Halaman

Kamis, 30 Oktober 2008

PRINCESS SUKA ICE CREAM

Princessku sudah hampir 2 tahun. Hmm....ntar lagi harus disapih. Dia sudah mulai makan banyak menu seperti orang dewasa, hanya saja tidak terlalu berbumbu. Plain saja! "Mamaa.....makanan Adek tuh gak enak, kok Adek mau sih? Adeek.....jangan mau itu nggak enak, hambar!" Begitu Mas Rafi ngajarin adek cantiknya yang lahap makan makanan "plain". Ha ha ha........dia dulu juga gitu lahap aja tuh!

Tapi heiiii.......Vania paling suka "ngrencokin" Mas Rafi makan. Juga Mas-Masnya yang lain dan Papanya. Tapi yang menjadi favoritnya ya tetep Mas Rafi. Setiap Mas Rafi makan, dia langsung ambil sendok dan duduk di depan Mas Rafi......ikutan makan!! So, Mas Rafi jika makan mesti ambil ekstra, untuk adek tersayang. He he he.......nggangguin aja disediain. Dasar penyayang adek!

"Adek makan dulu ya..........." Begitu si cantik berkomentar sambil duduk di depan Masnya, lalu langsung.............menyantap makanan Masnya dengan lahap. Lumayaan .......nambahin asupan makanan ke tubuh mungilnya yang memang sedang perlu banyak gizi untuk tumbuh kembangnya.

Suatu hari...................
"Mama.....Adek mau itu." Katanya sambil menunjuk kulkas.
"Ambil aja sendiri cintaku, Mama lagi repot nih."
"Ndak bisa Ma......Adek ndak nyampai."
"Masa sih? Kan biasanya juga Adek bisa."
"Bukan Mamaaa.......yang itu lho, Adek ndak bisa, ndak nyampai, tinggi."

Hm........rupanya dia mau membuka freezer yang memang di bagian atas kulkas kami. Ngapain juga ya dia mau buka freezer segala? Kan makanan dia adanya di pintu bawah, nggak perlu buka freezer segala. Apalagi nih maunya cantikku ini?

"Yang ini yang Adek mau buka?"
"Iyaaaa.......horeee........iya Mamaaa........bukain, plissss......"

Ha ha ha......lucu banget tingkahnya saat memohon padaku. Tangan mungilnya disatukan seperti orang nyembah, ditaruh di dada, sambil dia goyang-goyangkan badannya kiri kanan. Membungkuk pula! Walaaah..........jadi gemesssss.

"Memangnya Adek mau ambil apa sih? Kan di situ nggak ada makanan Adek. Adanya daging, udang, ikan, dan makanan beku lainnya yang harus dimasak Mama dulu, baru Adek bisa makan."

"Mamaaa.....Adek mau yang di situuu........yang dingin........Adek suka."
"Apaan sih sayang Mamaa.........???"
"Itu Maa......yang enak. Yang Adek suka. Yang dingiiiin....... Pakai ini lho makannya. Hiii......dingiiin.......enaaak......."

Dia menjelaskan keinginannya sambil memegang con ice cream yang sudah dia ambil dari lemari makanan. Oalaah.......pinternya sih......cantikku ini. Memang aku pernah lihat dia duduk di depan Mas Rafi yang sedang makan ice cream. Rupanya Masnya yang baik hati itu selalu memberi makanannya sebagian ke Vania, cantik kami. Ya......sudah deh, dia sudah tahu rasanya, bagaimana cara makan, dan..........dimana menyimpannya. Gaswaaaatttt..............

"Adek mau ice cream?"
"Iyaaaaa..........Mama betull..............Adek suka.......dingin.....enak......e kim.....e kim......Adek suka e kim......."

Dia menjawab sambil melompat-lompat kegirangan, dia menjadikannya sebuah lagu........ngasal........mengacung-acungkan con di tangan kiri dan sendok kecil di tangan kanannya. He he he......dia diajarin Mas Rafi makan ice cream pakai sendok kecil meski pakai con. "Biar nggak terlalu belepotan. Kalau langsung dari con, Adek belepotan sampai baju-bajunya. Dia belum bisa." Demikian alasan Mas Rafi.

Sekarang, dia langsung bisa menyebutkan "Ma....minta e kim......." Dan itu menjadi favoritnya. Waduuuh..........sehat nggak ya? Manisnya? Dinginnya? Flavornya? Kata dokter sih nggak papa. Aku baca-baca juga no problem. Semoga aja nggak papa bagi tubuh mungil nan cantik itu. Semoga berkah. Hanya itu akhirnya aku bertumpu......do'a seorang Ibu buat putri kecilnya.

Berlian-berlianku memang cerdas. Mereka sudah bisa menganalisa, mencari jalan keluar, dan memutuskan jalan keluar apa yang mesti dilakukan dalam keadaan tertentu. Hhhhh...........berlianku........keep shiniiing...................

Rabu, 29 Oktober 2008

CITA CITAKU

Sejak kecil, aku memang bukanlah anak yang "biasa saja". Entahlah, aku juga tidak mengerti apa sebabnya aku berbeda. Hampir dalam segala hal, aku berbeda. Sejak duduk di Taman Kanak Kanak, aku selalu ingin "tampil" lebih dari teman-temanku. Oleh karenanya aku selalu berlatih keras nyanyi, menari, deklamasi, pidato, atau apapun jika akan ada pejabat yang berkunjung atau ada lomba. He he he....tujuannya, biar akulah yang terpilih untuk mewakili sekolahku, dan kemudian......akulah pemenangnya atau bintang acaranya. Walaaah.....dari kecil kok narcist habis gitu ya?? Ehem....

Sebenarnya aku itu merasa sebagai anak yang pemalas. Namun orang di sekelilingku selalu mengatakan aku rajin belajar. Kenapa? Karena ketika mulai masuk SD dan mendapatkan buku paket dari sekolah, pffff........aku sebel! Iya, aku sebel harus membaca dan menyelesaikan soal yang ada di buku-buku itu setiap hari. Itu mengganggu kesukaanku membaca, dan bisa dipastikan yang aku sukai bukan buku paket SD! Akhirnya aku putuskan membaca semua buku itu dan mengerjakan semua....ya semua soal yang ada di sana sampai selesai. Setelah itu, selama setahun penuh aku nggak pernah membaca dan mengerjakan soal baik di sekolah maupun di rumah sebagai PR.

Demikian juga untuk tahun-tahun selanjutnya. Malahan, aku terkadang membaca, mempelajari, dan langsung menyelesaikan seluruh buku paket untuk pelajaran kelas di atasku. Ini semua agar tahun depannya lagi aku "bebas" dari buku paket, PR, dan segala hal menyebalkan lainnya. He he he........... dasar pemalas!!!

Demikian seterusnya sampai aku "jatuh cinta" dengan matematika, karena menemukan keasyikan tersendiri saat bisa memecahkan soal matematika. Aneh kan? He he he.....saat anak lain menganggap matematika adalah "momok" menakutkan, bagiku hiburan yang mengasyikkan. Tuh..........beda lagi deh!

Ke "narcist" an ku pun berlanjut. Menjadi pelajar teladan bahkan sampai tingkat Propinsi, bintang perpustakaan, pidato, baca puisi, deklamasi, cerdas cermat, dan juara-juara lain aku sabet dengan gemilang!! Cieee........ gaya ya? Bahkan sampai memasuki masa kuliah, dua perguruan tinggi dambaan hampir setiap lulusan SMA di Indonesia pada waktu itu (sampai sekarang nggak sih?) dengan mulusnya berhasil aku tembus testnya. UGM dan STAN.

And then.................... suatu hari di jaman sekarang......... (kayak ilustrasi film ya?)

Saat baca postingan teman-teman alumni STAN tempatku kuliah pertama, tentang Ibu Menkeu yang Ibundanya wafat, deuu.......aku jadi ingat cita-citaku waktu kecil.

Sejak kecil, aku pengen menjadi "seseorang" setelah dewasa nanti. Aku ingin jadi menteri saat masih sangat muda, sehingga Bapak Ibuku sempat melihat dan bangga. Secara, aku anak ke 9. So, saat aku dewasa orangtuaku sudah cukup berumur. Makanya maunya ya jadi saat aku masih sangat muda. 30 an gitu deh!!

Eee......setelah aku menginjak dewasa (kok kayak lagu aja ya?) dan semakin belajar berbagai hal, aku melihat adanya kesalahan dalam masyarakat. Ya, salah!! Aku melihat betapa banyaknya wanita yang sekolah tinggi, lalu mereka semua berlomba-lomba bekerja kantoran. Mereka dandan rapi, cantik, wangi, setiap hari untuk pergi ke kantor. Anak-anak sejak bayi umur 3 bulan sudah ditinggal ibunya dari pagi hingga malam. Ada yang dengan pembantu, baby sitter, atau neneknya. Mereka bilang sih............ mau cari uang buat anaknya.

Tapii.....yang mereka lakukan adalah.....ke salon saat libur, ketemuan dengan teman sampai malam saat pulang kantor, buka puasa bersama, reunian, dan acara-acara lain memenuhi agenda mereka, membeli mobil baru saat mempunyai kelebihan uang, dll. Apa iya anak-anaknya memerlukan itu semua ya? Katanya bekerja untuk anaknya??

Lalu...........uang mana yang dicari untuk anak-anaknya? Uang untuk makan yang mereka sendiri tidak melihat apa yang sebenarnya dimakan anak-anaknya, dan hanya "laporan" dari pembantu, babby sitter, atau orang lain yang dia percaya menjaga anak-anaknya? Uang sekolah yang mungkin mahal, namun si anak tidak pernah mendapat sentuhan langsung "sekolah pertama dan selamanya" .........ibunya? Uang pakaian, yang mungkin tidak lebih mahal dari sepatu ibunya? Uang untuk babby sitter atau pembantu yang mungkin hanya memperhatikan ala kadarnya karena dibayar? Yang sebenarnya anak lebih memerlukan kehadiran ibunya, sentuhan ibunya, kasih sayang dan perhatian tulus sepenuh hati ibunya.

Aku sangat tidak ingin anak-anakku "hanya" mendapatkan seorang Ibu yang seperti itu. Yang hanya menjadi ibu secara biologis karena melahirkannya. Atau yang hanya memberi ASI dengan perahan alat listrik, bukan dari payudara ibunya dengan disertai dekapan dan senandung do'a, atau bahkan hanya susu formula mahal yang dibanggakan ibunya. Padahal bagi bayi........... susu formula semahal apapun tetap bukanlah susu yang menjadi haknya, yang disediakan Allah khusus untuknya.

Aku ingin anak-anakku mempunyai seorang Ibu yang sebenar-benarnya IBU. Yang menanti kehadiran mereka sepenuh hati, yang menyusui mereka sepenuh sayang didiringi senandung do'a indah dan dekapan hangat, yang mengajari mereka berbagai hal dengan sepenuh kemampuannya, yang memberikan perhatian dengan seluruh waktu, tenaga, pikiran, dan hati yang "prima", yang benar-benar menjadi ibu bagi anak-anaknya, yang profesional menjadi ibu. Sekolah pertama dan selamanya bagi semua anak-anakku.

Dari situ, berubahlah cita-citaku. Aku ingin menjadi Ibu bagi anak-anakku, aku ingin mendedikasikan seluruh kemampuanku untuk menyiapkan generasi mendatang. Aku ingin mensyukuri tujuan penciptaanku, sebagai "sekolah pertama dan selamanya" bagi anak-anakku. Untuk menjadi IBU, aku HARUS pintar dan berpengetahuan luas, mempunyai daya nalar dan analitis kuat. Aku akan selalu dan selamanya belajar untuk menjadi IBU yang sesungguhnya, IBU sejati. Untuk mengasuh semua berlian indah Allah yang diamanahkan kepadaku.

I love you BERLIANKU........................

Selasa, 28 Oktober 2008

BERLIANKU SELALUUU............. LUCU

Hmm..........capek ya ngomongin yang serius mulu. Berlianku lebih menarik ya?? Ups........menurutku sih. But, heiiii........siapa tahu Anda juga akan merasa berlian Anda lucu setelah membaca ceritaku ini.

Saat mereka kecil, seperti Princessku sekarang, apa aja yang dilakukan lucuu!! Tingkahnya lucu; "mbuntut" ke manapun aku beraktifitas, eee......juga sama Mas-Masnya. "Mamaaa......Mas Hafizh mayah, tangan Adek ndak boleh megang ini...." begitu dia ngadu ke aku saat dilarang Masnya yang sedang belajar merasa terganggu oleh ulahnya yang memang sangat ngganggu. Gimana enggak? Dia akan ikut corat-coret di sebelah Masnya yang sedang belajar. Duduk seenaknya di atas buku atau pangkuan Masnya. Ikutan baca buku yang sedang dibaca Masnya. Nggak boleh dibalik sebelum dia merasa selesai baca halaman tertentu.

Ikut main gitar yang kegedean (ha ha ha.....Masnya yang kasihan sampai bikin proposal agar Adek cantiknya dibelikan gitar kecil), nyanyi meliuk-liuk saat Mas-Masnya main gitar, naik ke kursi agar bisa main piano sambil nyanyi lagu, atau sekedar mondar mandir sambil tangan mungilnya ngapurancang atau sedekap.

Belum lagi jika dia shalat, "masak", atau main boneka-bonekanya. Atau saat pamer kecantikannya ke Papa dan Mas Masnya jika aku membuat dandanan rambut baru di kepala cerdasnya itu. Dia pamerkan jepit rambut baru, sandal baru, atau sekedar "temuan" barunya sebagai mainannya. Juga ketika dia mengikutiku melakukan permainan baru yang aku ajarkan, lalu menuntutku mengulanginya lagi dan lagi dan lagi! Sampai aku bosen dan eneg dengan permainan itu. Ha ha ha........salah sendiri ngajarin!

Saat dia merayuku agar diijinkan nyusu meski belum lama berselang dia sudah nyusu. Berbagai alasan dia gunakan dengan cerdasnya, agar aku luluh dan memberinya ASI. Padahal, kadang dia hanya main-main, dia sudah nyusu secara "resmi" dan sudah puas. Terbukti memang saat aku layani kemauannya hanya bercanda. Saat ngrencokin aku di depan komputer, tetep lucu! Lha........saat dia "ngomel" marahin Mas Masnya juga nggak kalah lucunya. "Emaaaaasssss..............jangaaaannn.........!!!" Begitu dia berteriak sambil gemes! Makin LUCU!!!!!!!

Yah......dulu semua Masnya juga lucu begitu apapun tingkahnya, dengan berbagai variannya.

Eeee.........setelah mereka umuran balita, beda lagi lucunya. Corat coret tembok dengan berbagai alat yang menghasilkan warna.......meski sudah aku sediakan papan tulis ataupun kertas yang ditempel di tembok. Belajar baca, menghafal surat Al Qur'an atau do'a, belajar naik sepeda, bahkan saat mereka mulai protes dengan bahasa yang semestinya belum mereka gunakan. Semuanya lucu!!

Lalu setelah mereka bersosialisasi di sekolah. Waaah.........sangat dinamis dan beragam sesuai karakter anak. Interaksi dengan teman, guru, atau pelajaran yang disampaikan, menjadi "makanan"ku sehari-hari. Karena aku memang selalu siap menerima berbagai "aduan" dan protes mereka, entah itu sejatinya merupakan complain maupun komplimen bagi gurunya.

Ha ha ha......secara, anak-anakku sering punya pendapat sendiri yang berbeda dengan gurunya. Semua berlianku suka membaca sejak belum bisa membaca, so.......pengetahuan mereka cenderung lebih luas dibanding gurunya. Di sini aku harus bijak menjadi "perantara" mereka agar silaturrahim tetep terjalin baik dan harmonis. Lhaa..........kalau tidak, bisa malu atau marah besar deh guru mereka (yang tidak open mind) mendengar pendapat berlianku.

Berantem dengan temannya, ngiri atas perlakuanku kepada Mas, adek, atau Papanya, jatuh, luka, patah tulang, sakit, pokoke lengkap! Tapi berlianku tetaplah sangat lucu menyikapi berbagai kondisi di usia yang begitu segar, muda, hijau, orisinil, kadang naif, sangat perlu diasah dan diarahkan.

Kemudian saat SMP dan SMA, berbagai masalah khas remaja, ABG, masa pubertas, masa pancaroba, yang membuatku harus lebih kreatif lagi dalam menanggapinya. Bantahan-bantahan yang bermunculan mulai mengesalkan, perbedaan cara pandang atas suatu masalah antara mereka yang mulai "merasa" sudah gede dengan kami yang SELALU merasa mereka adalah bayi mungil kami. Ha ha ha.........wake up Mom........mereka sudah remaja! Tapi, heiiii.........mereka tetep lucu. Mereka memang selalu lucu, meski saat mereka sangaaaat............ngeselin!!!

Semua kesalahan mereka tentu perlu disikapi dengan bijak dan tepat. Kita arahkan agar kembali lurus, agar mereka mengerti mana yang benar dan salah, mana yang boleh dan tidak, mana yang santun, pantas, dan tidak, dsb. Semua perlu kecukupan akan ilmu dan pengetahuan, perlu keanekaragaman pendekatan, perlu cara pandang yang cerdas, perlu waktu, tenaga, dan perhatian yang prima. Bukan hanya sisa-sisa waktu, tenaga, dan perhatian kita orangtuanya, setelah kita habiskan untuk kesibukan yang "katanya" untuk anak-anak. Mengurus mereka memerlukan potensi optimal kita. Capek memang........meski sebenarnya tetep lucu!

Semua masa itu penuh dengan kerja keras, capek, repot, kesel, tapi..........tetep lucu!! Yah mereka selalu lucu, jika kita orangtuanya selalu menyadari jika mereka adalah anak-anak kita. Mereka adalah berlian yang Allah amanahkan untuk kita rawat, bimbing, asuh, didik, dan jaga agar tidak melenceng terlalu jauh dari tujuan penciptaan mereka.........ibadah! Yah, agar saat mereka dipanggil kembali nantinya, dipanggil sebagai "Jiwa yang tenang". Yaaa....nafsu mutmainah..........

Ya, kembalikan amanahNya dengan kondisi terbaik yang sanggup kita lakukan, saat kita harus menghaturkan kepada PEMILIKNYA............ALLAH !!!

Minggu, 26 Oktober 2008

Ibu Indonesia (SAVE THE NEXT GENERATION PART # 9)

Sangat menyayat hatiku, nasib anak-anak Indonesia. Yah.....mereka "ditinggal" oleh Ibunya, sekolah pertamanya, setiap hari hanya demi materi. Semakin tinggi pendidikan seorang Ibu, sayangnya semakin hanya akan digunakan untuk mencari materi (harta dan kedudukan). Seharusnya, semakin tinggi pendidikan seorang Ibu, semakin hebat dalam mendidik anak-anaknya, semakin mengerti prioritas, mana yang lebih penting.

Tapi di sisi lain, aku mengerti mengapa mereka begitu. Ya, karena masyarakat juga menilai segala sesuatu dari segi materi. Seolah siapa yang bisa mencari harta banyaklah yang pantas dihargai, siapa yang kedudukannya tinggi yang dihargai, siapa yang eksis di karirlah yang dihargai.

Sepertinya sekarang ini kaum wanita sudah terangkat martabatnya. Padahal menurutku tidak! Justru semakin terpuruk. Eit......berani mengatakan begitu Dew? Ya iyalah. Karena wanita hanya berlomba-lomba agar seperti laki-laki. Bukannya sekolah tinggi supaya tugas berat nan mulia menyiapkan generasi mendapat tempat dan penghargaan sebagaimana seharusnya, tetapi justru semakin dianggap "tidak bernilai".

Contohnya? Perempuan yang sekolah tinggi, pinter, tapi memilih untuk di rumah mendidik anak, akan dianggap "bodoh". Malah ada yang berkomentar; "Kalau hanya di rumah, ngapain sekolah tinggi-tinggi?" Walaaah........bodoh amat pendapat itu. Sorry kasar, tapi memang itu pendapat orang yang tidak mempunyai cara berfikir yang cukup. Ha ha ha..........apalagi jika yang berpendapat seperti itu perempuan, kelaut aja deh!! Jauh-jauh dari mendidik anak, bisa amburadul dunia persilatan kalau pendidiknya seperti itu.

Jika seorang Bapak pulang dari kerja, seolah dia yang paling berhak mendapat istirahat dibanding siapapun di rumah itu. Jika anak rewel, dia akan beralasan capek dan tidak mau mengatasi kerewelan anaknya. Seharusnya, jika seorang Bapak pulang kerja, maka kemudian "shift" nya untuk mengasuh anak-anaknya, dan Ibu yang di rumah dan mengasuh anak seharian bisa beristirahat.

Coba lihat acara Nanny 911! Rumah yang kacau, biasanya sang Bapak tidak mau ambil peran dalam mendidik anak. Dan situasi akan menjadi baik setelah Bapak ikut serta dalam pengasuhan anak dan memberi Ibu "ruang" untuk beristirahat dari pengasuhan anak untuk dirinya. Ibu yang bahagia akan mendidik anak dengan baik.

Entahlah! Terkadang aku menjadi bingung dengan situasi sekarang. Aku yang tadinya sangat yakin dengan keputusanku untuk fokus pada mendidik anak, sering terganggu dengan kondisi masyarakat yang materialistis ini. Ya, aku marah jika ada yang menyalahkan keputusanku, atau mengira aku tidak sehebat wanita pekerja (yang bagiku justru merekalah yang tidak pintar memilih prioritas). Aku sangat yakin, jika aku fokus pada karir di kantor........aku akan "melejit" melewati siapapun yang menghalangiku untuk maju. Dan aku yakin, PASTI aku sudah malang melintang menguasai dunia kerjaku. Nggak peduli laki-laki atau perempuan, pasti kalah. He he he.......narcist ya?? Biarin!!!

Hm.......aku hanya ingin menjadi Ibu Indonesia yang baik, yang mengutamakan karir sebagai pencetak generasi, yang berusaha bijak dalam menetapkan prioritas, yang ingin mendedikasikan ilmu dan kemampuanku untuk generasi mendatang, yang berharap Indonesia kembali jaya karena generasi penerusnya disiapkan dengan baik oleh orang terbaik.........Ibu Indonesia, yang berpendidikan tinggi, bermoral dan berakhlak mulia. Bukan oleh babby sitter, pembantu, TV, CD, game, atau oleh siapapun tanpa adanya peran utama Ibunya. Mendidik anak bukanlah pekerjaan sambilan.

Ibu Indonesia HARUS pintar, sekolah tinggi setinggi-tingginya untuk mendidik anak-anak Indonesia. BUKAN untuk mencari jabatan atau uang. Tapi.......untuk menyelamatkan generasi mendatang!!!!!

[indonesia-online] Fw: WANITA JEPANG TETAP KONSISTEN MENJADI IBU, PENDIDIK MANUSIA YANG PERTAMA-TAMA.
arief rakhman

Wed Jul 16 05:47:35 2008

WANITA JEPANG TETAP KONSISTEN MENJADI IBU, PENDIDIK MANUSIA YANG PERTAMA-TAMA.

Oleh: ANNI IWASAKI (Ketua Anni Iwasaki Foundation)

"kikunatara okasan ni naritai" - kalau besar ingin menjadi ibu-
jawaban anak-anak Jepang seperti itu, rasanya tidak dimiliki oleh anak-anak perempuan di Indonesia. Apabila datang pertanyaan, OKalau sudah besar nanti ingin menjadi apa? Coba kita simak isi surat Kartini.

Kami di sini meminta, ya memohonkan, meminta dengan sangatnya supaya diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukanlah sekali-kali karena kami hendak menjadikan anak-anak perempuan itu saingan orang laki-laki dalam perjuangan hidup ini, melainkan karena kami, oleh sebab sangat yakin akan besar pengaruh yang mungkin datang dari kaum perempuan-hendak menjadikan perempuan itu lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan oleh Alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu-pendidik manusia yang pertama-tama.

(4 Oktober 1902 Kepada Tn Anton dan Nyonya. Habis Gelap Terbitlah Terang terjemahan Armijn Pane. PN Balai Pustaka 1985)

Rilis Kementerian Kesehatan - Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang tanggal 17
Maret lalu mengungkap 61% ibu muda Jepang keluar dari pekerjaannya menjelang elahiran anak pertamanya untuk membesarkan buah hatinya.

Survey diatas melibatkan 21.879 ibu muda yang melahirkan antara bulan Januari 10-17 tahun 2001, dibagi dalam 4 periode. Setahun sebelum melahirkan, saat melahirkan, enam bulan setelah melahirkan dan 18 bulan setelah melahirkan. Didapatkan 73% dari jumlah responden mempunyai pekerjaan diluar rumah sebelum melahirkan anak pertama. 53% keluar dari tempatnya bekerja sesaat sebelum melahirkan dan tidak kembali bekerja
lagi. Ditambah dengan yang keluar dari pekerjaannya setelah melahirkan,jumlah eluruhnya menunjukkan 61% ibu muda Jepang meninggalkan pekerjaannya diluar rumah setelah melahirkan anak pertama.

Dari masa ke masa grafik pekerja wanita-usia menikah 27 tahun-Jepang yang keluar dari lapangan kerja terus meningkat. Kemudian di usia 40 tahun keatas grafik wanita memasuki lapangan kerja mulai meninggi lagi. Hal ini dikaitkan dengan adanya melahiran dan masa membesarkan anak -anak oleh ibu-ibu [EMAIL PROTECTED]

fiskal 2003 mencatat jumlah seluruh angkatan kerja wanita di Jepang sebanyak 25.5 juta yang 41. 4 %(9.3 juta) adalah pekerja wanita paruhwaktu, bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu. Dan dari seluruh total lapangan kerja paruh waktu, 77.4 persen diduduki oleh tenaga kerja wanita-Japan A Pocket Guide 2004, Foreign Press Centre Japan-.

Sejak berakhirnya PD II sekaligus yang meruntuhkan pemerintahan feodal kekaisaran Jepang, pendidikan rakyat Jepang untuk pria dan wanita dalam sain publik dan sain domestik terus melaju dan berimbang. Tahun 2002, 97.5% wanita Jepang tamat pendidikan smu. Dibanding yang pria, wanita Jepang setelah lulus smu lebih banyak yang melanjutkan ketingkat pendidikan yang lebih tinggi ke kolese junior dan perguruan tinggi, 48.8%.

Kebebasan memilih bagi wanita Jepang adalah, profesionalisme. Peran ganda sebagai
ibu, terutama ibu anak balita sekaligus wanita pekerja. Dianggap sebagai chuto hanpa-peran tanggung, tidak populer di Jepang. Menjadi ibu manusia Jepang atau tidak sama sekali. Hak dan kewajiban masing-masing dilindungi oleh undang-undang. Sarana dan prasarana yang diberikan oleh pemerintah sama-sama besar dan mendukung kesuksesan
masing-masing karir yang diemban.

Bagi wanita pekerja Jepang - wanita tidak menikah/menikah tdkmelahirkan anak -, bisa mencapai jabatan yang setinggi-tingginya apabila dia sanggup dan mampu. Astronout wanita Asia pertama, bahkan mungkin yang pertama pula di dunia, terbang dua kali dengan NASA, space-shuttle Columbia-Juli 1994 dan Discovery-Nov 98, adalah wanita Jepang, Dr. Chiaki Mukai. Menlu sekaligus Deputi Perdana Menteri dari negara super
economic power sekaligus bangsa tersejahtera didunia serta memiliki harapan hidup terlama, dan sedang berjuang meningkatkan peranan Jepang di Dewan Keamanan PBB, adalah seorang wanita, Yoriko Kawaguchi.

Bagi wanita Jepang yang memilih melahirkan anak. Secara ilmiah maupun dalam tradisi Jepang, mitsu no tamashi -masa-masa emas meletakkan pendidikan dasar dalam usia tiga tahun pertama masa perkembangan pesat otak seorang anak-, adalah penyebab utama ibu muda Jepang berpendidikan meninggalkan lapangan kerja melaksanakan ikuji-meletakkan dasar pendidikan berperilaku sejak dini kepada anak-anaknya- .

Agar para ibu muda Jepang tidak perlu membantu mencari tambahan nafkah keluarga. Pemerintah Jepang menyediakan permukiman sewa layak untuk para keluarga muda, sejak dari jaman masih dinding terbuat dari papan hingga kini beton bertingkat tahan gempa dengan fasum&fasos yang semakin maju seperti tehnologi informasi.Tanpa didorong-dorong namun dengan daya tarik berupa sistim keamanan sosial, sarana& prasarana serta pengetahuan yang semakin baik. Secara alamiah nilai keibuan yang dimiliki sebagian besar wanita Jepang bisa berkembangan menumbuh-kembangkan anak-anak beserta lingkungan.

Tak heran jika anak-anak di Jepang , pria dan wanita, sangat sayang dan mengagumi
ibu-ibunya. Sebagai jelmaan Dewi Amaterasu yang dipuja oleh bangsa Jepang.

Pentingnya pendidikan sejak dini itupun telah disinggung dalam surat Kartini,
dalam haribaan si ibu itulah anak belajar merasa, berpikir, berkata-kata. (Awal tahun 1900 kepada Nyonya Ovink Soer). Namun yang terjadi, anak Indonesia dari golongan ibu berpendidikan malah berada dalam haribaan para pembantu rumah tangga dan baby-sitter.

Diplomasi Jepang di luar Jepang tentang peranan wanita Jepang sebagai senggyo
syuhu „Aibu rumah tangga profesional- dan kyoiku mama-ibu pendidikan, memang nyaris tidak terdengar. Namun dalam aplikasinya di kehidupan sehari-hari sangat gencar dan berkelanjutan.

Tentang wanita (baca; ibu) yang bekerja di luar rumah telah menjadi agenda utama pemutus kebijakan wanita Indonesia sejak berdirinya Meneg Urusan Peranan Wanita. Namun hak-hak para ibu Indonesia untuk dapat melaksanakan kewajibanya melaksanakan fitrah keibuannya sebagai ibu manusia Indonesia belum pernah digaungkan.

Dalam upaya bangkit dari keterpurukan saat ini, dengan melihat keberhasilan
pembangunan manusia Jepang oleh para ibu Jepang. Ternyata, sangat relevan mewujudkan segera cita-cita Pahlawan Nasional Ibu Kartini. Yang sejalan juga dengan UU Pernikahan RI 1974, UU Perlindungan Anak Thn 2002 bahkan seirama dengan hati nurani kaum ibu Indonesia.

Alangkah lebih baik jika para caleg wanita terpilih yang masih tebal naluri keibuannya. Segera menengok pendidikan anak sejak dini oleh ibu pendidikan Jepang dari dalam kawasan huni sewa tempat tinggal mereka. Tanpa mewujudkan cita-cita Kartini, cita-cita seluruh ibu Indonesia, berapapun anggaran pendidikan akan dinaikkan oleh pemerintahan yang akan datang. Dalam sekejap akan segera diketahui hasilnya, adalah kegagalan dan kegagalan lagi disegala bidang.

# Anni Iwasaki Koresponden Media Indonesia di Tokyo Jepang. Tokyo 17 April
2004.

Sabtu, 25 Oktober 2008

LOST CONTACT

Hari ini (6 Oktober 2008)aku melihat tayangan di TV tentang shalat Ied di Amerika yang dilakukan para perantau dari Indonesia. Waduuuh........aku sangat berharap melihat Masku atau keponakanku yang diwawancarai. Eeeeee.........kecewanya aku ternyata bukan mereka. Dan bahkan aku nggak melihat mereka sama sekali di layar kaca itu.

Hm...... sudah lama aku lost contact dengan Masku itu. Dengan keponakan, terakhir ketemu saat dia pulang awal Juni lalu. Anehnya, E-mail yang selama ini menghubungkan kami kok nggak lagi datang. Berkali-kali aku kirim E-mail tapi nggak ada respon. Telponpun sulit. Aku kangen sama mereka sebenarnya. Tapiii......apa daya, jarak yang begitu jauh terbentang menjadi kendala utama. Walaaaah......kayak novel aja.

Semoga mereka baik-baik saja. Semoga semua dalam keberkahan Allah. Semoga kami masih diberi kesempatan bertemu di lain waktu, semoga masih ada umur. He he he ......... kalau nggak ada umur bertemu di dunia, ya semoga dipertemukan nanti di akhirat, di syurga, di tempat indah yang abadi. Kami semua bersaudara lengkap dengan Ibu Bapak tercinta yang sudah "ulang" terlebih dulu. Semoga kami nanti bisa menyusul dengan "bekal" yang lebih sehingga bisa berbagi dengan semua sekeluarga.

I miss you all.

Jumat, 24 Oktober 2008

TOLERANSI?? SAVE THE NEXT GENERATION PART # 8

Hhhhh.........hari yang panas. Ini pasti karena ulah manusia yang tidak pandai mensyukuri nikmat Allah. Ya, seringkali kita manusia tidak bersyukur. Sehingga kita memperlakukan bumi ini seenaknya. Sama sekali nggak menghargai anugerah Allah.

Udara bersih, gratis, bukannya dijaga kebersihannya malahan dikotori, dinodai, diracuni dengan asap rokok!! Jahat sekali ya manusia itu. Gimana kalau udara bersih itu harus membayar? Gimana kalau siapapun yang mengotori harus membayar mahal? Karena sangat mahal, mendekati mustahil membuat udara yang terkontaminasi asap rokok kembali bersih segra. Dimana ya letak toleransinya? Mengapa justru orang yang nggak merusak udara, nggak merokok, yang dituntut untuk tolerasni, menghargai, menghormati perusak seperti mereka???

Air, gratis, bukannya dijaga kelestariannya malahan dihambat masuk kembali ke tanah dengan ditutupnya pori-pori tempat mereka bisa meresap. Semua tanah ditutup lantai semen, aspal, dan material lain yang membuat air tidak bisa meresap kembali ke tanah. Akibatnya? Banjir, tanah longsor, air bersih kurang karena air tidak bisa tersuling secara alami oleh tanah dan material alam lainnya.

Buang sampah sembarangan, juga bentuk lain tidak bersyukurnya manusia atas nikmat Allah yang GRATIS !!!!

Seringkali aku mendapati seorang anak kecil yang keluar dari sebuah toko dengan Ibunya. Anak itu membeli sesuatu makanan, dan langsung membuka dan membuang sampahnya begitu saja di tempat dia berdiri!!! Dan..........ibunya sama sekali nggak peduli saudara-saudara!!! Nah.....dengan hati-hati aku mengarahkan anak ini agar membuang sampahnya di tempat yang seharusnya. Weee.....lha kok Ibunya langsung memungut sampah itu, dan dia simpan! Hei.......ayo sama-sama didik anaknya. The problem is bukan hanya masalah sampah tidak masuk tempat sampah lho!

Walah.......walaaaahh.........aku nggak habis pikir. Mau jadi apa negara ini kalau seorang pendidik, seorang Ibu, pencetak generasi, tidak melakukan tugas mulianya mendidik anak dan menyiapkan generasi mendatang. Membuang sampah di tempatnya adalah didikan sederhana yang akibatnya sangat tidak sederhana!

Antri! Ini juga sudah menjadi barang "langka" di negeri yang katanya sih tinggi toleransinya? Toleransi dengan yang salah? Toleransi dengan yang merokok sembarangan, mengotori udara seenaknya? Toleransi dengan yang membuang sampah sembarangan? Toleransi dengan suap?

Sepulang dari Belanda, aku harus langsung ke Surabaya tanpa pulang dulu ke rumah. So, hanya transit di airport. Waduuuh....aku mempunyai pengalaman memalukan, menyedihkan, memprihatinkan. Sewaktu di airport di luar Indonesia, baik saat berangkat maupun transit, hm.........aku menikmati sekali ketertiban dan toleransi yang terjadi. Apalagi aku membawa serta Princess kecilku. Nyaman rasanya. Sampai di Cengkareng? Baru mau masuk penerbangan domestik, sedang enak-enak ngantri bersama berlian-berlianku.........ada seorang ibu (nggak pantes banget jane kelakuan seperti itu dibilang ibu) nyelonong seenaknya.

"Maaf ya Bu, bukannya harus ngantri?" Aku mencoba sabar. "Mengapa?!" Begitu dia dengan sangarnya menjawab. " Ya memang begitu aturannya." Aku mulai sebel, namun males ribut dengan orang nggak mutu seperti dia. "Suka-suka gue dong!" Ealaaah.... kok ya ada orang seperti ini..........hidup lagi!! Ha ha ha......mendengar jawaban-jawaban nggak sopan cenderung kurang ajar dari orang nggak mutu ini, ya Pacarku tercinta langsung naik pitamlah. He he he........selesai deh sama suamiku tercinta orang ini dibuat diam. Secara, mana terima dia kalau aku, istrinya yang cantik jelita ini (narcistnya kumat!!) diperlakukan nggak baik, kurang ajar, apalagi sama orang nggak mutu itu. He he he........sekali suamiku bicara, klakep......diem deh.

Saat chek in.......lhadalah, tiket n pasporku sudah dipegang petugasnya. Lha kok ada seorang yang "kelihatannya" cukup sekolah, tiba-tiba nyelonong naruh tiket, dan seenaknya berdiri di depanku! Eeee....e......e...... aku cuma menghela nafas panjang biar nggak emosi. Aku sangat capek, sesudah menempuh penerbangan 12 jam, langsung ketemu ketidak teraturan seperti ini??? O............M..................G........ Aku hanya berdo'a semoga ini adalah ujian bagiku, kesabaran dan kekesalanku diganti dengan keberkahan hidup matiku, dan..........orang itu dibalas sama Allah dengan lebih lebih lebih ..................atas kelakuan mereka itu.

Dengan sedih dan kecewa, aku meneruskan perjalanan. Ingin rasanya negeriku kembali "indah" dengan kelakuan warganya yang santun, mencerminkan budaya yang luhur, bermoral, agamis, yang (maaaaaf banget) justru aku temui saat aku di negeri jauh, yang katanya egois, nggak punya adat timur, kok malah santun ya?

Jika kita mulai dari sekarang. Mendidik diri kita masing-masing, introspeksi diri, akan otomatis memberi contoh dan mendidik anak-anak kita. Semoga akan memberi multiplier effect yang bagus dan besar. Sehingga bangsa ini kembali bangun dari tidur panjangnya, besar, luhur, maju, bermoral, agamis, hm.......... pasti akan mengagumkan pertumbuhannya.

Ingin negara baik..........jadilah masing-masing Anda menjadi orang baik!!

Kamis, 23 Oktober 2008

SAVE THE NEXT GENERATION PART # 7

SEKOLAH

Sekolah pertama bagi anak seharusnya IBUnya. Ya, anak akan belajar apapun juga pertama kali sejak dalam kandungan. Oleh karena itu, Ibu hamil selayaknya berperilaku baik agar anak di dalam kandungan juga akan mempelajari hal baik. Tapi...........Bapaknya juga harus berperilaku baik jika ingin anaknya kelak baik. Lho??? Kan anak di kandungan Ibunya? Apa hubungannya dengan perilaku Bapaknya? He he he.......ya so pasti ada banget, Pak.

Setelah lahir, ya tetep Ibu dan Bapaknya harus memberi contoh baik agar anak menjadi baik. Buat suasana rumah adalah suasana yang kondusif bagi anak untuk mempelajari hal baik. Buat anak mendengar ucapan baik, sehingga saat anak mulai berbicara akan mengucapkan kata baik. Buat anak melihat perilaku baik, agar anak melakukan hal baik juga.

Idealnya, saat anak balita diasuh oleh orangtuanya sendiri. Ya, mereka memerlukan pengasuhan secara langsung, mereka memerlukan waktu, tenaga, pikiran, dan treatment kita orangtuanya dalam kondisi terbaik kita. Mereka memerlukan semuanya tidak hanya secara kualitas, namun juga kuantitas. Karena kuantitas akan menentukan kualitas. Kualitas yang bagus hanya didapat atas kuantitas yang banyak, namun kuantitas yang banyak tidak menjamin kualitas yang bagus. Bingung?

Gini lho, anak kecil itu memerlukan banyak waktu, tenaga, dan pikiran prima kita. Bukan hanya sisa-sisa waktu, pikiran, dan tenaga kita setelah kita beraktifitas seharian. "Kan kita cari uang, buat mereka juga lho!" Hm......semoga begitu.

Tapi Ibu, Bapak, jika Anda terlalu sibuk cari uang buat mereka, tentu Anda harus menyediakan dana untuk membayar orang yang setidaknya mendekati "kaliber" Anda berdua dalam mengasuh buah hati tercinta. Jangan "asal" ada yang di rumah.

Walaah....kok ngelantur ya? Aku janji ceritain sekolah kan? He he he maksudnya yang formal nih ya.

Sebaiknya, jika kita "mampu" secara finansial, sampai tingkat SMP, anak kita sekolahkan di swasta saja. Mengapa? Kan kalau negri tuh murah, ya kasih kesempatan orang yang lebih membutuhkan. Aku sering dengar, sekolah negeri favorit (SD) jadi rebutan. Bahkan orang kaya. Malahan banyak yang menggunakan "jalan belakang". Waduuuh......sekolah favorit kok nggak punya jalan depan ya?

Kalau nyekolahin anak di swasta, jangan terlalu ribut dengan biaya. Kenapa? Karena sekolah swasta itu semua hal dibiayai sendiri. Mulai dari sewa gedung, gaji guru, iuran-iuran, fasilitas, dll. Jer basuki mawa bea. Kalau kita meributkan uang yang harus kita bayarkan, ntar sekolah capek mikirin protesnya orangtua, kapan sekolah mikirin ndidik anak kita? Justru kita harus mendukung dengan menyumbangkan ide disertai biayanya. Jangan cuma ide aja, biaya nggak mau. Memang gitu kalau mau anak kita maju, pendidikan maju. Ha ha ha.....Bapak Ibu coba hitung deh, berapa bayar ke sekolah, berapa untung punya anak pinter dan shaleh shalehah?

Trus, sekolahin anak sesuai tujuan kita. Pengen anak baik, ngerti agama, ya sekolahin di sekolah yang menerapkan ajaran agama sebagai dasar kegiatan. Jangan kaget negara dipenuhi koruptor jika nyekolahin anak aja pakai "suap-suapan". Ayo.....dukung pendidikan kita.

Rabu, 22 Oktober 2008

SMA VS STM (SAVE THE NEXT GENERATION PART # 6)

Sebenarnya aku sudah siapin ceritaku tentang sekolah, tapi aku merasa ini lebih urgent. Cerita ini dulu ya........agak loncat gak papalah!

Suatu hari suamiku bercerita tentang apa yang dia dengar saat naik metromini. Dia tergelitik dengan obrolan dua orang anak muda di belakangnya. Yah......masih sangat muda. Mungkin belasan tahun akhir atau duapuluhan awal banget. Obrolan yang terdengar sangat biasa, namun di telingaku menjadi sangat inspiratif. Aku sangat trenyuh mendengar cerita suamiku akan pembicaraan mereka. Aku seorang ibu Indonesia. Aku trenyuh mendengar cerita anak Indonesia berbicara dengan hati mereka. Ingin rasanya aku "merangkul" mereka dengan mengarahkan agar mereka menjadi anak Indonesia bermasa depan yang berguna dan membangun bangsanya.

Dua anak itu, yang 1 lulusan STM dan yang lain hampir lulus SMA, namun.......GAGAL! Duuh......kasihan banget ya? Anakku, anak Indonesia, dia harus diselamatkan, harus diarahkan, harus dibimbing, harus diselamatkan, harus diselamatkan, harus diselamatkan!!!

Anak STM itu sedang bekerja di sebuah perusahaan otomotif, ikut program pendampingan. Sedangkan si SMA, dia curhat. Hm..........aku aja yang mendengar dari suamiku, rasanya sediiih banget. Dia saat SMA kelas 3, ikut-ikutan temannya tawuran. Ternyata ada "lawan" tawuran mereka yang terbunuh. Entah siapa yang membunuh dengan bacokan. Hhh.........padahal bisa siapa saja menurutku. Ya, sangat mungkin itu bukan ulah anak-anak SMA itu, tetapi ada orang lain yang memanfaatkan. Memancing di air keruh. Atau memang ada anak SMA yang nggak tahu akibatnya mengayun benda tajam, nggak tahu apa itu membunuh dan akibatnya.

Karena itu, anak-anak SMA ini, termasuk dia diciduk oleh polisi, ditahan. Setelah interogasi dan.........aduuuuh........kok pakai dipukuli dan ditendang segala sama polisi? Pak polisi, jangan gitu dong! Mereka itu generasi mendatang lho! Ditanya saja dengan tehnik yang benar, tanpa menyakiti, namun bisa tercapai tujuannya. Lha.... polisi pasti punya ilmunya dong! Nah.....setelah beberapa hari ditahan, diinterogasi, dipukul, ditendang, dia dibebaskan karena memang tidak bersalah. Namun......untuk keluar dari tahanan, dia harus ditebus oleh orangtuanya. Masa harus gitu sih Pak Polisi? Tega? Mereka anak kita, generasi penerus kita, tanggung jawab kita untuk membinanya.

Nah......yang lebih menyedihkan, karena kasus itu dia DIKELUARKAN dari sekolah yang tinggal ujian!!!! Oalaaah naaaak..........sedih sekali nasibmu karena ikut-ikutan, karena tidak dibina dengan baik, karena kesalahan anak remaja yang memang mudah terpengaruh teman. Karena tidak bijaknya sekolah. Karena tidak bijaknya polisi. Karena tidak bijaknya orang dewasa di sekitarmu. Kasihan kamu nak. Yah...... sekarang dia bingung!!! Cari kerja susah! Secara, SMA aja nggak punya ijazah! Ketrampilan? Boro-boro! Sedih ya nak.........?? Seharusnya Ibunya, Bapaknya, merangkul dan mengarahkannya. Membimbingnya untuk kembali bangkit dan maju.

Dia mengatakan betapa beruntungnya temannya yang lulusan STM! Tapi, temannya baik, dia sarankan anak SMA itu kursus, biar bisa kerja.

Saat mendengar cerita suamiku, aku trenyuh banget. Bahkan saat nulis ini, aku nggak kuasa menahan airmataku. Aku nangis untuk generasi penerus yang dihalangi untuk maju karena kesalahannya di masa lalu karena "hijau"nya cara berfikirnya. Karena dia tidak tahu akibatnya. Karena dia tidak tahu dampaknya. Karena dia ikut-ikutan. Karena dia masih anak-anak, masih remaja, bisa salah, bisa khilaf, bisa terpengaruh.

Orang dewasa, nggak usah sok selalu bener! Hei.....aku yakin, sampai setua inipun, Anda semua masih sering salah bukan? Masih sering melakukan hal buruk? Masih sering khilaf? Atau malah SENGAJA padahal tahu salah??!!!

So, ayo selamatkan generasi mendatang, dengan mengarahkan anak-anak kita. Termasuk yang pernah salah, pernah khilaf, pernah terperosok, terjerumus, dalam kesalahan. Andai aku bisa ketemu anak itu, semoga aku bisa bantu mengarahkannya agar menjadi anak baik dan berguna.

Sekarang, hanya lewat do'a dan tulisanku ini aku menolomg. Semoga ada orang baik yang menolongnya mengarahkan kembali hidupnya. Semoga Allah mendengar do'aku. Do'a seorang Ibu Indonesia untuk semua anak Indonesia. Semoga mereka semua selamat dunia akhirat. Amiiin................

Minggu, 19 Oktober 2008

Berbagi Peran Dalam Keluarga

Sejatinya, tanggung jawab mengurus keluarga tak dapat diserahkan pada satu pihak, ibu atau ayah saja. Terlebih bila ayah dan ibu sama-sama bekerja. Karena seperti yang mungkin Anda alami, membagi waktu dan konsentrasi untuk bekerja sekaligus mengurus anak dan rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu kerja sama dan kekompakan antara suami dan istri dalam mengurus keluarga sangat diperlukan.
Namun bicara soal berbagi peran tak semudah membalik telapak tangan. Selain perlu komitmen yang jelas, ayah dan ibu pun dituntut punya kemampuan manajerial yang tak kalah tangguh. Beberapa langkah berikut dapat membantu Anda dan pasangan berbagi peran dengan lebih nyaman dan "damai":

Awali Dengan Kesepakatan
Bicarakan masalah pembagian peran dengan suami sejak awal. Pahamilah bahwa dua orang yang bekerjasama akan membawa hasil lebih baik dibanding menyerahkan seluruh tanggung jawab pada satu orang saja. Buatlah kesepakatan bahwa tanggung jawab mengurus keluarga ada di tangan Anda berdua. Dengan komitmen yang sama, Anda dan pasangan akan lebih siap menghadapi berbagai kendala yang mungkin dihadapi.

Buat Kalender Keluarga
Seperti halnya mengurus perusahaan, mengurus keluarga pun memerlukan sistem manajerial yang baik, agar kepentingan semua anggota keluarga terpenuhi. Mulailah dengan membuat kalender atau agenda keluarga mingguan. Setiap akhir pekan, catat aktivitas keluarga dalam sebuah agenda, sehingga semua tahu hal atau momen-momen penting yang perlu mendapat perhatian khusus. Tandai hari-hari dimana Anda dan pasangan memiliki jadwal rapat, presentasi atau tugas penting, dan tandai juga aktivitas anak, terutama yang memerlukan kehadiran orang tua seperti jadwal mengambil raport, lomba, atau penampilan seni.

Dengan cara ini, ayah dan ibu dapat mendampingi anak saat diperlukan, bergantian sesuai dengan load kerja masing-masing.

Rencanakan dan Siapkan Lebih Awal
Salah satu sumber “keributan” dalam keluarga biasanya adalah ketidaksiapan dalam menghadapi suatu tugas atau kewajiban. Sehingga saat tiba waktunya, Anda harus tergopoh-gopoh mencari dan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan.

Hal ini bisa diatasi dengan mempersiapkan semua kebutuhan itu sebelumnya, sehingga saat tiba harinya, Anda tak perlu bingung. Lakukan dan bagi tugas bersama pasangan, misalnya di akhir pekan ayah membelikan perlengkapan prakarya dan pelajaran anak untuk seminggu ke depan, sementara ibu menyiapkan bekal dan perlengkapan tersebut semalam sebelumnya.

Sesuaikan Dengan Kemampuan
Urusan membantu anak belajar, akan lebih mudah dan menyenangkan bila disesuaikan dengan mempertimbangkan skill yang dimiliki ayah dan ibu. Jika ibu lebih mahir dalam bidang science dan matematika, maka ibulah yang sebaiknya turun tangan membantu anak dalam bidang ini. Begitu pula jika Ayah memang memiliki kemampuan bahasa dan seni yang baik, maka sewajarnya ayah yang membantu anak dalam bidang ini. Pasti akan terasa jadi beban bila Anda atau suami harus mengajari anak tentang hal yang Anda sendiri pun kurang menguasai. Sebaliknya, jika Anda suka, maka suasana belajar pun akan lebih menyenangkan.

Menikmati Waktu Luang
Setelah sibuk bekerja dan mengurus keluarga, ayah dan ibu juga pantas mendapat "jatah" waktu luang untuk diri sendiri. Anda mungkin berpikir ini akan sulit dilakukan karena segala kesibukan, tapi sebenarnya dengan sedikit kompromi, semua bisa dilakukan. Di akhir pekan, jika ayah ingin golf bersama teman-teman, maka anak-anak dapat beraktivitas dengan ibu, sebaliknya jika ibu ingin ke salon atau ada janji shopping dengan teman-teman, ayah dapat mengajak anak-anak ke taman bermain. Meski hanya memerlukan waktu beberapa jam saja, kegiatan-kegiatan ini dapat membuat ayah dan ibu lebih relaks dan menghilangkan stres. Ayah dan ibu yang gembira, pasti membuat interaksi antar anggota keluarga lebih menyenangkan pula.

Sumber: Sahabat NESTLE

Jumat, 17 Oktober 2008

PAKAI DASI ???

Suatu hari aku menjemput suamiku tercinta ke kantornya siang-siang untuk aku "pinjam" sebentar karena ada keperluan yang memang melibatkannya. He he he bukan terlibat suatu perbuatan salah lho! Tapi urusan intern keluarga yang biasanya full aku urus, tapi kali ini dia harus terlibat!! Apaan sih? Ya.....namanya juga intern, ya RHS donk!

Biasaaa....meski sudah nunggu cukup lama, dia belum muncul juga. Jam janjian sih sudah lewat kapan-kapan. Dia memang pegawai yang baik, rajin, jujur. Hm.....pokoke TOP BGT deh! Ha ha ha.......ntar dia jadi "terbang" deh, dipuji terus. Jadi, biarpun sudah janji sama aku dan sudah ijin atasan, tetep aja dia selesaikan dulu urusan kantornya. Padahal sih......kapan selesainya?

Setelah Adek rewel sana sini, aku juga sudah menerapkan berbagai pengalih perhatian agar dia nggak rewel karena lama nungguin Papanya keluar dari kantor, akhirnya.....datang juga yang ditunggu-tunggu. Masih rapi dengan kemeja lengan panjang dan dasi "mengikat" lehernya. Mukanya masih menunjukkan keseriusan. Namun begitu melihat kami, senyumnya langsung mengembang. Gantengnya suamiku....... sssttt......jangan keras-keras ngomongnya, ntar dia tambah GR lagi!

Tapi.........aku kok jadi kasihan ya. Memang sih suamiku ganteng, keren, rapi, dengan mengenakan pakaian seperti itu. Lha cuaca saat ini puanaaasss polll!! Apa nggak tersiksa ya dia? Mana tiap hari harus seperti itu. Kalau Jum'at, memakai batik. Tapi.......dia harus memakai batik lengan panjang karena pangkat dan jabatannya mengharuskan itu. Padahal, selama ini dia bisa lebih "merdeka" di hari Jum'at karena dia bisa berbatik lengan pendek favoritnya. Kebijakan dan aturan baru membuatnya harus kehilangan hari merdekanya itu. Karena aturan baru mengharuskannya berbatik lengan panjang jika hari Jum'at. "Ada undangan di mana sih Mas, kok aku nggak diajak?" Begitu aku godain dia. Ha ha ha.......Dia pasti jadi guemesss sama aku. Tapi aku buru-buru menghindari cubitannya.

Entah deh apa yang mereka pikirkan dan harapkan dengan menyuruh pegawai berpakaian seperti itu di iklim begini.

Kalau orang yang bekerja kantoran sih, masih wajarlah pakai kemeja dan dasi. Karena mereka bekerja di ruangan berAC dingin. Lha ada lagi, siang-siang seorang sales menawarkan mesin cuci mobil. Eee......pakaiannya juga kemeja lengan panjan + dasi. Walaaah.....padahal dia tuh kerjanya jalan keliling kompleks panas-panas nawarin barang. Belum lagi kalau harus mempresentasikan cara pemakaian barang yang dijual. Waduuuh.......kasihan, nggak pantes blass!! Masa panas-panas, pakai kemeja lengan panjang, pakai dasi, nyuci mobil!! Ha ha ha .......itu pemberi kerjanya apa nggak mikir ya? Aku aja lihatnya empet! Maleslah orang-orang terima tawarannya untuk nyuciin mobil mereka. Jadi ilang deh kesempatan adanya potensial buyers.

Seandainya mereka pakaikan para salesnya itu celana jeans, T-Shirt, sepatu kets. Kan lebih sportif, energik, dan nyaman. Calon pembelipun aku rasa lebih nyaman melihatnya dan "mungkin" akan lebih welcome.

Iya nggak sih??? Walah, kok nggak yakin gitu Dew??

Rabu, 15 Oktober 2008

PRINCESS BELANJA SAYUR

Vaniaku memang selalu "menguntit"ku. Ke manapun aku melangkah, dia akan mengikuti. He he he.......follower? Tapi..........hei........ternyata setelah sekian lama, kemudian dia yang mulai "memimpin". Ha ha ha......... Dia sudah tahu dan hafal sama suara panggilan yuk sayur langganan, dia sudah bisa ngajak belanja ke super market, dan malahan kadang dia bisa berinisiatif untuk membeli sesuatu dengan cara yang halus banget.

"Yuuurrr.............belanja Buuu.............!"
"Mamaa......itu yuk sayur datang. Ayo, kita keluar. Adek mau beli sayur."

Dia segera memakai sandalnya sendiri, lalu menggandeng tanganku ke luar untuk menemui tukang sayur langgananku. Meskipun dekat rumah ada beberapa super market besar yang menjual berbagai sayuran segar, namun aku selalu mengandalkan tukang sayur langganan untuk memenuhi kebutuhan sayuran segar keluargaku setiap hari. Hanya sayur tertentu yang aku beli di super market untuk disimpan karena yuk sayur tidak pernah menyediakan. Meski kadang harga dan mutu lebih bagus di super market. Ini adalah caraku membagi rejeki.

Setelah bertegur sapa secukupnya dengan Ibu-Ibu lain, kami berbelanja kebutuhan sayur kami hari itu. Setelah itu..........

"Makasih ya Yuk.........."
"Makasih Bu.........."
"Yuuuuk.......mana sayur Adeek..........????"
"Oooo....iya, maaf Yuk lupa. Bu, minta sedikit. Ini sayur Adek, terima kasih ya, besok belanja lagi ya......"
"Syama-syamaa.....kasih.........monggo......."

Ha ha ha.....rupanya kami lupa memisahkan sebagian kecil belanjaanku di plastik kecil untuk dibawa oleh Princessku. Ya, dia harus juga membawa hasil belanjaan dari tukang sayur seperti Mamanya. Tak lupa dia berterima kasih, pamit dengan yang lain, lalu menggandeng tanganku di satu tangan dan menenteng sayur di tangan lain. Kamipun masuk rumah untuk masak!

Princess.......memang berlian. Keep shining..............

Senin, 13 Oktober 2008

Bagaimana Mengarahkan Anak Menjadi Kreatif & Inovatif?

Berbagai bukti menunjukkan bahwa semua bayi manusia yang lahir itu adalah makhluk kreatif dan inovatif. Dalam enam tahun pertama, semua bayi bisa meniru bahasa apapun yang dipakai orangtuanya. Bukankah itu kreativitas dan inovasi yang luar biasa dahsyatnya?

Tapi seiring dengan pola asuh yang diterimanya dari orang dewasa (orangtua, keluarga, sekolah, dan lain-lain), kreativitas dan inovasi itu ada yang semakin membaik dan ada yang sebaliknya. Umumnya, kreativitas dan inovasi bayi mulai menurun.

Praktek pemupusan yang paling umum adalah melalui ucapan. Ucapan itu kemudian dipedomani oleh si anak. Bisa kita hitung sendiri berapa perbandingan antara kata ”jangan” yang kita ucapkan dengan kata ”silahkan”? Umumnya yang paling sering kita ucapkan adalah kata ”jangan” dan berbagai ungkapan lain yang mengarah pada pembatasan. Inilah yang disebut dengan mental block atau self-limiting belief. Anak-anak berusaha membatasi dirinya karena batasan yang kita ciptakan di alam mentalnya.

“Lho, apa tidak boleh kita membatasi anak? Bukankah itu untuk kebaikannya? Tentu bukan seperti itu pengertiannya. Kalau merujuk pada model pola asuh yang sudah kita bahas di sini, yang perlu kita jauhi adalah perlakuan yang ekstrim, terlalu membiarkan dan terlalu mengawasi.

Terlalu membiarkan akan membuat anak-anak akan sulit membedakan mana yang benar, baik, dan bermanfaat, sembrono, menggampangkan sesuatu yang tidak gampang. Tetapi, terlalu membatasi juga bisa membuat mereka punya potensi ”minder”, merasa atau berkesimpulan bahwa di dunia ini lebih banyak batasannya ketimbang peluangnya. Mereka terbatasi oleh mentalnya sendiri

Memang, dalam prakteknya pasti tidak ada orangtua yang memiliki posa asuh sempurna untuk anak-anaknya. Kesempurnaan dalam parenting itu hanya akan terwujud dengan cara disempurnakan, selalu dan setiap saat, apabila: a) terbuka terhadap masukan baru, b) menambah ilmu, dan c) mau memperbaiki apa yang salah atau kurang (learning).

Perbaikan seperti apa yang penting untuk dilakukan? Jika kita melihat anak-anak kita turun daya kreativitas dan inovasinya setelah menginjak usia ke yang lebih tinggi, nasehat para pakar psikologi (Human Development: 1989) di bawah ini barangkali pas untuk kita jalankan:

Menghormati hak anak untuk menginisiatifkan cara belajar yang pas untuk dirinya. Sebelum kita mengatakan ”jangan”, katakan ”silahkan” dulu, baru kemudian kita kasih pengarahan.

Menghormati hak anak untuk ingin tahu dan mengalami. Sejauh tidak membahayakan, terkadang kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengalami (experiencing).

Menghormati hak anak untuk menolak / menerima berbagai masukan setelah mempertimbangkannya. Terkadang kita harus siap dengan pilihan anak. Sejauh pilihan itu sudah kita jelaskan, dan dia memilih apa yang bukan kita pilih, saatnya kita menghormati pilihannya.

Mendorong anak untuk lebih merasa tertantang dalam menghadapi masalah. Yang paling berharga dari proses ini bukan hasilnya, melainkan prosesnya itu. Jika si anak ternyata berhasil menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan caranya sendiri, itu telah menyumbangkan konsep-diri positif yang luar biasa.

Memberikan kesempatan untuk berkreasi. Ini bisa dilakukan juga dengan cara memberikan rangangan, motivasi, atau kesempatan.

Lima hal di atas pasti mudah untuk diketahui tetapi belum pasti mudah untuk dijalankan. Kenapa? Kebanyakan kita lebih memilih jurus yang langsung instan, tidak perlu berpikir sulit, dan efeknya langsung nyata. Jurus itu adalah: jangan (melarang) atau (membiarkan). Semoga bermanfaat.

Sumber: Sahabat Nestle

Sabtu, 11 Oktober 2008

TEGURAN ADALAH SAYANG

Hmm.....aku barusan "ditegur" Allah melalui seorang sahabat. Sahabat yang baik tentu akan menegur dengan maksud memberi masukan agar aku menjadi lebih baik. Teguran, berarti dia sayang dan care sama aku. Cieee.......GR nya.........Ehem...... bukan gitu, maksudnya ya sayang sebagai sesama manusia, sebagai sahabat, sebagai sesama mahkluk Allah yang selalu salah dan khilaf.

Walaaah.....ditegur apa sih, sampai sebegitunya??? He he he..... sejak kecil aku memang sangat PD (semoga bukan narcist atau sombong). Entah kenapa, justru karena sangat PD itulah, aku survive, aku kuat, aku bisa melakukan yang mungkin jarang dilakukan anak kecil. Kalau aku pikirnya sekarang, memang sepertinya aku dulu tuh sombong! Padahal, suer......aku nggak bermaksud begitu. Aku hanya PD, memotivasi diri, dan ingin memaksimalkan potensi diri. Ya, aku merasa bisa, kenapa tidak boleh diolah dan dimanfaatkan untuk kebaikan diriku?

Dan....karena PD ku itu, berbagai prestasi aku raih dengan gemilang. Akademik, waah......itu sih sudah pasti. Bukan cuma juara umum sekolah lho, tapi sampai ke tingkat provinsi. Cerdas cermat, pelajar teladan, bintang perpustakaan, he he he banyak ya? Bahkan hampir segala macam kompetisi juga aku ikuti. Mulai dari baca puisi, pidato, deklamasi, nyanyi, nari, bintang perpustakaan, dan ..... nulis! Biasanya sih, aku "langganan" menang. Sampai pernah saat lomba hampir dimulai dan ada seorang juri yang melihatku ada sebagai peserta berkomentar; "Wah....kalau Dewi ikut ya muridku mana mungkin bisa menang?" He he he....bener lho! Dan aku bukan mau nyombong. Ternyata.........aku memang menang! Bapak sih doain aku, bukan doain muridnya sendiri.......... terjadi deh.

Kemudian setelah dewasa, aku merasa kalau apa yang selama ini aku lakukan adalah kesombongan, jelek, nggak baik, pokoke negatif. Ini gara-gara aku belajar mengenai kerendahhatian, lha temen terdekatku tuh......rendah hatiiii banget. Malah kalau menurutku sih nyaris ...... minder wader! So, aku menahan diri agar lebih calm, santun, andap asor, rendah hati, pokoke "membumi". Emangnya kemarin-kemarin terbang?? Xi.....xi.....xi.... serba salah ya?

Namun.......apa yang terjadi? Aku merasa "gagal", aku seperti orang yang tidak punya pegangan, aku merasa tidak bahagia. Ya, aku merasa bukan diriku. "Aku bukan diriku...." Hicks....hicks.... hicks...... kayak lagu aja ya? Di samping itu, aku "merasa" orang-orang semena-mena terhadap aku. Aku sudah melakukan banyak hal, mengorbankan banyak harta, bahkan korban perasaan. Ternyata susah jadi orang rendah hati! Aku merasa "diinjak-injak" oleh orang yang seharusnya berterima kasih kepadaku. E....e....e.... nggak boleh gitu, Dew! Terima kasih hanya untuk Allah. (Ehem....kalau lagi sadar sih gitu, lagi tobat kali ya.)

Oleh karena itu, kemudian aku memutuskan......deee......kok kayak hakim aja pakai memutuskan segala. Ya, aku memutuskan untuk tetap "menjadi diriku" tanpa mengesampingkan "rendah hati". He he he....pokoke belajar lebih bijak. Lha ngapain aku melakukan sesuatu yang tidak membahagiakanku kan?!

Ternyata....e......ternyata...... mungkin aku dilihat orang lain masih terlalu PD, sombong, atau.... selalu mendongak kalau berjalan? Waduuuh.....ntar kesandung ya? Padahal, setulus hati, aku nggak bermaksud begitu. Aku melakukan semuanya biasa saja, tidak ada maksud untuk merendahkan orang lain. Aku hanya berpamrih pada Sang Maha Kaya. Aku hanya menyadari terbatasnya waktuku, aku hanya "buru-buru" takut nggak keburu, aku hanya manusia yang sadar mempunyai banyak keterbatasan, kekurangan, terlalu sedikit pengetahuan, sehingga ingin sekali melaksanakan pengetahuan yang memang hanya "seiprit" itu tadi. Aku juga pengen jadi anak baik, berbakti, untuk orangtua yang sudah "pulang" tanpa sempat menerima baktiku. Nyesel banget, hicks.....hicks.....hicks..... (nangis sesenggukan sampai dunia berguncang hebat).

Memang Dewi itu hanya manusia biasa. Banyak kekurangan dan kelemahan. Masih harus banyak belajar. Banyak kurang hati-hati. Banyak kurang merendahkan hati. Banyak omong. Banyak...... alesan pembenaran!! Ha ha ha...........

But........ dengan segala kerendahan hati, aku mohon maaf jika terlihat sombong, besar kepala, terlalu "mendongak", terlalu PD yang menyebabkan terlihat "narcist". Padahal.....sebenarnya aku tidak bermaksud seperti itu.

Thank you sahabat semua, yang telah "membesarkan" aku. Tapi badanku kok nggak besar-besar ya.........."imut" terus. Tapi justru aku bersyukur...... hemat kain, hemat biaya karena selalu membeli ukuran teenagers.......murahan bo!! Apalagi kalau sedang di negara lain yang nilai kusnya mahal banget! Baju n sepatu anak lebih murah.

Hua.....ha.......ha.........peace ah!!!

Jumat, 10 Oktober 2008

PRINCESS JADI ARTIS ???

Vaniaku memang suka sekali tampil. He he he ......seperti siapa ya?? Setiap melihatku memegang camera, dia segera menghentikan kegiatannya. Dan langsung...... action. Yang naruh jari telunjuknya ke masing-masing pipi chubynya sambil badan sedikit meliuk ke kanan dan senyum mengembang, atau tangan di pinggang diikuti liukan badan yang sama. Jika dia sedang memakai topi, tentu tangan mungilnya itu akan segera memegang pinggiran topi, kepala agak "nengleng" sedikit, tak lupa liukan badan ke kanan. Walaaaah.......pokoke selalu "in action". Lha padahal aku sering kepengen mengambil gambarnya saat dia bersikap alami, tanpa gaya yang dibuat. Weee...... dasar foto model handal, ya mana mungkin dia akan membiarkan jepretan kamera tanpa dia campur tangan mengatur gayanya sendiri??

Hhhhh........akhirnya hanya sedikit moment yang terekam tanpa "gaya". Padahal, nggak usah gaya juga sudah keren habis!! Xi....xi....xi..... dasar Mamanya yang komentar ya??

Kalau mendengar suara lagu, segera mulut mungilnya ikut bersenandung mengikuti lagu yang ternyata banyak yang sudah dia hafal. Bahkan, lagu yang aku nggak pernah tahu saja, saat Mas Farras main gitar serta merta Princessku ikut nimbrung menyanyikan lagu itu. Aku sampai dibuatnya terbengong-bengong mendengar Vaniaku yang belum genap 2 tahun menyanyikan lagu ABG. Ups!!

"Dia memang tahu lagu ini, Ma. Hafal malah kelihatannya."

Belum lagi lenggang lenggok dan liukan badannya saat dia melantunkan lagu-lagu itu, menambah manisnya perfomance. Bahkan jika dia belum tehu lagunya, dia tetap bisa mengikuti dengan meliukkan badan, menghentakkan kaki, atau menepuk-nepuk pahanya dengan tangan mungilnya itu.

Kadang dia ikut mengambil gitar Masnya dan memangkunya (gedean gitarnya lho), lalu memetik senarnya dengan lagak yang benar-benar bak gitaris kenamaan. Sambil mulutnya menyenandungkan lagu tentunya. Demikian juga jika di rumah neneknya, segera dia duduk di depan piano, memencet tutsnya, badan berlenggang lenggok sambil menyanyikan sebuah lagu. Walaaah........ pokoke gayane poll banget!

Nanti di lain waktu, aku memergoki dia sedang di depan kaca sambil memegang "mike" dan bercuap-cuap bagaikan sedang membawakan sebuah acara. Kemudian dia juga nyanyi dengan "mike" tersebut. Waduuuuuhh............

Suatu hari, aku ngobrol dengan Mas Rafi tentang tingkah adeknya yang lucu itu.

"Mama, adek tuh kok lucuuuu banget sih? Gayanya ampun-ampunan, trus pinter lagi. Masa dia tahu setiap lagu yang pernah kami nyanyikan (dia n mas-masnya). Eeeeggghhh aku gemeeeesssssss banget sama dia. Pengen aku cubit pipinya yang kenyil-kenyil itu."

"Lha kalau pinter gitu adeknya siapa? Kalau nanti adek setelah besar pengen jadi artis gimana ya Mas?"

"Nggak boleh!! Pokoknya aku sebagai Masnya nggak ngijinin! Titik!" Walah.....walaaah....aku sampai kaget karena dia langsung menyambar sebelum kalimatku berhenti. Aku jadi penasaran.

"Emangnya kenapa, Mas? Emang jadi artis jelek ya?"

"Bukan gitu, Ma. Baik atau nggak kan tergantung orangnya bersikap. Tapi aku nggak mau kalau adek jadi artis nanti digosipin. Kasihan kan Ma, dikejar-kejar wartawan cuma untuk digosipin. Mending kalau bener, bisa aja difitnah!"

"Lho! Jangan nuduh gitu donk. Emang wartawan sejelek itu?"

"Ya bukan gitu, Ma. Tapi siapa tahu kalau adek baik, wartawan memfitnah biar dapat cerita yang bisa dijual ke TV. Kan kalau adek jadi artis pasti sangaaaat terkenal, mahal. Jadi berita tentang adek juga mahal."

Oalaaah.......Masnya begitu PD dan percaya akan kemampuan adeknya. Jadi apapun akan maksimal. He he he......didikane sapaaa kuwi, kok PD banget? Narcist?? Nggak donk, PD aja kaleee................

Berlianku, keep shining....................

Kamis, 09 Oktober 2008

PRINCESS IKUT SHALAT TARAWEH

Di milis alumniku, PTKDK IKASTAN, sedang ada posting tentang anak yang shalat di masjid dan......he he he.....mengganggu, ada yang marah. Biasaaa.... ada yang pro ataupun kontra. Ya nggak rame kalau semua seide. Nggak ada diskusi, selesai deh!

Aku jadi ingat kejadian Ramadhan kemarin, saat Princessku Vania, ikutan taraweh di masjid. Biasanya sih, aku larang dengan memberi alternatif pilihan kegiatan di rumah yang menyenangkan......taraweh berdua sama Mamanya......Me! Ya, dia seneng banget shalat lama, berkali-kali, namun sering gangguin aku kalau sudah bosen. Padahal kalau shalat ya mesti diselesaiin kan? Selama masih kondusif sih aku tetep terusin dengan berbagai "jurus". Kadang sambil gendong, kadang biarin dia gangguin, kadang.....dicuekin! Ha ha ha..............

Memang sih, sejak bayi merah, setelah nifasku selesai, saat aku shalat dia aku taruh di baby bounce, di sebelahku dengan muka cantiknya memandangi wajahku. Setelah dia bisa merangkak dan jalan, dia akan berseliweran di sekitarku shalat, lalu menirukan, kadang ...... naik punggung atau minta gendong. Dia akan tertawa-tawa senang jika aku gendong, lalu aku ruku', maka dia bergelantungan. Lhaaa....memangnya mamanya ayunan? Saat sujud......dia akan segera berbalik naik punggungku. Hm....bagus juga sih, karena sudah 4 yang begitu, aku jadi biasa posisi punggung lurus, tidak melengkung, sehingga tubuhku nggak bungkuk. Nggak perlu jadi peragawati kan, untuk punya tubuh tegak. Bisaaaa........aja!

Mungkin untuk sebagian orang akan menganggap shalatku nggak sah? Tapi aku yakin Allah Maha tahu, Maha Maklum, Maha Bijak, Maha Segalanya, sehingga shalat seorang ibu yang mempunyai bayi, tentu saja berbeda dengan orang yang tidak mempunyai kendala apapun. Shalatku memang lebih variatif, lebih menuntut kreatifitas tinggi seorang Ibu, lebih.....lama. Ceileee...... Shalatku HARUS menarik, menyenangkan, membuat babyku merasa bahwa shalat itu bukanlah beban. Heii...... saat aku shalat, aku juga memberi pembelajaran kepada bayiku sejak masih sangat "piyik". Dia jadi tahu, kita harus, malah kalau bisa, perlu shalat. He he he ........

Setelah bisa jalan, umur 11 bulan kurang, aku request Mama untuk membuatkan mukena untuk Vania dengan sulaman tangan yang sama dengan punyaku. Hanya saja yang ini super mungil and lucu. Seneng ya.....punya Mama mertua pinter dan baik. Ngiri....ngiri....deh!! Xi....xi....xi......suamiku aja sering ngiri tuh!

Kembali ke taraweh, saat masih awal Ramadhan, masjid masih dipenuhi jama'ah, memang Princess selalu aku ajak beraktifitas di rumah berdua saja. Terlalu riskan kalau shalat taraweh di masjid. Dia tentu juga akan cepat "empet" karena penuh sesak dan krodit. Namun, saat akhir Ramadhan, dimana jama'ahnya sudah menyusut sampai nyaris tinggal 10%-20% saja. So, saat Princessku maksa ikut taraweh,aku ijinkan.

"Mamaaa.....nanti kalau Adek bosen gimana? Kalau naik tangga gimana? Kan shalatnya lamaan dibanding shalat fardhu. Kalau Adek keluar masjid saat kami shalat gimana?"

Mas-masnya protes berat, tapi karena mereka mengkhawatirkan keselamatan adeknya. Bukan karena takut terganggu shalatnya. Hmm.....dasar berlian mereka itu.

"Tenaaang......nanti Mama juga ke masjid, jagain kalau Adek yang pinter itu punya ide yang berbahaya.......Mama siap menangkap dan menciumnya."

Heiiii.....ternyata, Princessku shalat dengan rapi. Sangaaat tertib malah untuk bayi yang belum genap 2 tahun. Dia bersedekap rapi di antara Papa dan Masnya. Ruku' dan sujud (yang nyaris ndlosor) pun dia lakukan sesuai aba-aba Imam. Ehem...... bangga rasanya.........dasar narcist ya??

But.....heiii.....rupanya ada beberapa anak kecil, yang sepertinya seumuran Mas Rafi, bukannya shalat malahan lari sana sini. Lhaa....Princessku terganggu, dan nengoklah dia dengan tangan masih bersedekap di dada dan mulut komat kamit lucu. Lalu dia berjalan ke arah anak-anak tadi, sambil terus bersedekap dan komat-kamit.

"Kakaaak........sssstttt, jangan ngobol (he he he....dia memang suka ketinggalan huruf "r" nya yang di tengah). Ayoo....shalat, ntar nggak boleh ikut ke masjid sama Mama lho." (sambil ekor matanya melirik ke arahku yang di luar masjid mengawasi) Ha ha ha......lutuuuu be'eng deh. Karena, setelah memberi peringatan, mulut mungil itu kembali komat kamit.

Secara, anak-anak itu memang sudah sangaaaat besar dibanding Princessku, mereka malahan lari ke mana-mana. Weeeeiii......Vaniaku malahan ngejar sambil tetep bersedekap dan komat-kamit. Dia memberi peringatan lagi, kali ini tidak lagi nyaris berbisik seperti tadi, tetapi malah.......nyaris teriak! Waduuuuh......aku jadi nggak enak sama jama'ah lain. Wwfff.....kan tidak semua orang mempunyai pandangan yang sama. Tidak semua orang mengerti jika anak kecil itu perlu belajar dan boleh salah. He he he.....mungkin mereka nggak pernah jadi anak kecil??

Setelah aku rasa suasana menjadi tidak kondusif karena makin "heboh", begitu Princess melintas dekat aku, langsung aku sambar, digendong, dicium, digemesi, tak lupa aku puji kehebatan dia, pinternya dia, dan memberi kompliment janji akan disayang Allah karena kehebatannya tadi.

Namun dia nggak mau masuk rumah. Dia complain, tetep pengen balik ke masjid. Mungkin dia merasa nggak salah. Dia merasa justru sebagai pemberi peringatan kepada anak-anak yang jauh lebih besar dari dia. Hhhhh........ dasar berlian, dia nggak nangis, hanya protes. "Kenapa Maa? Adek mau shalat di majid sama Papa, sama Mas. Kakak ngobol."

Akhirnya, Ibu sebelah rumah yang barusan melepas tamunya pergi nyamperi kami. "Adek kok di luar? Aduuuh......cantiknya pakai mukena. Bagus sekali, siapa yang mundhutke?" Vania memang akrab dengan Ibu itu, karena sejak bayi banget sudah menarik hati dan perhatian beliau. Apalagi setelah Princessku bisa ngomong. Dari balik pagar pun beliau akan memanggil-manggil jika mendengar celoteh lucu Vania.

Akhirnya sampai taraweh selesai, Papa dan Mas Masnya pulang, salim sana sini, kamipun masuk rumah. Di gendongan Papanya Princess meloncat kegelian karena dikejar Mas Masnya. "Jangan Emaaaassss................."

Rabu, 08 Oktober 2008

SAVE THE NEXT GENERATION PART # 5

Waduuuh.....sebenarnya aku janji ceritain tentang sekolah untuk anak ya? Sorry ya, berhubung yang ini sepertinya mendesak dan aku pikir memang seharusnya aku bahas terlebih dahulu, makanya aku ceritain yang ini dulu ya. Semoga bermanfaat dan bisa "dinikmati" oleh pembaca semua.

BERLIANKU..........ANAK SUPER???

Ho....ho....ho...... (lho, kok seperti suara Santa di bulan Desember?) pasti pada mengira aku akan "nyombongin" berlian-berlianku. No!! Sorry banget, meski aku tahu Anda semua pinter banget, sekolahe tinggi, pengalaman seabreg, titel berentet, tapi kali ini salah banget! Lhaaa......kan orang pinter juga manusia. Nggak mesti bener terus.

Penasaran nggak? Nggak ya? Bagus deh. Berarti akunya yang "jayus", "garing", "nggak lucu". "Lucu dari Hongkong?" He he he....itu istilah berlianku jika......entah ya apa conditionnya. Lhaaa......Mamanya gak gaul gini seh?

Gini lho. Ada orang ....atau mungkin banyak ya? Pokoke sih ada yang tanya, entah kagum atau meragukan, apakah anak-anakku itu hebat, jenius, taat, penurut, pokoke serba "super"? Kok kalau dia baca tulisanku, aku tuh bangga banget, sayang banget, sepertinya anak-anakku hebat banget, aku sampai begitu "memuja" anak-anakku.

Walah.....walaaaah...... masa sih aku sebegitunya? Aku bilang aja kalau anak-anakku itu "biasa" aja, seperti anak kebanyakan. Ada nakalnya juga, ngeselin, mbantah, males, dll hal "buruk" yang kadang dilakukan anak-anak seusianya. Namanya juga anak-anak. Lha kita yang orang dewasa aja sering melakukan hal buruk. Padahal kita semestinya sudah bisa membedakan baik buruk, disertai konsekuensinya jika melakukannya. Eeee.......masih aja melakukan hal buruk. Ya kan? Hayoo....pada ngaku!

Mungkin yang membuatnya heran, kok aku bangga banget sama mereka. He he he....... memang! Untuk membanggakan aku, Mamanya, anak-anakku nggak perlu menjadi "super" dulu. Mereka cukup menjadi anak-anak "normal", mereka tidak perlu menjadi juara umum, jenius, hafal 30 juz Al Qur'an, juara olympiade dunia, memecahkan rekor tertentu, atau tindakan "hebat" lainnya. Just be my sons and doughter. So simple.

Kenapa aku selalu bangga dan mengatakan mereka "berlian indah"? Ya karena aku memang bangga! Karena mereka memang "indah". Mereka adalah "berlian indah" yang Allah amanahkan kepadaku. Heeiiii.......apa iya aku nggak boleh bangga dipercaya oleh Allah untuk mengasuh "milikNya" yang sangat indah itu?

Sebenarnya, sejak mereka diamanahkan kepadaku di dalam rahimku, mereka memang sudah "hebat". Mereka sudah dibekali cara "survive" di dalam sana. Mereka tumbuh dan berkembang dengan hebatnya. Bisa berkembang demikian pesat. Bisa nendang, bisa nggelitiki Mamanya, bisa menenangkan saat Mamanya gundah, dan bisa mengkhawatirkan juga jika dia diem aja.

Saat anak keempat, kan sudah ada USG 4 dimensi tuh. Dan karena kondisiku, aku memang harus melakukan USG itu. Wuih.....mahal juga ya. Mana tidak semua RS Bersalin ada fasilitas itu. Lha aku yang "bloon" ini terkagum-kagum bisa melihat Princessku yang bergerak lucu, ngumpetin muka cantiknya jika kamera diarahkan ke sana. Tapi..... sepertinya dia sangat ingin meyakinkan aku dan Papanya kalau dia perempuan. Ha ha ha.......tanpa malu-malu dia selalu menunjukkannya. Kami memang selalu pasrah dan baru percaya jenis kelamin anak setelah dia lahir, meski hasil USG sudah ada dan jelas. Karena USG kan hanya ilmu manusia yang bisa salah.

Setelah lahir......bayi itu juga super hebat. Dia sudah dibekali Allah segalanya. Muka imut, lucu, menggemaskan dan menyenangkan setiap orang dewasa "normal" yang melihat. Ini adalah salah satu alat survive bayi, semua orang menyukainya, jadi PASTI ada yang mau ngurusnya.

Lalu ada cairan hebat, ajaib, yang namanya ASI, yang diciptakan khusus untuknya. Dan ini juga PASTI cukup!! Tidak lebih atau kurang! Formulanya SELALU pas, sesuai kebutuhan bayi saat itu, detik itu, dan akan berubah jika kebutuhan bayi berubah. Contohnya jika bayi sakit, ASI akan menjadi obat terampuh tanpa efek samping bagi bayi tersebut. Hebat kan!!!

Perkembangan kemampuannya pun, super hebat! Sangat cepat dan cenderung "ajaib". Wow!! Secara ilmiahnya sih mestinya sudah ada yang meneliti. Tapi aku kadang memang "cement". Bacaannya kurang intelek, kurang ilmiah, kurang ..... pokoke banyak kurangnya deh! Coba aja perhatiin anak-anak Anda sendiri. Mulai bayi hingga balita, perkembangannya pasti sangat pesat, mengagumkan, mencengangkan, membanggakan, menyenangkan orangtuanya.

Setelah gede......ngeselin ya? Atau makin membanggakan? He he he.......harusnya sih tetap membanggakan. Jika "tidak lagi" membanggakan, berarti orangtuanya yang SALAH dalam menerapkan "kriteria" anak yang membanggakan. Lha kalau anak berbakat bermain musik, tapi orangtuanya mau anak jadi ahli kimia......ya "Joko sembung mlebu ngalas, nggak nyambung blass!!".

Aku sih sangat yakin, anak terlahir ke dunia sudah dalam kondisi sempurna (meski cacat fisik mental), hebat, indah, membanggakan. Bagaimanapun kondisi mereka. Mau IQ nya sundul langit atau jongkok, bahkan ndlosor, anak tetap terlahir sempurna dan hebat. Lha yang menggolong-golongkan anak kan kita, orang dewasa yang suka sok tahu, sok pinter, sok segalanya.

Belum lagi, kita jugalah yang sebenarnya "merusak" kehebatan anak tadi. Jika kita mengasuh, mendidik, mengarahkan, menyikapi amanah Allah dengan benar, dijamin setiap anak akan tetep hebat, dan selalu membanggakan siapapun juga. Tahu nggak? Bahwa sebenarnya setiap anak itu punya potensi untuk JENIUS even hanya punya kapasitas seperempat otak, jika kita orangtuanya mengikuti "manual" yang sudah Allah siapkan. Yaaa.....nggak percaya? Statement itu diambil dari Al Qur'an lho dasarnya, jadi.....PASTI benarnya. Nggak perlu diragukan.

Kalau cerita ilmiah tentang ini, Kangmasku tercinta, Papanya anak-anakku, yang lebih menguasai. Karena memang waktu kami "berguru" ....(ha ha ha.....kayak dunia persilatan ya) langsung ke seorang ilmuwan yang serius mempelajari Al Qur'an sehubungan dengan penyiapan generasi, dia lebih serius menekuni segala filosofi dan tiorinya. Lha aku yang "pemalas" ini, memilih langsung mempraktekkannya aja. Kesuwen kalau kebanyakan membaca dan menganalisa. Xi....xi....xi..... aku pinter ya kalau nyari alasan pembenar diri? Nggak sih, aku rada payah menerjemahkan untuk orang lain, penjelasan guruku itu yang orang bule, was wis wus gitu Bahasa Inggrisnya, ke dalam bahasa tulisan, ilmiah, kutipan. (Walaah........aku kok tambah alesan ngene to? Tambah nganyelke ya?)

Tenaaang......ntar aku akan "rayu" Pacarku itu untuk nulis di sini tentang segala macam dasar, tiori, filosofi, dasar ilmiah, termasuk ayat mana yang menjelaskan tentang ini. Al Qur'an itu memang sumber segala ilmu, sangat ilmiah, sangat logis, sangat segalanya. Jadi, semestinya orang yang mempelajari Al Qur'an akan menjadi orang yang banyak mengerti berbagai ilmu pengetahuan yang sudah ada, bahkan yang belum tergali oleh akal manusia.

So, mengapa kita tidak siapkan anak-anak kita, berlian indah titipan Allah, untuk menggalinya, kemudian menerapkannya dalam kehidupan manusia. Waaah....... nggak kebayang bagaimana akselerasi kemajuan ilmu pengetahuan akan terjadi. Pasti Ilmu pengetahuan akan berkembang super duper cepat, melesat, sangat hebat.

Sudah pasti itu akan menyelamatkan generasi mendatang dari segala "kerusakan" yang sudah ada di muka bumi. Mau kaaaan.......menjaga "berlian" anda tetap hebat seperti saat Allah menitipkan kepada kita!!! Save the next generation.......................

Selasa, 07 Oktober 2008

OSENG BUNCIS..........MAK NYUUUS..........

Hari Senin, pacarku sudah mulai ngantor lagi. Hm......dia rupanya "ketagihan" naik kereta api ekspress sejak mobil dipinjam Mama, lebih nyantai dan cepat sampai. So, aku mesti nganter dia sampai stasiun pagi-pagi sesuai jadwal kereta itu. It's OK. Demi cintaku, ha ha ha......seperti lagu aja ya.

Karena berlianku masih pada libur, aku bisa nganter papanya tanpa membawa Princess yang masih terbuai mimpi. Masnya so pasti siap menjaganya selama aku pergi ke stasiun kereta api. He he he ....asas manfaat, mumpung libur dimanfaatkan jagain adek. Lagian, kasihan juga si Adek dibawa-bawa sedang lelap gitu. Masnya juga enjoy kok jagain adek, puas nyiumin. He he he .....rupanya dia menggunakan asas manfaat juga. Mumpung jagain bisa ciumin.

Pagi hari, karena pada nggak puasa syawal, tapi libur, yaaa......mesti masak buat sarapan. Nasi goreng sepertinya pas nih. Secara, anak-anak sudah biasa aku masakin setiap mau makan sejak mereka masih "belajar" makan. Fress terus makanannya. Hicks....hicks.....salah sendiri ya jadi repot! Biarin aja deh, kan sehat kalau makan yang fres, nggak over cook karena dipanasin berkali-kali.

Waah.....tukang sayur masih pada libur, belum balik dari kampung. Ke pasar? aku tuh agak males ke pasar tradisional bawa Princess. Makan siang seadanya pun terjadilah. Dengan simpanan bahan yang ada di kulkas dan sedikit kreatifitasku. Ha ha ha ..... tetep aja sip margusip kata berlianku. Bagi mereka, Mamanya kan chef paling top di muka bumi ini.

"Yuuurr........." Eeee......siang siang terdengar suara tukang sayur. Bergegas aku ke depan. Hm....ada buncis muda, tomat, cumi, cabe. Lumayaan.....bisa "hidup" lagi nih meja makan ntar sore.

Di kulkas masih ada wortel merah. Akhirnya aku jodohin aja si buncis muda dengan wortel merah simpananku. Dengan bumbu minimalis seperti biasa, ditambah banyak cinta, jadilah oseng buncis wortel yang renyah namun sedap. Tak lupa aku tunjukkan cara masak bahan sederhana namun sehat dan sedap ini pada berlianku. Ya, aku yakin suatu saat "ilmu" masak ini akan mereka perlukan. Terutama saat mereka harus jauh dariku berbeda negara, jika mereka harus menuntut ilmu. Aku yakin, "langkah" mereka nantinya akan jauh. So, aku harus siapin mereka untuk menempuhnya.

Dibantu berlianku, termasuk Princess yang dengan serius "motek-motek" buncis dengan tangan mungilnya, akupun "berlaga" di dapur. He he he.......tahu donk hasil potongan buncis oleh tangan cantik itu? Mana saat motong dia tuh kusyu' banget, sampai bibirnya mancung dan bikin Mas Masnya gemes. Wah....hasilnya complicated!

Karena memang masakan praktis, hanya beberapa menit sudah terhidang oseng buncis bersama cumi goreng tepung di meja makanku. Ups......hanya beberapa menit pula semua itu "lenyap" dari meja makan, karena dilahap berlian-berlianku. Tapi dasar mereka anak shaleh, biarpun selera masih menggebu, tetap mereka sisakan untuk Papa yang belum pulang kantor.

"Kasihan kalau Papa tidak ikut merasakan hasil karya kita yang mak nyuus ini." Begitu mereka berkomentar menutupi rasa sayang mereka pada Papa tercinta. Ha ha ha....maklum, terkadang mereka gengsi untuk saling mengungkapkan rasa cinta antara mereka. Dan menutupinya dengan cara lain seperti tadi. Papanya juga sering mengungkapkan rasa sayang melalui candaan kepada anak-anak, main bareng, "berantem", saling ledek, wah.....pokoknya seru!

Berlianku, tetep aja indah di mata hatiku. Keep shining...............

Senin, 06 Oktober 2008

SAVE THE NEXT GENERATION PART # 4

Hidup itu singkat, "Wong urip iku paribasane mung mampir ngombe". Begitu kata Eyangku dulu. Ya, orang hidup itu ibarat orang yang mampir sekejap sekedar menghilangkan haus, dalam perjalanan panjangnya.

Naaa....... karena hanya sebentar, semestinya kita bisa "berbuat". Salah satunya adalah kita harus menyiapkan anak-anak kita menjadi generasi penerus. Merekalah yang nantinya akan menjadi penanggungjawab dunia ini sepeninggal kita.

Waduh....waduuuh......bener juga ya. Lagian, dengan diri kita menyiapkan anak-anak kita masing-masing, berarti kita sudah ikut berperan dalam menyiapkan generasi mendatang. Bagaimana mereka nanti, tergantung juga pada bagaimana kita menerapkan pola asuh dan pola didik dalam masa tumbuh kembang mereka.

Hmm......pasti sudah pada faham, nglothok, kalau yang paling ideal untuk mendidik anak itu ya........orangtuanya. Katanya sih, Ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Walah.....ya bener banget.

Kenapa? Karena anak itu ya sejak masih di dalam perut kan selalu bersama Ibunya, sudah mulai dididik Ibunya, sudah mulai "belajar" dari Ibunya. Meskipun Bapaknya juga akan memberi pengaruh lho. Makanya, yang mesti jaga kelakuan, sikap, tingkah laku, dll bukan hanya ibunya tetapi juga Bapaknya.

Setelah lahir, semestinya sih Ibu Bapaknya yang intens ngurusi bayinya. Jangan salah ya, bayi itu sudah bisa merespon, mengerti, menangkap apa yang "menyentuhnya". Dia sangat tahu apakah Ibu Bapaknya care sama dia atau tidak, apakah dia itu "penting" bagi orangtuanya atau tidak, dll. Dan.....semua itu akan sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya. Bahkan tindak tanduk orangtuanya di luar pengasuhan pada bayi tersebutpun akan mempengaruhi tumbuh kembang bayi.

Nggak percaya? Mending percaya aja deh! Kalau mau anak tumbuh menjadi pribadi yang baik, luhur, santun, maka orangtuanya HARUS berperilaku seperti itu terlebih dulu. Boleh dicoba lho. Terserah mau coba berperilaku buruk dengan konsekuensi anak akan seperti itu juga, atau sebaliknya. Kalau saranku sih.....mending percobaannya yang baik. Syukur syukur memang Bapak Ibu semua sudah baik dari dulu ya.......sip deh!!

Demikian seterusnya orangtua mesti berperilaku baik jika kepengen anak-anaknya jadi baik juga. Ha ha ha......sampai selamanya lho! Yah.....itung-itung dengan mempunyai anak kita menjadi "tobat", sehingga berakhir Khusnul Khotimah.

Besok......eh nggak mesti besok lho, pokoke edisi selanjutnya tentang pendidikan di sekolah ya........

Minggu, 05 Oktober 2008

SAVE THE NEXT GENERATION PART # 3

ASI lagi! Waduuuh......jangan bosen ya baca kampanye ASI ku. He he he......ini kan demi generasi penerus kita juga. Hei....demi kita sendiri juga lho.

Ya, ASI adalah "pengaman" yang paling awal bagi generasi penerus kita, sejak mereka menarik nafas pertama kali di dunia ini. Begitu mereka lahir, mereka akan "mencari" ASI. Kalau kata orang sekarang sih IMD. Sayangnya mereka menganggap ini adalah "temuan baru". Lhaa......padahal ya sudah ada sejak jaman dulu kala sudah banyak diterapkan oleh para Ibu. Ini sih kata Ibuku almarhum; "Kudune bayi lair ya langsung disusokne neng Ibune, sambi Ibune diresiki. Ben sehat, pinter nyusu, susune yo cepet bancar."

He he he .....pada ngerti nggak? "Seharusnya, begitu bayi lahir langsung disusukan ke Ibunya sambil Ibunya diberesin. Biar bayi dan Ibunya sehat, cepet pinter menyusu, susunya juga cepet lancar keluar."

Naah.......habis itu ya ASI eksklusif 6 bulan. Yaitu HANYA ASI yang masuk ke tubuh si bayi selama 6 bulan pertamanya. Jangan masuk zat lain selain ASI. Pokoke ASI saja!!!!

Sesudah itu, umur 7 bulan sampai 2 tahun tetep ASI sebagai menu utama, namun sudah mulai boleh diberikan MPASI (Makanan Pendamping ASI). Lhaa...namanya juga sebagai pendamping, jadi ya tetep ASI yang utama.

Kenapa kok aku sebegitu semangatnya mengkampanyekan ASI? Ya karena memang ini sangat penting bagi kita, Ibu, bayi, dan yang pasti generasi penerus. Karena ASI ini diperintahkan langsung oleh Sang Pencipta, tertulis di "manual" kita, Al Qur'an.

"Tapi ASI ku sedikit. ASIku nggak keluar. Anaknya nggak mau sendiri. Bayiku "rakus" ASI kurang, kasihan dia. Sudah berbagai cara dan dokter turun tangan agar ASI ku banyak tapi nggak bisa. Memang aku ini sudah keturunan, Ibuku juga nggak banyak ASInya." Dan masih banyak lagi "pembelaan diri" yang disampaikan para Ibu yang tidak memberi ASI secara penuh kepada bayinya.

Hhhhh.......prihatin sekali aku. Ibu dan Bapak semua yang hebat, tidak mungkin Allah memerintahkan jika memang kondisinya seperti itu. Kalau Allah sendiri yang memerintahkan, PASTI semua Ibu bisa menyusui anaknya sampai 2 tahun! Allah tidak pernah dzalim, Allah itu adil, Allah itu amanah, perintah PASTI disertai fasilitas.

Tidak mungkin Allah menciptakan bayi A dengan bekal ASI cukup, bayi B berlebih, bayi D kurang, atau bayi E sama sekali ASInya nggak ada. No way!! Setiap bayi lahir PASTI dibekali ASI yang CUKUP, tidak kurang dan tidak lebih. Semua PASTI sesuai kebutuhan bayinya. Semua PASTI cukup sampai usia bayi 2 tahun! Hanya Ibu Bapaknya harus mengupayakan terjadinya sunatullah, harus yakin, harus percaya.

Sunatullahnya ya Ibu makan sehat, cukup, tidak stress, setiap saat bayi minta ya dikasih aja, kan bayinya lebih ahli dari kita. Bener lho, Allah sudah memberi bekal keahlian akan keperluan bayi minum ASI sejak dia lahir. Bapaknya memberi dukungan, semangat, cinta, fasilitas, dll. Pokoke kerjasama tim yang bagus antara bayi, Ibu, Bapak, dan anggota keluarga lain.

So, tidak ada alasan ya Bu, Pak, untuk tidak memberi ASI pada bayi sesuai perintah Sang Pemilik! Semua orang PASTI bisa!! PASTI cukup ASInya. PASTI!!!

ASI itu cairan AJAIB! ASI akan selalu sesuai kebutuhan bayi. Saat bayi lapar, ASI akan mengenyangkan. Saat bayi haus, ASI akan melegakan dan menghilangkan rasa hausnya. Saat bayi sakit, ASI akan menjadi obatnya yang PERSIS sesuai yang dibutuhkan bayi untuk melawan penyakitnya itu. So, kandungan ASI akan selalu sesuai kebutuhan bayi saat itu.

Kalau mau dikupas tuntas.......ceilee.......ASI pasti akan memberi banyaaak banget keuntungan bagi kita orangtua, bayi, hei.......masyarakat dan negara juga lho!!

Tapi Ibu, Bapak, meski ASI itu "cairan ajaib", tapi nggak lantas bayi ASI PASTI akan menjadi "anak ajaib" juga. Pasti selalu sehat, pintar, luar biasa, bahkan cenderung amazing, incredible, hebat, atau super. He he he......kan banyak faktor lain juga yang mempengaruhi tumbuh kembangnya. Ada lingkungan, pola asuh, pola didik, dll. Tapi yang pasti, bayi yang sama PASTI hasilnya akan jauh lebih bagus jika dia diberi ASI dibanding jika tidak.

Makanya, ASI boleh kita katakan menjadi salah satu......malahan yang pertama, yang bisa kita jadikan alat untuk menyelamatkan generasi penerus kita. ASI will save the next generation. Definitely!!

Sabtu, 04 Oktober 2008

PRINCESS PIPIS SEMBARANGAN

Wah....wah....wah......judulnya kok? Buka aib, perbuatan tidak menyenangkan, menyebar keburukan. Pembunuhan karakter! Ha ha ha ............ memang sembarangan sih.

Princess memang sudah harus bisa pipis dan pup di tempatnya. Nggak boleh lagi sembarangan atau pakai diapers. Dia mesti belajar mengontrol diri untuk keperluan ini. Kami sudah mengajarkannya. Sudah potty training istilah kampungnya. Istilah kerennya sih ......"ditatur". He he he ......... Memang dulu sih Mas Masnya sudah bisa "rapi" sejak umur setahun. Bahkan malamnya juga sudah nggak ngompol. Maklum, Mamanya masih rajin, sekarang Mamanya rada males, capek. Ha ha ha...... ngaku! Kasihan ya, Mamanya males, anak jadi korban.

Kami ajarkan dia untuk segera menuju "closet" nya jika berasa ada yang ingin dia keluarkan dari tubuh mungilnya itu. Agar lebih meyakinkan, kami adakan latihan, peragaan, sambil tak lupa sambil mengucapkan tiorinya, biar inget terus.

"Kalau mau pipis atau ee', adek cepet-cepet ke bebek angsa. Trus duduk di sini..... sampai selesai. Naaaah......baru deh minta tolong dibersihin Mama, cebok."

Bla.....bla.....bla...... dengan berbagai "bumbu" agar lebih menarik dan mudah diingat. Tak lupa iramanyapun seperti lagu. So, Princesskupun "menghafal" instruksi itu sambil nyanyi riang.

Hmm.......sepertinya sudah lancar dan meyakinkan nih. Vania begitu antusias dan sangaaat menguasai "pelajaran" baik tiori maupun praktek lapangannya. So, harapan dia bakalan bisa melakukan jika benar-benar terjadi juga besar.

"Mamaaaa........Papaaa........adek mau ee' nih......ke bebek angsa ya......"

Buru-buru dia lari ke "closet" mininya, lepas celana, dan duduk manis sambil nyanyi di sana. Nggak lama kemudian.............

"Sudah ya Maa......nggak ada yang keluar......"

Ha ha ha ......rupanya cuma gas yang keluar. Ups........sorry......tidak bermaksud nggak sopan ya. Kali lain..............

"Papaa.......adek pipis nih......" Sambil berdiri kebasahan.

"Lhooo......kok pipisnya di situ? Kenapa nggak di angsanya?"

"Iya, harusnya adek ke bebek angsa, lepas celana, duduk, pipis di sana.....Nggak papaa kok.....yuk, nggak papa yaa......." Lha... dia sendiri yang memberi excuse!

Ha ha ha ..........tahu nggak, saat dia ngomong seperti itu sambil ambil lap pel dan ngelap pipisnya sendiri. Tak lupa segala macam tiori yang kami ajarkan juga dia ulang-ulang dengan lembutnya lewat bibir mungilnya itu. Termasuk pesan sponsor yang kami sampaikan jika lantai masih basah karena dipel.

"Jangan lari-lari ya Paa..., masih licin. Hati-hati, biar nggak jatuh......Mama juga yaa......nggak boleh jatuh, nanti Adek sedih kalau Mama jatuh. Liciin....."

Waduuuh.......mana merdu dan mesra banget lagi suaranya itu. Coba Mas-masnya sudah bangun, pasti habis deh tuh pipi kena ciuman maut dari Mas Masnya yang kegemesan.

Princess......Princess........memang berlian dia. Keep shining................

Jumat, 03 Oktober 2008

SAVE THE NEXT GENERATION PART # 2

Hari ini kita nerusin pembahasan yang kemarin ya......... dan untuk referensi pembelajaran kita kali ini adalah........TV lagi. Why? Ya karena memang TV nggak selalu negatif, merusak, atau mesti dimusuhi. Semua itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Mau "ngekor" aja sehingga menjadi rusak oleh tayangan TV, atau mau "belajar" dari tayangan TV even itu tayangan yang "buruk". Ya, tayangan buruk bisa menjadi bermanfaat bagi kita jika kita mau belajar dari kesalahan orang lain. Lha ngapain kita harus salah untuk belajar kan? Kalau bisa belajar dari pengalaman orang lain.

Ok! Infotainment, he he he.......pasti jelek ya? isinya ngomongin orang? Isinya gosip? Isinya ghibah? Isinya sangat tidak mendidik? Waaah.......semua pinter ya... memang! Kalau kita melihat dari sisi itu.

Lha bagaimana kalau kita melihat dari sisi lain? Mengapa harus gitu, Dew? Ya iyalah...... secara, mau kita larang, mau di rumah nggak ada TV, mau kita kasih tontonan alternatif, ya TV kenyataannya tetep ada, infotainment kenyataannya tetep menjadi acara favorit banyak orang, menjadi lahan mencari makannya banyak wartawan, menjadi pembicaraan banyak masyarakat kita. So, better nggak usah dihindari, tapi juga jangan dijadikan kebiasaan. Kalau memang kita melihat, ya disikapi dengan benar aja!

Gini nih, ada berita tentang seorang artis remaja yang tertangkap saat pesta shabu-shabu. Lha itu artis kan katanya sih sedang naik daun........ulat kali ya? Hiii......aku paling geli sama ulat! Brrrrr...........hiii........... Nah, sekarang dia di LP perempuan dan anak-anak Pondok Bambu. Mamanya yang sebenarnya bermukim di Bali akhirnya kost di dekat Rutan Pondok Bambu agar jika anaknya memerlukannya dia sudah ada di dekat situ. Dia korbankan kehidupan pribadinya, bisnisnya, segala macamnya, demi buah hati tercinta!

Hm..........bijak ya? Perhatian ya? Ibu yang baik ya? Sangat rela berkorban demi anak? He he he ......maybe.......maybe kurang bijak, kurang "smart" sebagai orangtua, sebagai ibu. Lho.....lho......kok seenaknya aja nuduh orang? Eit...... sorry, bukan nuduh! Tapi justru aku itu ngajakin kita belajar dari dia. Heii........dia justru menjadi guru kita saat ini. Guru yang nyata, guru yang hebat, karena telah rela mengorbankan anaknya sehingga kita ini para murid bisa belajar lebih nyata.
Kita jangan seperti itu!

Coba aja kita trace ke belakang. Saat anaknya sedang "laris manis", bergelimang popularitas dan uang, orangtuanya mungkin merasa anaknya baik-baik saja, nggak perlu perlu amat kehadiran atau pengawasan secara langsung oleh mereka, dibiarkan saja tinggal sendiri di Jakarta, tidak perlu didampingi, tidak perlu orangtuanya "bela-belain" tinggal dekat atau bersama anaknya, apalagi sampai harus mengorbankan kepentingan pribadinya. Toh dia berkecukupan, toh dia seneng, toh dia bahagia...... secara kasat mata manusia yang "pandangannya" terbatas sekali!

Hmm........tahu nggak? Seringkali, kita sebagai orangtua tidak jeli, tidak bijak, tidak aware, tidak smart, tidak cerdik menyikapi dan menilai kapan anak kita memerlukan kita, kehadiran kita secara fisik, dan bukan hanya "quality time", perhatian jarak jauh, perhatian seadanya waktu kita, tenaga kita, pikiran kita, kemampuan kita.

Lho......jadi kapan donk anak kita perlu kita, secara fisik kita hadir bersama mereka, kapan perhatian kita, pikiran kita, waktu kita, mereka perlukan? He he he..... memang nggak ada patokan pastinya. Semua tergantung pada....... semua tidak sama antara anak satu dengan lainnya. So, pada intinya, sejak kita mempunyai anak, kita sudah teken kontrak sama Allah, pencipta kita, pemilik anak kita, pemberi amanah, bahwa kita berjanji akan menjaga titipanNya, akan menjaga milikNya itu dengan segenap diri kita, kemampuan kita, waktu kita.

Lhaaa.....habis donk waktu dan tenaga kita untuk mereka? Apa kita jadi budak mereka? Ho ho ho.........ya bukan gitu donk Bapak dan Ibu yang baik. Kan kita sudah dititipi sejak anak masih bayi merah, dan kita diberi bekal "manual" berupa kitab suci (Al Qur'an untuk agama saya), makanya ya kita didik, asuh, dan bimbing anak dengan tuntunan "manual" tadi. Sehingga anak menjadi terarah, terurus, tahu hak dan kewajibannya, tahu posisinya, tahu bagaimana menempatkan dirinya.

Nah.....dengan pola asuh dan pola didik yang benar, PASTI anak tidak akan menyita seluruh waktu, pikiran, dan tenaga kita. PASTI semua akan sesuai porsinya, semua akan menempati posisi yang seharusnya, semua akan selaras.

Sempurnakah?? Ya masa sih ada yang sempurna di dunia ini? Pastinya, sebaik apapun kita mengupayakan, akan ada bolongnya sana sini, ada melencengnya, ada salahnya. Tapi justru di situlah kita makin belajar, makin mengasah rasa dan pikir kita, mengasah batin dan logika kita, makin meningkatkan kemampuan kita dan kesadaran kita akan keterbatasan kita sebagai makhluk. Dan makin kita mengakui kebesaran Allah, kekuasaan dan keagunganNya.

Jadi, mari kita berikan waktu, tenaga, dan pikiran kita saat anak kita memerlukannya. Kita investasikan semuanya sebelum terlambat, sebelum kita HARUS menebusnya dengan keterpaksaan karena sudah ada akibat yang tidak kita harapkan. Bukankah mencegah selalu lebih baik daripada mengobati?

Please, save the next generation............Investasikan waktu, tenaga, pikiran, dan harta kita pada investasi yang tidak akan pernah rugi. Investasikan pada Allah, jaga titipanNya dengan sepenuh hati kita.

Kamis, 02 Oktober 2008

SAVE THE NEXT GENERATION PART # 1

Hm...... menjelang liburan Hari Raya, kami sekeluarga nonton TV. Acaranya sih, favoritku; "Termehek mehek". Ha ha ha.....dulunya aku pikir ini acara pasti jelek banget, remaja banget, cinta monyet banget, pokoke aku males banget nonton. Eee..... setelah sekali "terjebak" nonton ni acara........waaa......ketagihan. Bang Helmi Yahya kali ya penggagasnya? He he he.......kakak kelasku di STAN ini memang kreatif. Ternyata acara ini bagus, menyelesaikan kesulitan orang yang mungkin nyaris desperate. Nggak ngerti mau minta tolong ke mana.

Hari Sabtu kemarin, 27 September 2008, tentang orangtua yang mencari anak perempuannya yang masih umur 6 tahun. Anak itu hilang 4 bulan lalu saat di stasiun kehausan, dan ditinggal sebentar atau gimana aku nggak gitu nyimak (maklum nontonnya sambil sambil). Pokoke dia sudah menghilang aja. Ditanya sana sini, dicari sana sini, sampai 4 bulan orangtuanya nggak bisa ketemu. Berbagai penjuru kota sudah ditelusuri, nggak ketemu juga.

Hhhhhhh......nggak kebayang sedihnya, galaunya, takutnya, khawatirnya, dan menyesalnya telah lalai sehingga buah hati tercinta hilang dari pelukan. Aku sampai berlinang airmata nggak kuasa membayangkan kesedihannya.

Setelah tim "Termehek mehek" bekerja keras, ternyata anak itu diculik seseorang yang dipanggil "Si Bos", dan dijadikan pengamen di kereta api jabodetabek. Jahat sekali ya orang itu. Akhirnya anak itu bisa diselamatkan dari sebuah rumah besar berpagar dan dijaga orang dewasa. Weleh....weleh...... anak-anak kecil dipekerjakan oleh mereka untuk "minta-minta" dan menghidupi mereka. Yah......anak-anak itu dieksploitasi oleh orang dewasa. Dan kita, dieksploitasi perasaan kita agar memberi mereka saat mereka "bekerja" untuk Penjahat tadi.

Masya Allah....... kejamnya!

Dan.......kita juga ikut kejam jika memberi mereka uang saat mereka "beraksi" meminta uang kita di lampu merah, kereta api, bus, atau di manapun juga. Kenapa? Karena kita ikut "menumbuh suburkan" eksploitasi ini, yang menyebabkan Penjahat macam mereka makin merasa untung dan makin "giat" mencari korban korban lain. Mereka akan makin giat menculik, merenggut anak dari kenyamanan, dari kemapanan masa depan, daritempat terlindung, ke "hutan belantara" kehidupan kasar, jahat, malas, kejam.

"Tapi kan kita nggak boleh suudzon. Siapa tahu mereka bener-bener anak jalanan, miskin, perlu makan."

He he he.....bener Bu, Pak, maybe! Itulah perlunya turun tangan pemerintah, pemda, untuk menertibkan mereka. Tibum harus selalu rajin melakukan razia dan mengidentifikasi mereka. Hanya orangtuanya dengan bukti sah yang boleh mengambil mereka dari tangan pemerintah. Ya, fakir miskin dan anak telantar merupakan tanggungjawab negara. Kita harus dukung diberlakukannya larangan memberi sedekah di jalanan, bukan lewat lembaga.

"Lha tapi lembaganya belum tentu amanah."

He he he........leres sanget Bu, Pak, memang itu juga masalah. Kalau kita berdebat teurs, maka ini akan menjadi lingkaran setan. Tidak ada ujung pangkalnmya.

Yang jelas, kalau kita tidak memberi sedekah secara "liar", tetapi kita salurkan melalui lembaga resmi, ini tidak akan menumbuh suburkan yang namanya "EKSPLOITASI" anak-anak, merenggut masa depan mereka, merusak perasaan mereka, mengintimidasi mereka, mempekerjakan mereka dengan paksa.

Jika peminta-minta tidak mendapat hasil, maka sektor ini tidak akan menjadi "bisnis" yang menggiurkan. So, anak-anak anda tidak akan "terancam" oleh pelaku bisnis macam ini. Lalu, apakah anak kita lantas jadi "aman"? Ya belum tentu! Tapi setidaknya telah hilang satu ancaman; diculik untuk dipekerjakan menjadi peminta-minta dengan berkedok ngamen atau pekerjaan lain.

So, dengan tidak memberi peminta-minta di jalanan, kita telah ikut serta menyelamatkan generasi penerus dari eksploitasi orang yang tidak bertanggungjawab.

Please, save the next generation.................