Saya pernah menulis opini tentang mengapa korupsi semakin merajalela dan sulit diberantas di suatu media. Bisa ditebak? Tidak dimuat! He he he memang tulisan saya tidak lagi diminati media cetak seperti saat saya kecil dulu. Kenapa ya? Mungkin kalau anak kecil punya pendapat berbeda dianggap inovatif. Eee sudah tua kok nggak mau ikut arus? Ya nggak laku! Padahal katanya sudah era reformasi? Ternyata reformasi itu hanya berlaku untuk yang banyak temannya.
Nggak papa.
Ok, saya akan tulis lagi pendapat saya tentang sulitnya korupsi diberantas, dan saya masukkan blok saya. Siapa yang mau ngelarang hayo! Pasti dimuat donk!
Menurut saya, korupsi akan sulit diberantas selama masyarakat menyukainya. Ngawur! Lho, masa sih saya ngawur? Kan menurut saya. Kalau memang masyarakat tidak menyukainya, pasti akan ada sanksi sosial yang berat jika ada orang yang korupsi meski dia bagi-bagi kepada orang lain dan tidak ketahuan atau ditangkap. Kadang saya pikir, orang akan teriak berantas korupsi kalau dia dan / atau keluarganya tidak kebagian atau tidak mendapat kesempatan untuk melakukan korupsi.
Ngawur lagi? Ya nggak to. Wong orang atau kelompok orang yang mengaku berbasis agama aja setelah mendapat kesempatan mereka juga korupsi. Kok saya berani ngomong gitu? Lha saya hanya melihat tindakan mereka dan mendengar dari mulut mereka sendiri. Memang saya tidak pernah mendokumentasikan karena saya tidak ada maksud mendiskreditkan seseorang. Yang menyedihkan, untuk mendasari perbuatan mereka itu tidak sungkan-sungkan menggunakan ayat Allah. Naudzubillah mindzalik.
Ada lagi fenomena yang tidak kalah menyeramkan. Orangtua terutama Ibu yang semestinya menjadi saringan paling bagus agar anaknya selalu “fitrah” sudah jarang berfungsi dengan baik. Iya, seorang ibu saat sekarang ini akan bangga dan tidak banyak bertanya jika anaknya kaya, banyak melimpahinya dengan harta, fasilitas, dsb. Akan tetapi seorang ibu akan menanyakan “mengapa” jika anaknya masih miskin saja sementara teman-temannya sudah berlimpah harta.
Kadang memang kesannya orang tidak korupsi, akan tetapi dia akan memberikan kesempatan kepada keluarga, teman, golongan, untuk “proyek” yang ada di lingkungan kerjanya. Yah, itu korupsi juga Bu, Pak.
So, kapan korupsi mudah diberantas? Kalau masyarakat sudah tidak suka dan sanksi masyarakat akan efektif kedapa orang yang melakukan korupsi dalam bentuk apapun. Kalau kita sudah mendidik anak-anak kita untuk malu berbuat jelek, malu mengambil yang bukan hak kita, malu untuk tidak jujur, dll. Ya, kita masing-masing memperbaiki diri maka masyarakat akan menjadi baik karena komponennya sudah baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar