Halaman

Minggu, 11 November 2007

WAKTU & RUANG

Saya pernah diminta mengisi suatu lembar isian tentang hal-hal yang berkaitan dengan anak-anak saya oleh lembaga psikologi dari sekolahnya. Diantaranya:

Kapan waktu belajar?
Kapan waktu ibadah?
Kapan waktu bermain?
Kapan waktu rekreasi?
Kapan membantu ibu?
Ada ruang belajar di rumah?
Ada tempat ibadah?
Ada tempat bermain?
Kemana tempat rekreasi favorit?
Dll.

Gampang bagi saya nulisnya, cuma satu jawaban dari semua pertanyaan itu: dimana-mana (di semua tempat) dan kapan saja.

Persis dugaan saya, saya dipanggil oleh team dan diinterogasi (he he he bukan, diminta menjelaskan). Penjelasan saya adalah:

Memang anak saya belajar, ibadah, bermain, rekreasi, bantu ibu (dan bapak dong!) itu kapan saja dan dimana saja (seperti iklan sebuah merk minuman saat saya kecil). Mengapa? Karena memang umur mereka itu kan umurnya bermain, rekreasi, belajar, dan bantu orangtuanya. Dan semua itu juga ajang belajarnya mereka, ibadahnya mereka.

Nggak bingung kan?
Saat mereka makan, ada belajarnya (etika, gizi makanan, fungsi makanan, dll). Ada ibadahnya, karena salah satu tugas kita adalah memelihara ciptaan Allah yang namanya tubuh kita dengan baik. Salah satunya memberi makan yang halal dan baik . Ada bermainnya, ya memang mereka selalu melakukan apa saja dengan bermain termasuk makan. Ada juga rekreasinya kalau kita bisa membuat mereka nyaman dan menikmati acara makan. Setuju donk?!

Nah, itu berlaku untuk semua kegiatan mereka. Bener kan? Dimana saja, kapan saja, anak-anak belajar, bermain, beribadah, rekreasi, tidak harus dipisahkan tempat dan waktunya. Tidak harus dibatasi kapan dan dimana. Tidak perlu ruang tertentu, tidak perlu waktu tertentu.

Kita jangan suka menyalahkan fasilitas untuk melakukan suatu hal baik. Be creative! Ya, jangan bilang;
“Mana mungkin kami ajarkan anak kami ibadah kalau kami tidak mempunyai mushala di rumah kami?”
“Mana bisa kami ajari anak kami komputer kalau kami tidak mempunyai komputer?”
“Mana mungkin kami ajarkan anak kami bahasa Inggris kalau kami tidak punya lab bahasa?”
Dll.

Padahal, ternyata mereka menanyakan hal itu karena ingin mengetahui kemampuan ekonomi orangtua murid karena akan menaikkan uang sekolah. Pantes mereka bingung dengan jawaban tertulis saya.

He he he, makanya Bu, Pak, lain kali to the poin aja. Jadi langsung saya bayar (kalau mampu).

Tidak ada komentar: