Halaman

Selasa, 25 Februari 2014

Males Sekolah





Ada yang punya pengalaman anaknya males ke sekolah? Wow........hebat kalau tidak. Karena semua berlianku pernah males sekolah. Rutinitas memang kadang akan menimbulkan kebosanan yang membuat kita malas melakukannya. Namun sebaliknya, rutinitas juga akan menimbulkan rasa kangen, ketergantungan, maupun rasa kehilangan jika kemudian tidak lagi dilakukan. Jadi males bukan hanya milik anak-anak. Kita orang dewasa pun tidak terbebas dari kemalasan.

Nah......semua berlianku juga pernah males. Haha.....males sekolah misalnya. Biasanya terlihat jika saatnya siap2 dia masih belum beranjak untuk melakukannya. Masih main, masih baca, ndusel2 badanku sambil nguntit terus ke manapun aku bergerak, kadang masih mlungker kembali di tempat tidur. Senyam senyum dengan mata selalu mengikuti mataku berharap aku melihatnya dan mengerti,  bisa saja mereka pasang muka cemberut mulut mecucu masem tapi lucu bagiku, tapi juga tak jarang malah nangis.

Berlian2 gantengku biasanya dengan modus yang pertama, senyum2 nakal penuh arti, iseng, licik, cerdik, kelihatan banget mereka sedang mencari alasan kenapa hari itu males sekolah. Hihihi........dasar lucu! Aku pura2 gak tahu. Cuek. Sampai mereka sendiri yang bicara.

Aku memang memperbolehkan mereka tidak masuk sekolah, tetapi sangat tidak suka jika mereka tidak jujur. Sehingga mereka akan cerita dengan jujur bahwa mereka sedang malas, tidak ingin pergi ke sekolah hari itu. Tentu saja mereka harus mempunyai alasan mengapa tidak mau ke sekolah, mengapa males, dan mereka juga harus tahu resiko setiap perbuatan serta harus bertanggungjawab atasnya. Karena bagiku malas atau rajin ke sekolah bukan masalah biar pinter atau apa, tetapi masalah tanggungjawab akan sebuah tugas, kewajiban, yang saat itu bagi mereka ya sekolah adalah salah satunya.

"Maaa......mas hari ini gak sekolah yaaa......paling juga pelajarannya masih seperti kemarin2. Mas mau di rumah aja main sama Mama yang seru. Boleh yaaa......" demikian rajuk berlian gantengku yang waktu kecil sering banget tidak mau masuk sekolah karena bosen. Dia terlalu cepat mengetahui banyak hal sehingga merasa pelajaran sekolah itu2 saja. Padahal, dengan di rumah maka kemampuannya akan makin pesat karena begitu sukanya dia bertanya hal2 baru yang membuatnya curious. Kecepatannya itu sering membuat gemas guru2nya di setiap level untuk memasukkannya ke kelas unggulan maupun akselerasi. Tetapi aku menolak setelah tentu saja tetap mendengar pendapat gantengku itu. Ya, kecerdasan kognitifnya lebih baik kami imbangi dengan kecerdasan yang lain dengan aktif di berbagai kegiatan, organisasi, dan bergaul dengan anak2 lain berbagai kalangan yang membuat empatinya juga terasah. Dan tentu sajaaaa.......jangan sampai waktu bermain mereka terampas. Huhuy.......bermain adalah dunia mereka, masa kecil tidak akan terulang, bukan?

Hari itu Princess nangis gaje di pagi hari. "Mamaaa......adek capeeek.......:'( " berulang2 dia bilang gitu.
"Ok.....adek capek, lalu gimana sayang? Mau dipijitin?" tanyaku pura2 gak tahu, hehehe......males dia.
"Adek itu capeeeek Mamaaa............huuu....." tangisnya menjadi karena aku tidak merespon sesuai kemauannya. Hihihi........
"Iyaaaa.....Mama sudah dengar adek bilang capek. Lalu?" aku masih pura2 bodoh meski sebenarnya aku tahu maunya apa.
"Adek hari ini males sekolah!" tiba2 dia berteriak tegas tanpa tangisan sama sekali, malahan ada senyum indah di bibir cantiknya.
"Tapi adek ngomong apa donk kalau besok pada nanyaaaaa.......?" kembali dia merajuk karena rupanya dia belum punya alasan tepat menurutnya.
"Kalo adek bilang sakit kan bohong, adek gak mau bohong. Aaaaah.......apa donk, kalo gak nemu adek mau sekolah aja." aku kaget dan menoleh ke arah wajah cantik kebingungan itu.
"Tapiiiiiii.......adek males, gak mau sekolaaaaah! Ah, biarin, besok adek jujur aja bilang capek karena kemarin2 ke rumah sepupuku, trus semalam terlalu asyik main sama mas2, jadi aku pagi kecapekan. Biariiiiin.....kalo teman2 bilang adek males, kebanyakan main, gak ingat malam sekolah." dia memutuskan untuk jujur, cerita apa adanya dan siap menanggung resikonya. 

Kupeluk dia bangga, karena dia sudah berjiwa besar, karena dia berani memutuskan sekaligus menanggung resiko atas keputusannya, dan tentu saja karena dia memilih jujur meski bisa saja dia berbohong. Hari itu kami berdua menikmati kemalesannya karena aku juga memutuskan untuk males ke mana2, memilih berudaan dengan princess cantik yang lagi males sekolah.



Jumat, 07 Februari 2014

How come a junior high ..........

Ganteng SMP ku
Sudah tahu kan kalau berlianku jarang kenal dengan les2an, apalagi les supaya nilai rapot/pelajaran moncer, gak banget deh. Biasanya mereka les atau kursus sehubungan dengan hoby atau kesukaan atau memang ada tujuan tertentu. Misalnya les nari karena memang princess suka banget nari, dan memang berbakat juga, lalu berlian pertamaku ingin les gitar karena ingin bisa main gitar seperti adeknya yang otodidak seperti ayahnya pinter main gitar tanpa kursus, lalu les baca Al Qur'an yang benar karena maknyak gak pinter jadi gak bisa ngajari, les renang yang memang diperlukan untuk survival, dll. Jadi tidak ada satupun les yang tujuannya membuat mereka mempunyai nilai akademis di sekolah yang wah.....cetar membahana gegap gempita yang bikin orangtuanya norak kek aku. Hehehe......

Nah.....ternyata mereka juga pengen les bahasa sesuai minat mereka. Ehem.....sakjane ini hasil komporan mama papanya sih, bahwa menguasai bahasa lain adalah sebuah keuntungan karena jadi bisa berkomunikasi dengan bangsa lain. Kami memprediksi mereka nanti akan bergaul secara global, jadi ya mau gak mau harus bisa berbahasa asing paling tidak bahasa internasional, English. Tapi.....bukan biar nilai pelajaran bahasa Inggris mereka keren lho ya. Suer.....sama sekali bukan karena itu.

Kembali sesuai minat, ternyata berlian sulung milih belajar bahasa Jerman, yang kedua bahasa perancis. Ya sudahlah tidak jadi soal. Toh kemampuan English mereka juga tidak buruk. Berlian ketigaku malah minat belajar dan mau les bahasa Inggris. Ok, aku sarankan sekalian tempat les yang sudah terstandar saja seperti LIA supaya dia tidak hanya bisa berkomunikasi dengan oral, berbicara, namun juga bisa menulis, membaca, dan juga menguasai grammar yang benar. Lalu dia ikut  placement test, dan langsung mendapat level tertinggi yang ada di LIA cabang itu. Ehem.......sebentar saja dia sudah lulus level 12 dan harus ikut placement test lagi untuk tahap berikutnya.

Ok, dia masih mau lanjut jadi kupersilahkan ikut test. Sepulang dari test dia ngadu, curhat, "Ma, kok yang test anak2 SMA semua ya, aku sendiri yang SMP."

'Ooh....trus gimana mas, bisa gak?' tanyaku balik.

"Guampang aja pake banget sih Ma." Jawabnya tanpa ada kesan sombong atau meremehkan. Berarti memang gampang baginya. Alhamdulillah.......

Waktu berlalu.....saat pengumuman aku telp LIA menanyakan hasilnya untuk menentukan hari dan biaya yang harus kubayarkan. Ternyata dia masuk Intermediate 3. Ok.....besoknya dia bayar lunas dengan discount 10%, hehehe......daripada nyicil aku kadang lupa dan kena denda ya aku milih lunas dengan discount, lebih untung menurutku. Dasar! Tetep aja ngitung untung rugi, lebih kurang, mahal murah, dll yang mana yg ekonomis tapi tetep efektif dan nilai uang yang kukeluarkan lebih optimal, ituuu namanya hemat, bijak. Haha......hemat gak mesti uang yang dikeluarkan lebih sedikit lho ya........

Nah.....singkat cerita dia kupindahkan ke LIA dekat rumah karena level ini ada, sementara level yg lama terlalu tinggi untuk LIA dekat rumah makanya dia terpaksa agak jauh lesnya. Untung cuma sekali seminggu, itupun sebentar karena sdh selesai kelompok level tsb. Hari les pertama baginya pun tiba. Ya, dia telat masuk ke level ini karena sudah berjalan. Sudahlah anak baru, pake telat pula sampai ruang lesnya. Ahaaa.......gantengku pastinya langsung bercerita ke aku sesampainya dia di surga dunia kami, di rumah.

"Maa.....td telat, trus langsung disuruh kenalin diri. Masa mereka heran Ma pas aku bilang aku sekolahnya SMP. Karena mereka paling muda SMA, yang lain sudah kuliah." lagi2 dia cerita tanpa nada sombong atau meremehkan teman sekelasnya, dia heran saja kenapa dia paling unyu di kelas.

"Trus Ma.....gurunya juga nanya; How come  a junior high student get in this class?"

'Mas bilang apa donk pinter?' tanyaku ikut penasaran.

"Yaaa....aku bilang aja I passed the test."

Hahaha................