas masalahmu, tersenyum bijak atas cerita lucu ABG mu, juga menjadi lawan tak seimbang dalam permainanmu (dia kalah mulu ya?)
Bangga atas segala prestasimu, namun tak terlalu ditampakkannya karena ada sedikit keangkuhan lelakinya yang kadang masih 'bicara'

Kemudian.................. meski berat berusaha tersenyum ikhlas melepasmu pergi jauh menuntut ilmu mengasah segala potensimu, mencari bekal hidup matimu
Juga berurai airmata di malam sunyi dalam sujudnya hanya meminta berkahNya untuk dirimu

Pujaan hatiku,
Dialah ayahmu, pahlawan sejatimu............. papa kau memanggilnya
Kau harus tahu bahwa dia sudah dan akan selalu rela melakukan apa saja demi keberkahanmu
Anak-anaknya,
Berlian-berlian indahnya,
Belahan jiwanya,
Pujaan hatinya,
Harapannya,
Cahayanya di surga........

Berkilaulah berlianku, terangi dirimu, terangi kami, terangi sekitarmu, terangi dunia akhiratmu.......... harapan kami, surgapun menunggu kilau terangmu.

Selasa, 24 Mei 2011

Jangan Membenarkan Yang Biasa, Tapi Biasakan Yang Benar

Awalnya, aku marah dan kecewa jika diperlakukan tidak adil, dzalim, jahat, dan curang. Lalu aku akan melihatnya dari sisi lain. Dan aku mencoba memaklumi tindakan orang lain tersebut. Aku berusaha sabar. Aku mencoba memahami mereka.

Misalnya saat orang curang dan jahat karena aku jujur dalam pekerjaanku. Saat mereka berusaha menyudutkanku hanya karena aku tidak sama dengan mereka, karena aku jujur dan mereka tidak, karena aku tidak mau mengambil yang bukan hakku dan mereka sangat menyukai bahkan cenderung tamak mengambil yang bukan hak mereka, bahkan saat mereka memfitnahku sehingga aku terkesan salah dan sangat buruk di mata banyak orang, dan mereka bebas sesuka hati menghukumku.

Awalnya aku kecewa, marah, sedih, kesal. Lalu aku ingat, bahwa jika aku mempunyai posisi lebih tinggi, maka aku harusnya memaklumi mereka, aku harus bersabar. Ya, aku mencoba memaklumi saja. Bisa jadi, bagi mereka pekerjaan itu sangat berarti sehingga demi mempertahankannya mereka rela jika harus curang, menjilat atasan, memeras siapapun yang bisa diperas, dan menginjak siapapun yang bisa diinjak, demi mereka bisa menjadikannya pijakan untuk naik. Sementara bagiku, pekerjaan itu hanyalah salah satu jalan bagiku untuk berbuat, beribadah, berbakti. Dan masih banyak cara lain jika pun aku harus kehilangan pekerjaanku itu.

Aku harus bersabar akan tingkah mereka, karena sabar memang hanya milik orang yang lebih tinggi kedudukannya. Jika lebih rendah namanya pasrah, karena tidak punya daya kekuatan. Aku harus bersabar untuk tidak melakukan sesuatu yang bisa membuat mereka kehilangan apa yang mereka puja puji, yang mereka agung-agungkan, sehingga untuk mempertahankannya mereka rela menyakiti orang lain, termasuk temannya.

Aku juga berusaha maklum saat mereka dengan rakusnya mengambil segala yang bisa diambil, meski itu hak orang lain, merugikan bahkan membuat orang lain (banyak) tersakiti. Entah kenapa pula mereka marah dan memusuhi aku yang tidak seperti mereka. Mungkin......... mereka sangat membutuhkan segala rupa harta itu, sehingga mereka berusaha mati-matian mendapatkannya meski haram sekalipun. Mungkin lagi, mereka yakin hanya akan bisa mendapatkan harta itu dengan cara seperti itu. Curang, jahat, rakus, tamak, dan menyakiti orang lain, merugikan orang banyak. Sementara aku......... aku tidak membutuhkan harta haram, harta rampasan, hasil memeras, harta sogokan, dan harta orang banyak..........harta rakyat. Dan bagiku, jika memang hakku, maka harta akan datang sebanyak yang aku butuhkan, tanpa aku harus berbuat curang dan jahat. Aku hanya harus mengusahakan dengan cara yang Allah sukai.

Lalu.............. kenapa sampai sekarang aku masih memperjuangkan hak-hakku? Hmm.......... pastinya! Karena aku adalah seorang ibu. Aku harus memperjuangkan kebenaran, aku harus memperjuangkan keadilan, aku harus memperjuangkan hakku. Meski aku tahu............ di jaman seperti ini, di masyarakat seperti ini, keadilan adalah barang mewah kalau tidak boleh kusebut mustahil terjadi. Kebenaran seakan hanya kamuflase. Kejujuran hanya dilakukan dan dibela jika sesuai kepentingan.

Namun aku tidak peduli! Meski masyarakat dominan melakukan ketidak jujuran, kemunafikan, kecurangan, kebohongan, hipokrit, lalu yang jujur dianggap salah, aku tetap akan berpegang teguh pada prinsipku. Aku tetap akan membela kebenaran, aku tetap akan mendidik anak-anakku dengan kebaikan.

Ya..................... Aku tidak akan membenarkan yang biasa dilakukan oleh banyak orang, karena orang banyak belum tentu yang benar.

Menurutku, seharusnyalah: Jangan membenarkan yang biasa, namun biasakan yang benar. Apapun resikonya.

Minggu, 08 Mei 2011

Ceriwiiiiisss...........

Semua anakku emang banyak ngomongnya. Maklum, sejak usia setahun mereka sudah bisa ngomong sekaligus sudah bisa jalan. Lari main bola malah (sendirian mainnya dan di dalam rumah tapinya). Hehehe...... kayaknya itu efek punya mama yang ceriwis. Sejak mereka di kandunganku memang selalu aku ajak bicara. Melakukan apapun aku selalu ceritain ke mereka. Shalat, makan, baca, jalan, istirahat, kecapekan, seneng, sedih, hahaha..................bahkan kadang curhat. Kalo nyanyi sih....... tiap harilah. Habisnya gak ada produser yang tertarik dengan warna suaraku, yang merdu ini hikcs..... jadi nyanyi-nyanyinya ya hanya jadi konsumsi pribadi dan dengan sangat terpaksa anakku yang masih di kandungan harus ikut menikmati suara emas mamanya. Weeeks.............

Setelah mereka lahir, ya tetep saja mereka harus tahan dengan seluruh keceriwisanku yang terus berlanjut. Memandikan, menyusui, menidurkan, semua sambil aku ajak bicara atau membaca atau nyanyi. Walaaaahh............. gini nih kalo mamanya gak laku rekaman. Hmm............ aku membuat syair-syair laguku sendiri sesuai dengan asupan materi didikan yang aku ingin berikan ke anakku. Termasuk jika aku membaca Al Qur'an meski terbata-bata karena memang aku parah banget kemampuan membaca Al Qur'annya, tetep saja aku lakukan di dekat bayiku, sambil ngurus bayiku. Dan........... jangan kaget ya, karena aku aja kaget banget bin malu, kalo itu efektif poll. Bayiku dulu sudah hafal beberapa surat pendek saat masih usia 2 tahun meski mamanya payah dalam membaca Al Qur'an.

Begitulah! Makanya usia setahun anak-anakku sudah bisa bahkan lumayan pintar berbicara. Inget banget dulu papanya pulang kantor terkaget-kaget karena saat pagi berangkat anaknya belum jelas bicara, tapi malamnya sudah bisa menyebutkan PINTU, LANTAI, BUKU, PAPA, dll. Hahaha.............welcome to my world Papaku.................. gitu kali pikir anakku yang terkekeh-kekeh dan semakin semangat menyebutkan berbagai nama barang ketika melihat wajah papanya yang kaget banget campur senang dan bangga.

Naaah.........efeknya, anak-anakku itu ceriwis banget, selalu nanya ini itu, selalu komentar, selalu dan selalu berbicara sambil menguntitku jika menanyakan sesuatu kepadaku. Hhhhh........... salahku sendiri ya?? Hehehe.....jangan salah, papanya juga kebagian diikuti sambil ditanya ini itu jika ada di rumah. Tapi anehnya mereka cenderung tidak banyak bicara di sekolah. Tahu-tahu nilai lumayan, tetep banyak teman, mewakili sekolah lomba ini itu termasuk pidato,baca puisi, dan bahasa Inggris, jadi ketua OSIS, dll. Lhaaaaa........kok kata gurunya gak banyak bicara ya??? Mungkin maksudnya cool kali? Hehehe...........

Alhamdulillah............ karena sering melihatku membaca buku di waktu senggangku, termasuk saat menemani mereka bermain, maka mereka cepat ingin bisa membaca (dengan cara yang ceriwis menanyakan tiap huruf yang ditemuinya), dan memang tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa membaca meski tanpa pernah belajar secara khusus dan tentu saja tanpa beban apalagi tekanan.

Hhhhh............pekerjaanku sedikit berkurang. Karena sudah bisa membaca, maka aku akan mengajak mereka mencarinya di buku jika mereka menanyakan ini itu ke aku. Berbagai buku dengan tampilan lucu, menarik, aku beli demi memuaskan rasa ingin tahu mereka. Apa ini apa itu, kamus bergambar, buku tentang binatang, tumbuhan, manusia, negara-negara, sampai buku pintar, globe, mikroskop, teleskop, dll menjadi koleksi mereka. Mending mamanya gak usah beli baju atau sepatu apalagi tas branded deh. Secara, anak-anakku jika ingin tahu juga suka mengamati benda kecil juga bintang di langit. Horeeee.......... penguntitku yang ceriwis sudah tidak terlalu merepotkanku dengan berbagai pertanyaan. Hahaha....... mamanya payah! Dan mereka tumbuh menjadi penggemar membaca, dan buku bacaannya pun lebih 'berat' dibanding anak-anak seusia mereka dengan materi sesuai kesukaan mereka masing-masing.

Karena sekarang sudah jaman internet, maka untuk anak-anakku yang lebih kecil sudah aku kenalkan juga dengan Oom Google jika mereka ingin mengetahui suatu hal. Asyiiik.......... mamanya tentu akan bisa selonjoran leyeh-leyeh hanya memantau mereka browsing sambil menikmati me time nya lebih banyak. Qiqiqiq............ *ngayal*

Lha, tapi ternyata aku keliru!! Dua berlian kecilku itu masih saja suka menguntitku setiap hari sambil bertanya ini itu tiada henti. "Ma....Mama punya uang Zimbabwe ga? Mama tahu kan kalo pecahannya gede banget?" "Ma......kenapa ...... Ma........apa sih .......bla bla bla...." Jika aku sarankan mereka untuk tanya ke Oom Google atau melihat ke buku pintar, mereka akan dengan gesitnya menjawab; "Nggak mau!! Mama itu lebih pinter dari google atau kamus manapun."

Gubraaaagggggg.......................... dasar ceriwis!!!

Kamis, 05 Mei 2011

Indonesia Urutan 107 Negara Layak Huni Bagi Ibu-ibu

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth



img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Tingkat kematian ibu melahirkan dan anak merupakan indikator kelayakan sebuah negara bagi kaum perempuan. Dari 160 negara yang disurvei, Indonesia menempati urutan ke-107 negara paling layak untuk dihuni kaum perempuan khususnya ibu-ibu.

Survei tersebut digelar baru-baru ini oleh sebuah organisasi internasional yang bergerak di bidang kesehatan ibu dan anak yakni Save the Children. Negara yang disurvei meliputi 43 negara maju, serta 117 negara berkembang termasuk Indonesia.

Dari total 160 negara, Norwegia menduduki peringkat tertinggi negara paling layak dihuni ibu-ibu. Seluruh kelahiran bayi di negara ini sudah ditangani oleh tenaga kesehatan, sehingga tingkat kematian balitanya tercatat paling rendah yakni 1 di antara 175 balita.

Kesejahteraan pekerja perempuan juga paling diperhatikan, karena di Norwegia ibu melahirkan bisa mendapat hak cuti paling panjang yakni setahun penuh. Selain itu, fasilitas dan layanan kesehatan di negara ini dinilai paling layak untuk ibu-ibu.

Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan Afghanistan yang menempati peringkat ke-160 alias juru kunci. Kematian balita terjadi pada 1 dari setiap 5 anak, sedangkan kematian ibu melahirkan tercatat paling tinggi yakni sebanyak 1 dari 11 kelahiran.

Indonesia menempati posisi ke-43 dalam kategori negara berkembang, atau peringkat ke-107 dari seluruh negara yang disurvei. Survei tersebut tidak merinci data di Indonesia, namun berdasakan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angkanya tercatat 228 per 100 kelahiran hidup.

Secara lengkap, 10 negara terbaik bagi ibu-ibu menurut survei tersbeut adalah sebagai berikut seperti dikutio dari Savethechildren, Kamis (5/5/2011).

1. Norwegia
2. Australia
3. Islandia
4. Swedia
5. Denmark
6. Selandia Baru
7. Finlandia
8. Belanda
9. Belgia
10. Jerman

Sementara itu 10 negara terburuk bagi ibu-ibu adalah sebagai berikut.

1. Afghanistan
2. Nigeria
3. Chad
4. Guinea Bissau
5. Yemen
6. Kongo
7. Mali
8. Sudan
9. Eritrea
10. Equatorial Guinea

*****

Hmmm.............semoga nantinya Indonesia tempat terbaik bagi siapapun. Laki-laki, perempuan, anak-anak, ibu, ayah, nenek, kakek, semua agama, semua golongan. Bahkan orang berduyun2 ingin sekali tinggal di Indonesia, namun maaf........ syaratnya ketat tuk tinggal di Indonesia. Harus lulus test Berbahasa Indonesia, berpribadi Pancasila, Beragama, berbudi luhur, menghormati adat istiadatnya, pahlawannya, dan menjaga seluruh bumi laut udara dan kerukunan saling menghormati.