Dulu, saat aku masih aktif bekerja sebagai tax auditor di instansi pemerintah, banyak orang berkomentar; “Wah, enak ya dua-duanya kerja, pasti aman lah kan double gardan.” He he he.......... kok standarnya materi ya???
Setahuku sih, double gardan adalah istilah untuk mesin yang performanya bagus. Jadi maksud mereka, penghasilan kami banyak karena dua-duanya kerja. Pegawai negeri pula.
Lagi-lagi materi yang dijadikan tolok ukur ya? Dasar jaman materialisme!
Kami berdua, aku dan suami, punya opini lain tentang bouble gardan. Menurut kami, memang dalam rumah tangga sangat diperlukan double gardan. Tapi, justru bukan suami istri sama-sama mengejar karir dan uang di luar rumah. Tetapi double gardan dalam pemikiran, dalam keimanan, dalam menghadapi segala benturan, terutama dalam menyiapkan generasi. Duilee gaya amat! Ha ha ha........... ya iyalah! Dewi gitu loh!!
Lha memang. Nggak bisa dalam masyarakat seperti ini membesarkan anak sendiri atau malah tidak dua-duanya karena kesibukan berkarir, dan anak hanya mendapat sisa tenaga, waktu, dan pikiran orangtuanya. Mereka hanya dibimbing oleh pembantu, baby sitter, dan sopir. Kecuali memang bapak dan ibu adalah “super” dalam segalanya, salut untuk anda berdua.
Tapiii.................. kayaknya nggak mungkin ya Anda orangtua super! Aku aja nggak bisa lho waktu yang cuma 24 jam ini bisa dipakai untuk karir dan anak secara PRIMA semua. Kecuali............. kantor milik sendiri!! Selama masih sebagai pegawai............. boong aja kalee bisa memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan perasaan PRIMA kepada anak dan karir sekaligus.
So, jadilah DOUBLE GARDAN dalam membina rumah tangga bahagia, anak bahagia, tumbuh kembangnya sempurna sebagai generasi peberus bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar