Halaman

Selasa, 15 September 2009

ANAK NGGAK KUAT PUASA ??

Puasa Ramadhan sudah menjadi salah satu arena pembelajaran, pembentukan akhlak, pendidikan jasmani rohani bagi berlian-berlianku. Sejak masih sangat kecil, dini sekali mereka sudah berlatih berpuasa. Betul. Mereka sudah mulai belajar berpuasa sejak usia 2-3 tahun. He he he.......

Jangan pada marah gitu deh. Emang sih kalau belum tahu bagaimana berlianku belajar berpuasa pasti pada menuduhku kejam dan keras terhadap anak. Makanya, baca sampai selesai ya.

Seperti sekarang ini, Princessku yang belum genap berusia 3 tahun sudah berpuasa. Nggak percaya? Tanya saja sendiri kepada yang bersangkutan, pasti dia jawab jika dia berpuasa. Serius! Ha ha ha............. dia berpuasa "ala berlianku. Princess berpuasa, tidak makan dan minum di luar rumah. Nah, kalau dia ingin makan atau minum ya masuk rumah terlebih dahulu. Mengapa aku didik begitu? Ya ada banyak alasannya;
  • Membiasakan kepada mereka untuk berpuasa, menahan diri, tidak makan dan minum di tempat yang biasanya boleh.
  • Mendidik agar mereka menghormati orang lain (terutama anak kecil) yang berpuasa atau sedang belajar berpuasa dengan tidak makan dan minum di tempat umum.
  • Memberikan rasa bangga, percaya diri, bahwa mereka pun berpuasa seperti orang dewasa. Hehehe........... anak kecil seringkali merasa hebat jika sudah dianggap besar, bisa melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa atau yang lebih besar (tua) dari mereka.
  • Menanamkan rasa syukur, empati, rasa tepa slira, disiplin, jujur, dll
Setelah mereka berusia 4 tahun, maka berpuasanya meningkat menjadi menahan makan dan minum sejak sahur (ini sih sebangunnya dia, bisa jam 6, 7, atau saat sahur beneran) sampai jam 10 pagi. Lalu berbuka lagi jam 12 siang atau setelah dzuhur, dilanjut saat ashar minum susu dan makan kue (milk break lah hahaha..........) dan.............. selanjutnya ikut jam buka puasa beneran, ikut sibuk, ribut, dan menunggu-nunggu seolah dia memang berpuasa seharian. Bahkan lebih heboh dibanding yang berpuasa beneran sejak subuh hingga magrib.

"Buuuka puasaaaa................ buka puasa..........................." begitu nyanyian merdunya menjelang buka puasa.

Seiring bertambahnya usia, sesuai kemampuan mereka, acara berbuka di tengah2 berangsur menjauh menjadi jam 11, 16, magrib. Lalu setengah hari, dan akhirnya mereka berpuasa beneran sehari penuh sejak kelas 1-2 SD. Tanpa paksaan, tanpa ancaman, tetapi diiringi kebanggaan karena mereka merasa sudah hebat, bisa berpuasa sehari penuh.

Hehehe.............. tapi jangan dikira lancar2 aja lho. Pastinya ada saat2 mereka nggak kuat menahan godaan, terutama jam 12-14 di saat kehausan terasa sangat bahkan melihat air kolan pun mereka sudah tergoda. Hahaha..................... Beberapa orang sih menyarankan agar aku memberitahukan ke anak-anakku, seandainya nggak kuat dan ingin minum diam-diam harus minum air masak. Jangan air mentah. Lha............ aku mana mau begitu? Aku sih bilang ke anak-anakku seandainya nggak kuat ya bilang saja ke aku, jangan minum diam-diam yang artinya berbohong. Aku sih mendingan mereka nggak puasa tetapi jujur daripada sepertinya puasa padahal berbohong. Karena yang penting bagiku bukan berpuasa di depanku, akan tetapi kejujuran mereka sangatlah penting bagiku, jauh lebih penting dibanding status berpuasa.

Naaah........... yang akan aku ceritain ini bagaimana caranya eh........... caraku jika mereka mengeluh nggak kuat puasa pada saat mereka sedang di tengah waktu berpuasa. Hmm............ barusan 2 haru yang lalu terjadi sih, karena aku ketiduran, semua alarm tidak bekerja sebagaimana mestinya karena habis baterai dan aku lupa charge, dikombinasikan dengan kecapekanku yang rupanya sudah dalam ambang batas serta ngantuuuk banget alias sama sekali tidak mendengar suara-suara dari masjid yang biasanya membuatku terganggu saking kencangnya. Hhhhhh................. bangun saat terdengar adzan subuh! Duuuh............... gimana nih anak-anak nggak ada yang makan sahur. Si kecil yang baru 10 tahun bagaimana??

"Cintaa.............. Mama minta maaf ya kesiangan, bangunnya sudah subuh. Jadi nggak pada sahur deh. Aduuuh.................. maaf ya." Demikian pintaku.
"Mamaa............... it's ok. I have a lot of eat last night, it's enough for me. Don't be sorry. I know you were tired and sleepy." Lhaa??? Kok malah berlian ganteng terkecilku bilang begitu?? Subhanallah.............. aku sedikit lega dan tidak terlalu merasa bersalah.

Tapii...................... siang hari sesudah dzuhur..........

"Maa............aku hauuus banget. Boleh setengah haru nggak hari ini? Kan nggak sahur."

Weleeeh.........weleeh.................... kok lagu lama saat mereka masih kecil kembali bergema? He he he............ yo wis, Mama juga melancarkan jurus masa kecil kalian ya.

"Boleh, tapi.............. bagaimana kalau nanti dua jam lagi?"
"Hhhhh................... aku tahu deh, kalau dua jam lagi pasti aku nggak mau buka lagi. Waktu dulu kan gitu?"

Hehehe............... dia sudah tahu trik ku untuk menyiasati keluhannya. Tapi toh dia tetep nurut menunggu dua jam lagi untuk berbuka.

Dua jam kemudian......................

"Mas Rafi jadi buka nggak?"
"Ya pastinya nggaklah Ma, sayang lagi. Sekarang sudah jam tiga sore, bentar lagi juga sudah magrib. Masa puasaku selama itu mau aku batalin? Nggak usyah la yao!"

Tuh kaan.............. masih mujarab kok. Meski sekarang lebih mudah karena dia sudah lebih besar dan sudah tahu cara menghitung untung ruginya batalin puasa. Kalau dulu saat masih kecil, aku harus mengajak berhitung dulu untung ruginya jika membatalkan puasa sebelum waktunya. Kan memang nafsu untuk membatalkan puasa itu biasanya memang cuma sesaat datangnya. Setelah waktunya terlewat, maka puasa tidak lagi masalah. Niat menuntaskan kembali kuat.

So, berhasil..........berhasil.................. horeee!! Hahaha.................. kayak Dora the eksplorer tontonan Princessku ya! Selamat berpuasa berlian indahku. Semoga Allah selalu mencintai dan melindungimu. Amin.

Jumat, 11 September 2009

ZAKAT

Beberapa kawan, relasi, saudara, menanyakan tentang zakat. Lha.......... aku bukan ahli ilmu agama. Paling-paling aku ngerti dikit n diikuti logika berpikir aja. Tapi mereka bilang tanya ke aku justru karena mereka nggak puas dengan penjelasan para ahli agama (walaaah........... jangan gitu donk, nggak enak nih jadinya), juga pelaksanaannya.

"Saya kok kurang sreg dengan pemanfaatan zakat saya. Di masjid dekat rumah, di ustadz, bahkan di lembaga besar yang sudah punya nama. Gimana ya Bu, kalau hati nurani nggak sreg kata Ibu dulu berarti ada yang salah?"

Waduuuuh............ aku jadi bingung deh, kok ujung-ujungnya mengutip statementku yang sebenarnya aku gunakan untukku sendiri???? Bukan buat publik itu, lha aku bukan Superman........ eh salah, aku bukan seorang ahli yang statementnya pantas dipakai oleh publik sebagai rujukan.

Ya sudah, karena mereka bertanya dan mau menerima syaratku bahwa ini hanyalah pendapatku sebagai seorang Dewi, yang bukan siapa-siapa, ya aku jelasin aja. Secara garis besar aku jelasin, eee............. lha kok yang masih mahasiswa malah nyatat dan memintaku pelan penjelasannya! Kata mereka, "Hebaaat Bu, logis sekali dan orisinil pendapatnya." Weee............ jangan dipakai di kampus lho ya, nanti aku repot kalau harus berhadapan dengan para profesor itu. Bukan apa-apa sih, kasihan kan kalau sampai profesornya kalah argue sama aku. Hahaha.......... jangan diambil hati ya, itu cuma numpang narcist aja kok. Pas serieuse. Hehehe....

Menurutku sih, kalau zakat fitrah, sedekah, infaq, dll HARUS diberikan kepada mustahiq dan digunakan untuk konsumtif. Yah.......... silahkan saja dibagi-bagi, dihabiskan, ngak ada masalah. Karena zakat fitrah memang untuk konsumtif, untuk merayakan lebaran, jangan sampai ada yang kekurangan kebutuhan pokoknya saat lebaran. Makanan layak, pakaian pantas, yah.......... jangan ada yang sekedar untuk makan saja tidak ada. Kayaknya sampai di sini sih hampir tidak ada bedanya dengan pendapat semua orang ya, makanya mereka kelihatan bosan dan nggak minat. Mungkin mereka nyesel sudah nanya ke aku. Kirain pendapatnya spektakuler!! Hehehe.............

Nah, kalau zakat maal aku punya pendapat berbeda. Dan begitu aku menjelaskan, semua tekun menyimak, manggut-manggut (entah karena mengerti, setuju, atau ngantuk karena sedang puasa), dan para mahasiswa mulai mengeluarkan jurus-jurus mencatatnya. Nggethu! Wuih......... aku makin bersemangat menjelaskan dan agak sok dosen gitu.

Menurutku, zakat maal bukan untuk konsumtif. So, bukan untuk dibagi-bagikan sampai habis kepada semua yang dianggap mustahiq, dan setiap tahun selalu habis selalu dibagikan kepada semuanya, bahkan setiap tahun bukannya berkurang penerimanya malahan orang yang sudah menerima tahun sebelumnya pun masih selalu datang untuk menangguk "jatah" ditambah penerima baru. Sedih banget kalau aku melihat fenomena ini.

Padahal, semestinya zakat maal bermanfaat untuk menyelamatkan ekonomi umat, bahkan untuk mengembangkannya. So, zakat maal harusnya bersifat produktif, sama sekali bukan konsumtif, dan tujuannya untuk memberdayakan umat secara ekonomi. Dan zakat maal ini bisa mengentaskan ekonomi masyarakat (umat) terutama lingkungan di sekitar para muzaki sendiri. Dan lingkungan ini bisa secara geografis atau komunitas tertentu. Pengelolanya pun seharusnya memahami masalah ekonomi, keuangan, dan karakter umatnya.

Misalnya, zakat maal yang dikelola oleh masjid suatu kalangan perumahan. Maka sudah seharusnya bisa bermanfaat untuk umat di sekitar sana terlebih dahulu. Dan pemanfaatannya juga sesuai kadar "urgent" nya, yang tentu saja ini unik untuk masing-masing kalangan. Misalnya jika yang sedang urgent di sana adalah masalah pengangguran, maka zakat maal bisa digunakan untuk menanggulangi pengangguran. Bisa untuk "pinjaman" modal usaha disertai pendampingan dan bimbingan, bisa untuk membuka usaha yang menyerap para penganggur di sekitarnya, atau untuk mendidik mereka agar lebih berdaya, cukup keahlian dan ilmu sehingga memungkinkan bagi mereka untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan yang cukup. Nah, orang yang tahun ini menjadi mustahiq, yang menerima zakat maal, maka diharapkan tahun depan tidak lagi menjadi mustahiq namun sudah menjadi muzaki. Hei........ bukankan dengan begini setiap tahun akan menelorkan muzaki baru? Sehingga bukan mustahil setelah masyarakat tersebut sejahtera secara ekonomi, maka zakat maal mereka bisa dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah lain terdekatnya. Demikian seterusnya.

Idealnya memang demikian, dikelola oleh masjid setempat dengan profesional. Dan pengelolanya (amil) mempunyai kemampuan dan ilmu yang cukup untuk menanganinya, serta mereka mendapat renumerasi yang cukup pula. Bukan gratis, bukan hanya ucapan terima kasih, karena ini pekerjaan yang membutuhkan keseriusan, keahlian, dan dedikasi yang tinggi. Profesional, bahasa kerennya. Namun, oleh karena seringkali yang mengurus masjid hanya sampingan, atau jika dia full di masjid hanya karena dia tidak mempunyai pekerjaan lain, maka penanganan zakat yang seperti ini tentu saja aulit terwujud.

Jika zakat maal dibentuk dan dikelola oleh suatu komunitas tertentu, misalnya sebuah keluarga besar. Mereka mengumpulkan zakat maal mereka secara kontinyu, diurus oleh profesional yang mengerti masalah keuangan, ekonomi, dan amanah tentu saja, lalu memanfaatkannya untuk anggota keluarga besar tersebut yang membutuhkan (bukan konsumtif). Sama persis caranya dengan jika diurusi masjid, sampai seluruh anggota keluarga besar tersebut terentaskan dari kemiskinan, yang mustahiq sudah menjadi muzaki, maka kemudian pemanfaatan zakatnya bisa meluas ke sekitarnya.

Hhhhhhhh................... rasanya jika ini diterapkan, multiplier efffectnya akan sangat besar. Tidak akan terlalu lama membuat umat Islam sejahtera. Karena fungsi zakat sebagai penopang ekonomi umat benar-benar terwujud, zakat akan mendidik umatnya untuk semakin berdaya secara ekonomi, umat penerima zakat akan mempunyai kebanggaan, harga diri, karena mereka bukan peminta-minta yang tiap tahun datang menadahkan tangan, dan bukan hanya menjadi ajang pembagian "jatah" tahunan yang habis tak berbekas karena digunakan untuk konsumsi belaka.

Dan juga bukan zakat dipull di lembaga yang terlalu jauh dari masyarakat muzaki, kemudian pemanfaatannya pun tidak langsung mengena bagi masyarakat sekitar muzaki. Misalnya aku (dulu sering sih) berikan, amanahkan zakat maalku ke **** sebuah lembaga pengelola zakat. Trus zakat itu digunakan untk mengentaskan kemiskinan di Papua atau manalah yang aku sendiri nggak kenal. Nggak papa sih, tapi akan aneh kalau sebenarnya di sekitarku sendiri , komunitasku sendiri, temanku, saudaraku sendiri, butuh penanganan masalah ekonomi umat. Iya to? Bener to? Manteb to? He he he...........

Terlalu serius?? Kok sudah mulai ada yang tidur? Hehehe............ rupanya dia sejak sahur belum tidur, biarin aja deh. Semoga mimpinya tentang zakat, dan saat bangun dia sudah bisa menerapkan zakat yang benar. Eee................ yang mahasiswa minta ijin memakai catatannya jika suatu saat dia butuhkan. Hallaah.............. asal jangan aku disuruh berdebat dengan profesornya aja deh. He he he................... kalah status! Maksudnya siapa nih yang kalah???

Peace ah! Selamat berpuasa, selamat berzakat, tapi please............... jangan terus aku yang disuruh menangani zakat kalian ya. Kecuali kalian ikut membentuk, merekrut, mendidik, mengawasi, dan mensupervisi para pengelolanya.

Luv u full.......................

Rabu, 09 September 2009

CHAIN

Dari seorang teman;

Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan keluar menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu mendekati sang nyonya.

Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.

Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri di sana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan.

Kata pria itu, "Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson ."

Wah, sebenarn ya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu.. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.

Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.

Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun ju mlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.

Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.

Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, "Dan ingatlah kepada saya."

Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.

Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.

Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan .

Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $ 100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.

Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu: "Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya.. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: 'Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu.'"

Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.

Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan ke lahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.

Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, "Segalanya akan beres. Aku mengasihimu, Bryan Anderson!"

Kamis, 03 September 2009

PENGEMIS & RASULULLAH

Kisah teladan:

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya,
Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu
pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang
menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak
bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?

Aisyah RA menjawab,Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja. Apakah Itu?, tanya Abubakar RA.
Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan
membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana, kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan
itu kepadanya.

Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, Siapakah kamu?

Abubakar RA menjawab,Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).
Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku, bantah si
pengemis buta itu.

Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah.
Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku,
tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut,
setelah itu ia berikan padaku, pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya,
orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia....


Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Pengiiiin punya pribadi seperti itu..............amiiin................