Halaman

Minggu, 18 November 2007

RAJA VS KERAS

Ada juga yang menganggap saya itu memperlakukan anak saya bagaikan raja, dipuja setinggi langit, nggak pernah ditegur, nggak boleh “dicolek”, semua disediakan, semua permintaan dikabulkan, dan perlakuan permissive lainnya. Ada lagi karena melihat anak saya tidak mbantahan, kasar, ngrajuk yang sangat sama orangtua, mengira saya dan suami keras/galak terhadap anak.

Saya justru tidak setuju dengan orangtua yang memperlakukan anak bak seorang raja. Semua boleh, semua disediakan, semua dilayani, semua tidak dilarang, semua serba untuk mereka. No way!!

Anak berhak untuk ditegur jika salah, anak berhak dilarang, anak berhak permintaannya ditolak, dan masih banyak lagi hak anak untuk kita bilang TIDAK pada mereka. Ya, mereka berhak untuk kita arahkan agar mereka menjadi pribadi yang baik. Sikap permissive kita justru akan menjerumuskan anak sehingga menjadi anak yang egois, tidak tahu prioritas, mau menang sendiri.

Namun, anak juga berhak mendapat perlakuan yang santun, tutur kata yang bagus, sopan, tidak kasar, alasan yang jelas dan masuk akal mereka, dan yang paling penting adalah contoh baik dari orang dewasa di sekitarnya terutama orangtuanya.

Jadi gimana donk? Kita harus FIRM!!!!!!!! Itu kuncinya. TEGAS namun santun dan manis. Kalau memang sesuatu tidak bagus bagi anak, maka kita harus konsisten untuk melarangnya. Kalau sesuatu bagus untuk anak, kita harus konsisten memberi contoh dan mengajak anak untuk melakukannya. Yang mengendalikan rumah kita adalah kita orangtua, bukan anak-anak kita.

So, anak bukanlah RAJA, namun kita tidak perlu GALAK sama anak.

Tidak ada komentar: