Halaman

Sabtu, 03 November 2007

WANITA KARIR YANG IBU RUMAH TANGGA?

Jaman sekarang ini, banyak sekali yang mengaku sebagai wanita karir yang tidak meninggalkan fungsi utama sebagai ibu rumah tangga. Saya pribadi sebenarnya tidak setuju dengan statement ini. Karena memang menjadi ibu rumah tangga itu tidak bisa hanya dijadikan sambilan. Kalau mencari uang, itu justru yang bisa dijadikan sambilan oleh ibu rumah tangga. Nggak bingung kan?

Tapi itu semua pilihan, tidak ada yang menyalahkan dan pasti tidak ada yang mau disalahkan, bukan? Malahan, menurut saya, lebih baik seorang wanita fokus bekerja di kantor daripada maksain dua-duanya kalau memang hatinya mau jadi ibu rumah tangga.

“Lho, ngaco kamu Dewi, suamiku dan anak-anak gimana?”

Jangan sewot dulu, Ibu yang cantik. Suami, saya rasa semua juga bisa diatasi kan Bu? Wong mereka juga nggak memerlukan Ibu 24 jam sehari. Anak-anak? Ya, konsekuensi dari Ibu bekerja, anak-anak harus Ibu percayakan dengan orang dewasa lain yang kurang lebih bisa menggantikan fungsi Ibu. Jangan pula dikasih pembantu yang (maaf) tidak mempunyai kemampuan apa-apa dalam pendidikan anak. Memang semestinya ada pembantu yang ngurus rumah, dan ada nanny yang ngurus anak-anak.

Ibu juga harus memberi arahan kepada para asisten untuk mentreatment anak-anak sesuai harapan Ibu. Makannya, tidurnya, pakaiannya, belajarnya, kata-kata yang mereka dengar, jawaban atas pertanyaan mereka, dll. Ibu juga harus menyediakan waktu khusus di luar jam kerja Ibu (nggak boleh nggak biarpun capek) memantau semuanya. Karena dengan bekerja, tidak menghilangkan tanggung jawab sebagai penerima amanah, bukan?

Nah, sebagai pekerja, Ibu juga harus profesional. Jangan anak dijadikan alasan untuk tidak profesional.

Tidak ada komentar: