Halaman

Senin, 10 Maret 2008

TV, ADA NGGAK DI RUMAH, YA ??

Karena tulisanku di sebuah mailing list tentang sebuah tayangan TV, aku jadi tergelitik nulis tentang TV! Ya, TV! Hari gini, siapa sih yang nggak kenal sama layar kaca yang satu ini?

Mungkin sebagian besar keluarga Indonesia menghadirkan TV di rumahnya. Ihhh....ngeri juga ya, kalau membayangkan banyak keluarga yang menyajikan di ruang paling pribadi dalam keluarga (TV biasanya di ruang keluarga) sebuah sajian yang tidak mendidik.

Naaah......makanya, sebaiknya sih, kalau sejak kecil, anak-anak diberi asupan pendidikan bagaimana nonton TV, memilih acara TV, bagaimana menelaah acara TV, dsb. Mengapa harus dari kecil? Ya, semua pendidikan ya harus sejak kecil, agar anak tidak kaget, dulu boleh kok sekarang nggak?, dulu nggak ada penjelasan kok sekarang cerewet amat?

Memang, ada juga keluarga yang memutuskan nggak ada TV di rumahnya. Yah....sah sah aja sih. Mungkin daripada repot mending nggak ada sekalian. Ada juga yang menggunakan TV berbayar, agar bisa dikontrol acaranya. Padahal, kalau aku sih nggak setuju dengan cara seperti itu.

Lha, kan anak kita nanti juga harus keluar rumah, yang tidak mungkin kita jagain terus apa yang dia lihat, apa yang dia dengar. Kalau sama sekali nggak kenal, kan dia merasa asing, nggak ngerti harus bagaimana menhadapinya. Kasihan, kan!? Nah, kalau di rumah sudah sering melihat, tahu apa saja isinya, apa yang positif dan negatif, kita bekali dengan jurus-jurus menghadapinya, kan dia akan PD menghadapinya.

Lagian, menurutkau sih, masih banyak kok acara TV yang cukup mendidik. Surat sahabat misalnya. Dari situ anak tahu kalau di suatu tempat nan jauh, tapi masih Indonesia, ada anak lain dengan keseharian yang berbeda dengan mereka, budaya juga berbeda, alamnya, dll. Bahkan, tayangan yang menurut kita tidak bagus untuk anak pun bisa dijadikan bahan pembelajaran buat anak. Sehingga, saat di kehidupan nyata dia menghadapi hal itu, anak akan ingat tentang pelajaran hal itu dan "warning" yang pernah kita berikan.

TV berbayar, mungkin bagus juga karena kita bisa memilih isi yang sesuai keinginan kita. Tetapi kita harus ingat untuk memberikaan pembelajaran ke anak, bahwa tidak semua hal bisa kita sediakan sesuai keinginan kita. Seringkali mereka justru harus menghadapi masalah yang disodorkan kehidupan untuk mereka atasi sesuai prinsip yang mereka anut agar tidak terbawa arus. Nah, kalau semua kita sodorkan sesuai keinginan kita, bagaimana mereka tahu cara menghadapi hidup??

Ingat, kita belum tentu bisa "menemani" mereka selama yang kita mau. Mereka punya kehidupan di luar sana. Mereka punya komunitas di luar sana. Dan....umur kita nggak tahu kapan berakhir.

OK!!?? Tapi pilihan tetap di tangan masing-masing. Tanggung jawab dan resiko juga akan menjadi tanggungan masing-masing.

Tidak ada komentar: