Halaman

Selasa, 16 Agustus 2011

Indonesia Tak Pernah Dijajah 350 Tahun oleh Belanda


hertanto | Rabu, 20 Januari 2010 | 09:18 WIB



shutterstock
MEDAN, KOMPAS.com — Sejarawan Universitas Indonesia (UI), Prof Taufik Abdullah, mengatakan, Indonesia tidak pernah dijajah oleh pemerintah kolonial Belanda selama 350 tahun.

"Bangsa ini terlalu lama larut dalam mitos bahwa Indonesia pernah hidup di bawah kolonialisme Belanda selama 350 tahun. Ini tidak sesuai dengan fakta, yang terjadi justru Belanda memerlukan lebih dari 300 tahun untuk menaklukkan beberapa daerah di Hindia Belanda," katanya di Medan, Selasa (19/1/2010).

Hal tersebut dikatakannya di sela seminar nasional pengusulan Sultan Serdang ke-5, Sulaiman Syariful Alamsyah (1881-1945), sebagai Pahlawan Nasional. Taufik mengatakan, orang-orang Belanda pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1552 di bawah pimpinan Cornelius de Houtman yang mendarat di salah satu pelabuhan dan pusat kekuasaan di Nusantara saat itu, yakni Banten.

Kolonialisme Belanda berakhir pada tahun 1942 ketika Hindia Belanda diserbu dan diduduki oleh bala tentara Jepang. "Logikanya, apakah masuk akal kalau dikatakan bahwa Belanda langsung berkuasa ketika mereka baru saja datang di Banten," katanya.

Taufik mengatakan, ironi dalam mitos yang dianggap sejarah itu juga berlanjut pada abad ke-17 yang boleh dikatakan sebagai zaman ketika berbagai kerajaan di Kepulauan Nusantara diperintah oleh raja-raja besar dan berkuasa.

Abad ke-17 adalah masa berjayanya Sultan Iskandar Muda (1607-1636), yang meluaskan kekuasaannya ke tanah Semenanjung dan Pantai Barat Sumatera, demikian juga dengan Sultan Agung yang meluaskan kekuasaannya ke seluruh Jawa, kecuali Banten dan Batavia. Begitu juga dengan Raja Tallo yang sekaligus menjabat Perdana Menteri Kerajaan Gowa dan Sultan Hasanuddin, Raja Gowa (1653-1669).

Mereka memerintah di kerajaan masing-masing dan biasa juga terlibat dalam kompetisi dan konflik sesama mereka. Pada masa itu pula mereka menghadapi dengan gagah berani infiltrasi kekuatan asing, seperti Belanda, Spanyol, dan Portugis.

"Lalu, bagaimana harus dipahami kalau di bawah kolonialisme Belanda memerintah, raja-raja di Nusantara itu memiliki kekuasaan yang cukup besar dan bahkan sibuk memperluas wilayah kekuasaan mereka masing-masing," katanya.
Bangsa ini terlalu lama larut dalam mitos bahwa Indonesia pernah hidup di bawah kolonialisme Belanda selama 350 tahun.




*****
Nah, berarti Indonesia itu pada dasarnya mempunyai sumber daya manusia yang hebat-hebat. Tinggal kita siapkan saja semua itu sehingga menjadi SDM yang hebat, penuh percaya diri, tidak minderan selalu menganggap orang asing itu lebih hebat, penuh dedikasi dan semangat membangun negeri, saling bergandeng tangan bersatu padu sebagai anak bangsa berkarakter Indonesia.

MERDEKA!!!

Kamis, 11 Agustus 2011

Puasa yuks........

Bulan Ramadhan datang kembali. Yeay........... Princess kecilku bersorak riang. "Mama...... adek tadi jalan-jalan keliling komplek bawa bendera 'berlian' trus adek kasih ke orang-orang sambil bilang; Selamat Puasa ya......., gitu. Asyik deh, kan adek senyum lebar tuh trus mereka senyum juga terima bendera adek. Temen-temen adek juga bagi-bagi bendera 'berlian' ke orang-orang. Seru kan Ma!"

Itulah keriangan Princess kecil 4 tahunku menyambut bulan puasa, bulan Ramadhan. Keriangan yang tulus, sambutan yang hangat akan datangnya bulan suci ini. Aku selalu ingin menjaga keriangan itu selalu dirasakan berlian-berlianku sampai mereka dewasa nanti, sampai ke'pulang'an mereka nanti. Dan Alhamdulillah mas-masnya yang sudah besarpun sampai sekarang sangat menikmati kedatangan bulan indah ini, meski mereka sering terlihat kehausan karena tetap mau menjalankan aktifitas mereka yang seabgreg itu. Termasuk berlian sulungku yang harus menikmati puasa Ramadhan dengan waktu berbuka setelah lewat jam 21.00 waktu setempat karena bertepatan dengan musim panas, dimana siangnya lebih panjang. Semoga Allah kuatkan, nyamankan, dan berkah.

Malam ini Princess tidur cepat. Jam 19.00 sudah zzzzzzz........... "Adek kan mau sahur dan puasaaaaaa." Gitu argumen dia meski sebenarnya tadi siang memang dia tidak tidur siang yang otomatis dia akan lebih cepat tidur malamnya. Hehehe..............kami semua hanya tersenyum maklum dan gemes saja melihat tingkahnya.

Karena tidur cepat, jam 2.00 dini hari dia sudah bangun dan tentu saja mengajakku bangun dan bermain dengannya. OMG........berarti aku akan melakukan 'maraton' bangun sampai subuh tiba. It's OK, as long as bisa membuat berlianku makin indah apapun akan aku lakukan. Ngobrol, bermain, dan memasak berdua kami kerjakan dini hari itu. Satu persatu papa dan juga mas-masnya bangun untuk membantu kami menyiapkan makan sahur yang akan kami nikmati bersama-sama. Rupanya Princessku sudah kecapekan dan ngantuk. Maka dia justru tidak berminat makan sahur, malah memilih untuk tidur lagi.

"Dek..........kok nggak sahur? Katanya besok mau puasa?" masnya bertanya sekaligus nggodain adik cantiknya itu karena mereka sangat memaklumi 'puasa' ala adiknya seperti juga dulu mereka puasa seusia itu.
'Gakpapa mas, adek bobok dulu baru nanti bangun adek sahur.' Princess menjawab ringan tanpa beban.

Besoknya Princess bangun minum susu, makan, lalu secara resmi menyatakan dirinya BERPUASA. Dan sepulang sekolah sekitar jam 10.30 bergegas dia ganti baju, cuci tangan kaki muka, dan.......... minta susu sekaligus kue (yang memang sudah aku siapkan) trus tetep mendeklarasikan tentang puasanya. Setelah tidur siang seperti biasa dia minta susu dan makan, lalu...................PUASA. Setelah shalat 'ashar dia juga minum susu dan makan buah semangka kesukaannya, namun tetap mengaku puasa. Dan...................akhirnya dia berteriak penuh kegembiraan saat kumandang adzan magrib terdengar dari masjid dekat rumah dan dari TV, segera minum teh manis anget yang selalu menjadi favorit kami saat berbuka puasa sambil berceloteh riang dengan mas-masnya tanpa meninggalkan kebanggaannya bahwa dia sudah berpuasa seharian itu.

Hahaha.................mas-masnya tersenyum penuh sayang dan pengertian melihat tingkah adik cantiknya itu. Dulu, saat seusia Princess mereka juga berpuasa seperti itu. Menikmati bulan penuh kasih, bulan Ramadhan tanpa ada tekanan keharusan mengikuti aturan baku berpuasa yang memang baru wajib bagi muslim muslimah yang sudah baligh. Dan mereka tetap aku perbolehkan mengaku BERPUASA. Sudah tertanam pada berlian-berlianku indahnya bulan Ramadhan, sehingga mereka secara otomatis tanpa paksaan dan tekanan akan meningkatkan kadar berpuasanya secara berangsur-angsur, dan pada akhirnya mereka bisa berpuasa penuh seharian tanpa merasa terpaksa bahkan sebelum puasa itu wajib hukumnya bagi mereka. Ya, biasanya mereka sudah mulai berpuasa penuh dengan sendirinya di usia 7-8 tahun tanpa harus dipaksa atau diiming-iming hadiah apapun, apalagi ancaman dan tekanan.

Puasa itu indah kok, jangan buat puasa adalah penderitaan atau penuh tekanan aturan ketat, dan paksaan. Buat puasa itu menyenangkan terutama bagi anak-anak yang baru belajar berpuasa.

Nikmat ya berpuasa itu? Puasa yuks................

Senin, 08 Agustus 2011

Buka Puasa Bersama?

Setiap bulan Ramadhan wacana Buka Puasa Bersama merebak di mana-mana; di kantor-kantor, organisasi-organisasi, sekolah-sekolah, keluarga besar, lingkungan RT RW, yayasan-yayasan anak yatim, bahkan komunitas-komunitas dan teman-teman lama sehingga menjadi semacam reuni.

Bukan hal buruk kegiatan berbuka puasa bersama. Bisa menjadi hal bagus jika memang niat dan tujuannya menjalin silaturrahim, pelaksanaannya santun, dan tentu saja dilakukan tanpa meninggalkan hal lain yang lebih penting dan utama. Apalagi berbuka bersama anak-anak yatim, menghibur anak-anak yatim tentu hal yang sangat baik dan mulia.

Namun seringkali orang lupa dan melakukan hal-hal baik tetapi dengan kurang memperhatikan bahwa ada hal lain yang lebih utama yang seharusnya dilakukan. Misalnya saja para pekerja kantoran di Jakarta yang notabene setiap hari Senin sampai dengan Jum'at pergi pagi buta sampai rumah lagi sudah malam menjelang, belum lagi ditambah 'gaul' after office hour yang mereka lakukan, tentu sangat jarang bisa berbuka puasa bersama anak-anak mereka sendiri. Apa iya mereka justru meluangkan waktu untuk berbuka bersama teman-temannya atau anak-anak yatim?

Belum lagi buka puasa bersama yang mereka lakukan begitu banyak, sehingga waktu sebulan habis untuk itu. Anak-anak mereka selalu berbuka puasa bersama pembantu, baby sitter, sopir, atau mereka terpaksa juga berbuka puasa sendiri-sendiri dengan teman-teman mereka yang sama-sama ditinggal orangtua mereka yang sebenarnya belum meninggal.

Dan heiiii.............bisa jadi mereka malah TIDAK PERNAH disempatkan berbuka bersama suami/istri dan anak-anak mereka meski sekali saja di bulan Ramadhan, namun sering berbuka bersama dengan teman-teman mereka, komunitas mereka yang sebenarnya hampir setiap hari mereka bertemu, juga disempat-sempatkan berbuka puasa bersama anak yatim.

WOW!!!???

Mumpung masih ada Ramadhan tahun ini, yuks tata kembali skala prioritas dimulai dengan memprioritaskan berbuka bersama keluarga tercinta, mari kita susun keluarga sebagai batu bata dari bangunan negara ini, sehingga negara kita yang rasanya nyaris rubuh ini bisa tegak kokoh kembali menyongsong jaman, sehingga anak cucu kita nanti nyaman aman tinggal di negeri indah mereka sendiri dengan damai.