Halaman

Sabtu, 24 November 2007

INVESTASI

Saya ingin cerita pengalaman saya mengelola uang semoga bermanfaat. Ada saran? Welcome banget.

Sejak kecil saya biasa berfikir jauh ke depan dalam segala hal.Sejak anak pertama lahir, saya berfikir tentang biaya sekolahnya. Saya dan suami pegawai negeri, meski kata orang gaji kami "lumayan" apalagi berdua dan ditambah sambilan di malam hari (mumpung masih muda), saya yakin saat anak saya besar inflasi akan "mbalap" penghasilan.Praktis aja, tiap bulan saya sisihkan Rp25.000,- tiap anak saat gajian untuk ditabung sejak anak lahir. Karena takut terpakai, saya beli US$. Waktu itu US$1 = Rp2.400,-. Tak disangka, tahun 1997 US$ melejit sampai Rp 18.000,-, saya rupiahkan US$ saya dan kembali saya US$ kan saat harga Rp 6.000,-

Jadi berlipat kan?OK? Saat saya merasa sulit membagi waktu antara karir dan anak, saya putuskan untuk fokus pada anak. Dasar nggak bisa diam, saya coba berbagai usaha dan investasi. Bahkan sempat tertipu (berkali-kali) , ada yang sampai sekarang masih terutang belum tertagih. Ada teman pengacara akan tuntut dan lapor polisi karena jumlah "lumayan besar" bagi saya, tapi saya nggak tega (kasihan anak-anaknya kalau Bapak Ibunya ditangkap polisi). Sekarang mereka nggak tahu kemana tapi saya berharap Allah buka hati mereka untuk mengembalikan uang saya.

Karena pensiun PNS saya anggap tidak cukup untuk membiayai gaya hidup kami nanti (saya ingin bebas waktu dan uang saat pensiun tanpa ngrepoti anak), maka sejak beberapa tahun lalu saya investasi jumlah tertentu tiap bulan di reksadana. Ya, menurut saya menabung kurang OK, investasi baru OK.

Sekarang saya punya baby lagi, jadi tidak bisa mobile, karena saya selalu urus baby saya sendiri dan menikmati kerepotan yang tidak akan pernah terulang. Maka saya alihkan dana usaha yang tersisa dengan investasi yang bisa saya pantau lewat dunia maya. Konservatif banget sih, dana segitunya harus konservatif.

Saya juga ingin investasi akhirat (ilmu yang bermanfaat), maka sejak 2 tahun lalu saya membuka sekolah (TK & SD). Memang tidak gratis karena saya ingin nantinya sekolah bisa survive membiayai dirinya sendiri tanpa minta-minta. Lagipula, menurut saya, bukan hanya anak dari keluarga miskin yang perlu dibantu. Anak dari keluarga yang mampu secara materi juga perlu bantuan berupa pendidikan yang tepat. Sekarang sekolah masih pinjam rumah saya yang agak luas (sementara saya pindah ke tempat lain yang kecil). (Ada masukan dari Bapak Ibu yang baik untuk mencari lahan dan dana untuk membangun gedung? Karena sekolah ini bukan profit motif). Lho, kok malah curhat? Maaf jangan terlalu diambil hati n jadi beban ya.

Memang, kami hemat, berusaha bijak dalam finansial (kan nantinya juga akan ditanya darimana kita mendapat dan kemana membelanjakan rejeki kita), anak-anak saya ajak berfikir dan bertindak bijak, dan kami bersyukur atas semua ini.Nah, harapan saya, sekolah anak-anak (anak saya 4)lancar, suami saya bisa pensiun muda, "pacaran" lagi karena anak-anak sudah besar, jalan-jalan, dll. Amiin.

Tidak ada komentar: