Profesi ini akan sangat memberi pengaruh kepada masyarakat. Apalagi sekarang ini, terutama wartawan televisi sangat mempengaruhi cara pandang masyarakat. Masyarakat kita belumlah dewasa dalam menanggapi berita yang disajikan oleh para wartawan di media televisi utamanya. Banyak diantara mereka yang “asal telan” informasi yang tersaji tanpa memilah dan mengolah terlebih dahulu.
Masyarakat menganggap apa yang disajikan oleh wartawan sudah masak, sudah ditelaah dan dicompare dari berbagai sudut pandang, sehingga mereka percaya 100%. Belum lagi mengingat penonton bukan hanya orang dewasa. Terkadang ada tayangan dewasa yang memang ditayangkan malam hari, tetapi iklan atas tayangan tersebut di jam-jam yang “asal” ada pagi, siang, atau sore hari. Pernah anak saya yang waktu itu berumur 7 tahun bertanya; “Ma, ejakulasi dini itu apa?” Nah, siapa yang mau bertanggung jawab?
Ada lagi, tayangan dengan tulisan kecil diatas layar “BO” tetapi tayangan tersebut isinya beberapa tidak pantas untuk anak-anak. Itu namanya “kurang ajar” yang membuat orangtua harus menyelesaikan pekerjaan si pembuat tayangan karena harus menjelaskan sesuatu yang bukan porsi anak-anak kepada anak-anak. Harusnya, “BO” artinya tayangan memang untuk semua umur akan tetapi perlu penjelasan. Contohnya “Tom and Jerry” yang sering terjadi ketidak adilan karena selalu Tom yang celaka meski Jerry yang nakal.
Dalam pemberitaan, wawancara (yang sering seperti interogasi dan memojokkan), ilustrasi berita, kekerasan, reka ulang yang harusnya hanya konsumsi polisi atau penegak hukum lain dengan tujuan menggali kebenaran dan sama sekali tidak ada kepentingannya publik melihat hal itu tetapi dengan gamblang disajikan kepada publik.
Wartawan, seharusnya mendulang pahala yang banyak jika fungsinya mencerdaskan masyarakat dengan informasi yang benar dan bertanggung jawab. Jangan karena merasa harus menyampaikan kebenaran tetapi tidak peduli dampak buruk yang bisa terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar