Halaman

Minggu, 27 Januari 2008

Kebiasaan Makan Balita Mencontoh Orangtua

Seringkali saya mendengar keluhan orangtua (ibu) tentang bagaimana anaknya susah makan sayur, atau sukanya mi instan, suka jajan, suka permen, dll makanan tidak sehat. Sementara mereka sendiri sering makan sesuai keinginan tanpa memperhatikan apakah makanan tersebut sehat atau tidak, baik atau tidak untuk anak.

Sebenarnya, anak-anak dapat dibiasakan mengonsumsi makanan sehat bila mereka melihat orang tuanya melakukan hal yang sama setiap hari. Jadi, cara terbaik untuk mendorong anak-anak mempunyai kebiasaan makan sehat adalah dengan memberi contoh pada mereka. Jika orangtua membiasakan makan sehat, anak-anak akan mengikuti kebiasaan orangtua tersebut.

Makan bersama juga akan menjadi ajang pembelajaran jika kita pandai memanfaatkan moment. Ceritakan tentang pola makan saat sedang makan bersama. Makan terlalu banyak juga tidak baik, jadi beri contoh bagaimana anda menahan untuk tidak terlalu banyak makan meskipun masih sangat ingin. "Mama sukaa sekali makanan ini tetapi sudah cukup, jadi Mama harus berhenti. Lain kali saja Mama makan lagi."

Namun, jangan perlihatkan keengganan anda mengkonsumsi makanan tertentu karena sedang diet. Bukannya bernafsu makan, jangan-jangan anak-anak juga menghindari nasi hanya karena ibunya puasa nasi pada saat diet. Oleh karena itu, cobalah melakukan pendekatan positif jika menyangkut makanan. Anda bisa jujur kepada anak bahwa mengingat usia, kesehatan, dll anda harus mengurangi makanan tertentu. Namun, anak-anak sangat memerlukan makanan tersebut untuk tumbuh kembang mereka. Jadi mereka akan memperoleh manfaat yang sangat bagus jika mengkonsumsi makanan itu dalam porsi yang cukup.

Jangan memaksa anak menghabiskan isi piring mereka. Dengan melakukannya, anak-anak akan mengesampingkan perasaan kenyang. Namun, ajarkan anak untuk mengambil sendiri makanannya sesuai kebutuhan dan sanggup mereka habiskan. Ini juga akan mendidik anak untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusannya.

Jangan menyuap atau menghadiahkan anak dengan makanan. Hindari menggunakan makanan penutup sebagai hadiah untuk memakan makanan utama. Jangan gunakan makanan untuk menunjukkan perasaan sayang. Apabila kita mau menunjukkan rasa sayang, peluk atau pujilah mereka.

Biarkan mereka terlibat dalam perencanaan menu, entah itu untuk bekal makanan mereka di sekolah, atau untuk makan malam. Diskusikan bagaimana caranya membuat pilihan dan merencanakan makanan yang seimbang. Bila perlu, ajak ia membantu berbelanja dan memasak. Dengan melibatkan anak, Anda telah menyiapkan mereka untuk belajar mengambil keputusan yang baik tentang makanan pilihan mereka.

Saat di toko, ajari anak untuk melihat label makanan dan uraikan nilai-nilai gizi yang terkandung di dalamnya, tanggal kadaluwarsa, bahan pembentuk makanan, dll.

Saat di dapur, pilihkan tugas yang sesuai dengan umur mereka dan mengapa mereka tidak boleh melakukan tugas tertentu. Menggunakan pisau, misalnya, hanya bisa dilakukan anak usia tertentu. Ajak anak memasak sambil belajar sesuai umur dan tingkat pengetahuan mereka. Ceritakan cara memasak makanan tersebut termasuk mengapa itu dilakukan. Misalnya memasak sayur tidak boleh terlalu lama, mengapa? Sayur tertentu malah bisa langsung dimakan setelah dicuci bersih, mengapa? Tidak boleh memasak dengan menambahkan MSG, mengapa? Dsb....dsb....

Saat makan, jangan lupa memuji si koki cilik. Ceritakan di depan semua yang ikut makan bahwa "berlian" anda ikut atau malah berperan sangat penting dalam memasak tadi. Bahkan makanan itu mungkin tidak akan tersaji di meja makan tanpa peran serta dia. Bisa juga mintalah anak anda untuk menjelaskan dimana belanja bahan, bagaimana cara memasak, dan apa manfaat makanan yang sedang dimakan bersama.

Lihat, bagaimana bangganya "berlian" kita dan semangatnya untuk membantu kita memasak di lain waktu. Demikian juga untuk melakukan pekerjaan lain cara ini akan berguna.

Tidak ada komentar: