bersedia dipindahtugaskan ke kawasan lain
yang jauh dan tempat tinggalnya.
DI JEPANG, jika seorang wanita pekerja menikah lalu melahirkan, biasanya, mereka berhenti bekerja agar dapat meluangkan seluruh waktunya untuk mengurus rumah tangga. Mereka melakukan itu agar suami mereka dapat memfokuskan perhatiannya tanpa memikirkan urusan rumah tangga. Dalam masyarakat Jepang, golongan laki-laki dan wanita memiliki tugas tertentu. Pengaturan peranan antara laki-laki dan wanita membentuk budaya kerja yang disebut Tanshin-funin.
Tanshin berarti “seseorang”, dan funin berarti “ditukar”. Dalam pengertian lebih luas, Tanshin-funin berarti seorang pekerja bersedia dipindahtugaskan ke kawasan lain yang jauh dari tempat tinggalnya. Biasanya, berita pemindahtugasan dipatuhi tanpa bantahan, meskipun orang itu terpaksa berpisah dengan keluarga, istri, dan anak-anaknya. Bagi orang Jepang, kerja lebih utama daripada keluarga. Istri dan keluarganya juga memberi dukungan penuh kepadanya agar ia dapat mengabdi kepada perusahaan dan organisasi tempatnya bekerja. Ini dianggap sebagai suatu kehormatan dan kemuliaan.
Biasanya, pekerja Jepang yang menerapkan prinsip Tanshin-funin pindah sendirian, tanpa membawa keluarganya, meskipun perpindahan itu sangat jauh sampai beratus-ratus kilometer. Perpindahan itu untuk jangka waktu yang lama. Meskipun perpindahan itu bersifat sementara, sebenarnya tidak mudah bagi seseorang untuk berpisah dari istri dan anggota keluarga lainnya. Akan tetapi, orang Jepang tidak keberatan melakukannya bila hal itu membawa kebaikan dan manfaat untuk perusahaannya. Di tempat kerja baru, mereka tinggal bersama rekan kerja di asrama yang disediakan pemilik perusahaan. Mereka tidak membawa keluarga karena biaya hidup sangat tinggi. ltulah alasan utama mereka. Jadi, jika pindah seorang diri, maka dapat mengurangi pengeluaran dan menghindari pemborosan.
Dengan cara seperti itu, pekerja dapat memberikan seluruh perhatian dan komitmennya pada pekerjaan tanpa gangguan yang berkaitan dengan keluarga dan kehidupan pribadi. Secara tidak langsung dapat mendorong peningkatan prestasi dan produktivitas pekerja. Tanpa disiplin tinggi, prinsip tersebut tidak dapat dilaksanakan dalam budaya kerja dan organisasi bangsa Jepang. Keputusan meninggalkan keluarga dan tinggal seorang diri bukan suatu keputusan mudah. Apalagi seseorang terpaksa mengurus makanan dan minumannya secara mandiri. Hanya orang yang memiliki jiwa kuat yang dapat melakukannya.
Jika dibandingkan pekerja yang telah berkeluarga, pekerja yang masih bujangan mungkin tidak menghadapi banyak masalah. Pekerja yang berkeluarga harus menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka. Oleh karena itulah, pekerja yang terlibat dalam Tanshin funin harus mampu hidup dalam kesunyian dan memendam rindu kepada keluarga. Untuk mengatasi hal itu, mereka menghabiskan waktu di tempat kerja sampai malam. Dengan memusatkan perhatian pada pekerjaan, mereka dapat mengalihkan pikiran dan keluarga. Pada waktu yang sama dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja mereka.
Pekerja Jepang bekerja lima hari dalam seminggu. Hari libur pada akhir minggu digunakan untuk pulang menemui keluarga. Bagi pekerja yang tinggal di tempat yang jauh, biasanya mereka pulang satu kali dalam dua minggu. Dengan Sistem transportasi canggih dan cepat, para pekerja itu tidak menghadapi masalah saat pulang menemui keluarga masing-masing. Di Jepang, pekerja bolak-balik dari rumah ke tempat kerja merupakan hal biasa meskipun terkadang perjalanan berjarak ratusan kilometer.
Orang Jepang lebih suka menggunakan angkutan umum daripada kendaraan pribadi. Saat berada di dalam bus ataupun kereta api, orang Jepang menggunakab waktu luang itu untuk membaca. Orang Jepang tidak suka menghabis waktu begitu saja. Mereka sangat menghangai waktu dan menggunaka setiap detik dengan hal yang bermanfaat. Hal itu berbeda dengan para pekerja di Indonesia yang lebih suka membuang waktu, mencuri waktu, dan melewati waktu dengan sia sia tanpa aktivitas yang bermanfaat.
Satu lagi keistimewaan bangsa Jepang adalah mereka berjalan dengan cepat. Meskipun berjalan cepat sering dikaitkan dengan pengaruh cuaca yang dingin, pada hakikatnya, hal itu memberikan gambaran bahwa waktu sangat penting bagi bangsa Jepang. Jika pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu satu hari, maka mereka tidak akan menghabiskan waktu lebih dari itu. Bangsa Jepang menepati waktu dan tidak suka menunda-nunda pekerjaan. Mereka akan terus bekerja sampai pekerjaan selesai. Semua itu dilakukan dengan cepat. Bergerak dan bekerja cepat sudah menjadi rutinitas dan karakter masyarakat Jepang.
Untuk menyukseskan prinsip Tanshin-funin di kalangan pekerja Malaysia, bukan hal yang mudah. Selain memerlukan disiplin tinggi, prinsip tersebut juga menuntut pengorbanan yang tidak sedikit, baik dan pekerja maupun keluarganya. Hal seperti itu juga terjadi di Malaysia. Di Malaysia, para pekerja akan lebih memilih untuk kehilangan pekerjaan daripada berpisah dari keluarga dan kampung halaman. Untuk menyukseskan prinsip tersebut, perlu kerja sama antara pekerja dan keluarganya. Jika tidak, maka usaha untuk memindah tugaskan pekerja ke kawasan lain akan menemui kegagalan. Tidak semua pekerja bersedia dipindahtugaskan, apalagi harus berpisah dengan anak-anak dan istri yang disayangi. Hal yang lebih menyulitkan adalah jika pemindahtugasan itu dianggap sebagai proses penurunan pangkat ataupun usaha untuk menyingkirkan orang tersebut dan perusahaan.
Bagi bangsa Jepang, prinsip Tanshin-funin merupakan prinsip yang positif. Untuk memastikan keberhasilan suatu perusahaan, perdagangan, atau organisasi lainnya, prinsip tersebut tidak dapat dihindari. Agama Islam juga menyarankan umatnya untuk berhijrah. Hijrah merupakan proses yang melahirkan golongan usahawan yang sukses. Orang Cina membuktikan hal itu, yakni dengan berhijrah ke Asia Tenggara. Orang Melayu yang berhijrah dan berusaha di negara orang juga mendapatkan prestasi dan keberhasilan yang dapat dibanggakan. Hijrah menjadi suatu faktor yang penting dalam kemajuan dan keberhasilan perekonomian kebanyakan bangsa di dunia.
Meskipun hijrah dan prinsip Tunshin-funin merupakan dua hal yang berbeda, keduanya memiliki pengertian yang mirip, yaitu seseorang harus berani keluar dari suatu lingkungan untuk berhasil. Setiap keberhasilan memerlukan pengorbanan. Keberhasilan sering menuntut pengorbanan, misalnya perpisahan dengan kampung halaman dan juga orang-orang tersayang. Meskipun perpisahan itu tidak untuk selamanya, tetapi hal itu dapat melatih seseorang menjadi kuat dan tegar. Yang lebih utama dari hal ini adalah manifestasi pada disiplin dan semangat yang tinggi. Ciri-ciri itulah yang akan membedakan antara yang berhasil dan yang gagal.
[Fakta Menarik]
Prinsip Tanshin-funin memerlukan:
• Disiplin tinggi
• Pengorbanan besar
• Kerja sama dan pemahaman yang sama antara pekerja dan keluarganya
___
Pekerja Jepang yang menerapkan prinsip Tanshin-funin
pindah tanpa membawa keluarga
____
Untuk mengatasi masalah jauh dari keluarga,
mereka menghabiskan waktu di tempat kerja sampai malam.
____
Orang Jepang menepati waktu
dan tidak suka menunda-nunda pekerjaan
____
Hijrah menjadi faktor penting dalam kemajuan
dan keberhasilan perekonomian kebanyakan
bangsa di dunia
____
[bersambung. .]
Air minum COLDA - Higienis n Fresh !
ERDBEBEN Alarm
SONETA INDONESIA
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar