Halaman

Selasa, 30 Oktober 2012

Berlianku, Kebanggaanku, Anti Korupsi....

Hmm....ini sebenarnya tulisanku tahun lalu ya......saat sedang anget2nya seleksi ketua KPK......

Pengumuman kelulusan SD tahun ini termasuk moment yang aku tunggu-tunggu. Hehehe..............soalnya berlianku termasuk peserta ujian SD kali ini. Hmm.......sebenarnya, seharusnya, hal ini tidak akan pernah meresahkanku seandainya dunia ini ideal, tidak ada kecurangan, tidak ada kong kalingkong, tidak ada genk-genk an, tidak ada jual beli soal & jawaban, dll yang mungkin saja terjadi. Bahkan bagiku jika anakku sampai tidak lulus pun tidak masalah, jika memang benar-benar kenyataannya anakku tidak mampu. Jadi aku tetap ada sedikit gundah, khawatir jika ada ketidak adilan yang merugikan berlianku akan membuat semangatnya terkikis. Resiko membesarkan anak di jaman materialistis.

Menyedihkan memang jika mendengar berbagai berita tentang bagaimana 'mendidik' anak-anak bangsa, generasi penerus, dengan didikan kecurangan, kerjasama yang tidak seharusnya dilakukan, apalagi dengan cara mengintimidasi anak agar melakukan hal buruk tersebut. Miris sekali mendengarnya, mengetahuinya, merasakannya, dan membayangkan akibatnya kepada bangsa ini, negara ini ke depannya.

Hampir bersamaan, juga sedang terjadi penyaringan calon ketua KPK, sebuah komisi yang dibentuk untuk memberantas korupsi di Indonesia. Entahlah, seberapa serius orang-orang ingin memberantas korupsi. Setahuku sih banyak orang yang hanya teriakannya saja yang keras, namun entah disadari atau tidak, disengaja atau tidak, mereka sebenarnya menumbuhsuburkan korupsi.........terutama jika itu menguntungkan diri mereka, keluarga, atau golongan dan kelompoknya. Lalu mereka akan merubah istilahnya bukan sebagai korupsi namun nama lain yang terkesan halal, boleh, atau cenderung sesuatu yang mulia, bahkan tidak jarang membawa-bawa ayat dalam suatu kitab suci segala untuk meyakinkannya. Padahal jika hal baik, tidak perlu digembar gemborkan dasar dan ayatnya pasti sudah akan menyejukkan nurani siapapun dari agama manapun.

Dalam ketidaknyamananku atas kondisi itu, aku tetap optimis dan tentu saja sangat bangga dengan berlianku. Sebenarnya sejak anak pertamaku dulu aku sudah mendengar dari angin lalu selentingan, ajakan untuk curang dalam ujian, dll yang tidak aku setujui apalagi aku lakukan. Tentu saja bagiku itu adalah suatu penghinaan intelektual dan kejujuran anakku. Buat apa aku melakukan hal bodoh seperti itu? Lalu apa gunanya selama ini aku berjuang mati-matian untuk menegakkan kebenaran, kejujuran, jika aku harus membiarkan pendidikan yang salah bagi berlianku, harta terbesarku, hal terpentingku?

Dan mengapakah aku tidak menerapkan ilmu auditorku tuk membuktikan segala kecurangan itu lalu memblow up nya seperti yang terjadi sekarang? Karena aku tahu itu hanya akan menjadi komoditas media, hegemoni sesaat, kehebohan gak penting, lalu akan hilang begitu saja dan praktik-praktik serupa tetap tumbuh subur bahkan makin menggila. Aku sudah merasakan akibatnya jika berbeda dengan masyarakat, komunitas, yang suka teriak anti korupsi padahal nyatanya mereka pendukung korupsi dan bahkan mungkin saja ahli korupsi.

Ya, aku hanya akan konsentrasi menyiapkan berlian-berlian bangsa ini untuk menjadi penyelamat negeri. Itu saja yang bisa aku lakukan sebagai kontribusi untuk bangsaku, negaraku, surga dunia milikNya yang dianugerahkan padaku, pada berlian2ku, pada bangsaku.

Kembali ke berlianku, kelulusannya, nilai bagusnya, rasanya sudah menjadi hal wajar dan seharusnya dia peroleh. Dia memang cerdas, mampu, dan berhak atas hal itu. Hal yang justru sangat membanggakanku adalah........ beberapa bulan sebelum ujian dia dipercaya oleh orangtua dari temannya untuk mententir, mengajar, memberikan les privat tanpa bayar tentu saja kepada anaknya, juga anak-anak lain agar mereka bisa menempuh ujian dengan baik dan berhasil. Alhamdulillah, temannya itu yang biasanya mendapatkan nilai tidak bagus kali ini lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Tidak dengan cara memberi contekan lho!

Lalu saat aku tanyakan tentang berbagai berita heboh tentang seorang anak SD yang disuruh oleh gurunya memberi contekan ke teman-temannya itu, dengan diplomatis dia menjawab;

"Mama kan tahu, kalau aku disuruh curang kayak gitu ya gak mungkin aku mau. Itu kan tidak bener. Mama Papa tidak pernah ajari aku, cukup dengan contohi aku untuk tidak melakukan hal tidak bener, kan? Kalau mau belajar sama aku ok, tapi kalau mau nyontek aku ya no way! Gak bakalan ada yang maksa2 aku, jahat sama aku. Tenang Ma, aku aman. Mana ada yang berani sama mamaku?" gubraaaagg........

Masya Allah..............sejuk rasanya hatiku mendengar jawabannya, mengetahui sikapnya, yang mencerminkan anti korupsi yang sesungguhnya. Mulai sejak dini, saat masih kecil, dan dimulai dari diri sendiri. Hai para orang dewasa.......................... malu donk ah kalah ma anak kecil!!

Gak perlu teriak2 anti korupsi, gak perlu ada mata pelajaran atau mata kuliah anti korupsi, cukuplah saja dengan contoh nyata dari para orang dewasa sekitarnya..................JANGAN KORUPSI!!!!! Maka anak2, generasi muda, akan dengan sendirinya anti korupsi. Buang2 waktu n energi aja sih???? Gitu aza kok refot!

Berlianku................keep shining! Negara ini membutuhkan kilau terangmu.

Selasa, 16 Oktober 2012

Kisah Seorang Pemuda di Gerbong Kereta

Kisah inspiratif copas dari seorang teman,

Di sebuah gerbong kereta api yang penuh, seorang pemuda berusia kira-kira 24 tahun melepaskan pandangannya melalui jendela. Ia begitu takjub melihat pemandangan sekitarnya. Dengan girang, ia berteriak dan berkata kepada ayahnya:

”Ayah, coba lihat, pohon-pohon itu… mereka berjalan menyusul kita”.

Sang ayah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah yang tidak kurang cerianya. Ia begitu bahagian mendengar celoteh putranya itu.

Syahdan, di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah pemuda yang kekanak-kanakanitu. Mereka berdua merasa sangat risih. Kereta terus berlalu. Tidak lama pemuda itu kembali berteriak:

“Ayah, lihat itu, itu awan kan…? lihat… mereka ikut berjalan bersama kita juga…”.

Ayahnya tersenyum lagi menunjukkan kebahagiaan.

Dua orang suami-istri di samping pemuda itu tidak mampu menahan diri, akhirnya mereka berkata kepada ayah pemuda itu:

“Kenapa anda tidak membawa anak anda ini ke dokter jiwa?”

Sejenak, ayah pemuda itu terdiam. Lalu ia menjawab:
“Kami baru saja kembali dari rumah sakit, anakku ini menderita kebutaan semenjak lahir. Tadi ia baru dioperasi, dan hari ini adalah hari pertama dia bisa melihat dunia dengan mata kepalanya”.

Pasangan suami itu pun terdiam seribu bahasa.

>>Setiap orang mempunyai cerita hidup masing-masing, oleh karena itu jangan memvonis seseorang dengan melihat zahirnya saja. Barangkali saja bila anda mengetahui kondisi sebenarnya anda akan tercengang. Maka kita perlu berfikir sebelum bicara..

# Inspirasi Islami