Halaman

Rabu, 09 Januari 2008

PENDIDIKAN MASYARAKAT, SUDAHKAH??

Suatu hari saat sedang menyusui bayi saya sambil nonton televisi, saya berurai airmata. Mengapa? Cengeng? He he mungkin. Tapi saya sungguh merasa tersayat melihat tayangan itu.

Ada seorang ibu yang sedih karena susu anaknya (susu kental manis!!) habis dan dia tidak punya uang untuk membelinya. Anaknya belum lagi 2 tahun, menangis sejadinya karena ingin minum susu.

Sebagian orang mungkin menangis sedih karena ibu itu tidak bisa beli susu. Namun saya menangis karena ibu itu tidak mempunyai pengetahuan. Yah, kebodohan seorang ibu yang membuat saya prihatin. Bayi itu sungguh telah kehilangan haknya hanya karena kebodohan ibunya.

Seharusnya anak usia sampai 2 tahun tidak minum susu sapi, apalagi susu kental manis yang kadar gulanya sangat tinggi. Seharusnya ibu itu tidak perlu membeli susu. Cukup makan makanan bergizi (tidak harus mahal), agar ASInya mencukupi kebutuhan anaknya.

Setiap hari pasti ibu itu makan apakah dia menyusui atau tidak. Hanya, saat menyusui (seharusnya tiap saat) harus makanan yang bergizi. Nasi, sayur (bisa tidak perlu beli, tanam sendiri di kaleng bekas sebagai potnya!), tempe atau tahu Rp 2000,- juga sudah cukup untuk sehari penuh! Jangan biasakan jajan, membeli makanan mateng, karena disamping tidak sehat juga mahal. Dengan niat dan keyakinan akan rejeki Allah maka ASI akan banyak dan bermutu. Untuk yang mampu tentu tidak ada masalah mengkonsumsi makanan bergizi. Jangan junk food hanya karena ngetrend, keren, mahal.

Saya sangat sedih karena pendidikan (terutama dari televisi) seolah susu sapi sangat hebat, iklannya begitu gencar dan heboh. Bahkan, ibu-ibu yang berpendidikan (akademis) tinggi pun terpengaruh akan hebatnya susu yang diiklankan. Mereka merasa sudah sangat hebat jika memberi anaknya susu terkenal yang harganya selangit. Seolah dengan susu itu anaknya akan menjadi "super". Dan, "bodohnya" mereka justru mengurangi atau bahkan menghentikan pemberian ASInya setelah memberi susu sapi merk terkenal tadi kepada bayinya. Kasihan bayi itu mempunyai ibu yang sekolahnya tinggi tetapi masih "belum pandai".

Iklan ASI sangat terbatas, tidak menarik, dan kurang informatif. Artis-artis, yang sekarang menjadi kiblat masyarakat (entah apa kapasitasnya???) mengatakan ASI ekslusif 6 bulan, habis itu mereka diet agar badan kembali langsing karena sudah "lulus" pemberian ASInya.

Lho!! ASI eksklusif 6 bulan betul, tapi setelah itu tetap ASI bu!! Hanya ditambah makanan PENDAMPING ASI. Namanya juga cuma pendamping, bukan utama. Dan sama sekali bukan ditambah susu formula apalagi DIGANTI susu formula, setelah waktu pemberian ASI eksklusif lewat.

Memang perlu pendidikan kepada masyarakat mengenai hal ini secara intensif. Mengenai teknisnya akan saya bahas di tulisan saya berikutnya. Pendidikan untuk masyarakat!

Tidak ada komentar: