Halaman

Rabu, 17 September 2008

ZAKAT.......PART # 2

Hm.....aku janji nerusin ceritaku tentang zakat, kan?

Pacarku tercinta yang lumayan ngerti Bahasa Arab, pernah ngasih tahu aku apa artinya zakat. Tapi......aku lupa!! He he he.....mbuhlah apa artinya. Aku sih cuma menganalisa aja secara logika manusia, dengan nurani, mestinya sih Allah memerintahkan zakat dengan maksud tertentu. Karena zakat ini masalah harta, mestinya maksud dan tujuannya berkaitan dengan "ekonomi" umat.

Zakat Fitrah

Kalau zakat fitrah yang memang harus dikeluarkan setiap tahun menjelang Hari Raya Iedul Fitri ini, semestinya memang untuk konsumtif. Biar semua lapisan masyarakat bisa ikut merayakan Hari Raya, tidak lagi memikirkan akan makan apa di hari itu.

So, it's OK kalau zakat fitrah memang dibagi rata ke semua yang berhak menerimanya. Dan....mereka dipersilahkan membelanjakan untuk keperluan pokok di Hari Raya. Jangan juga dipakai untuk foya-foya, secukupnya ajalah. Kalau memang bisa berhemat, kenapa harus dihabiskan untuk sekarang? Muzzakinya aja juga berhemat, masa mustahiqnya malah berlebihan? Malu ah!

Zakat Maal

Lhaaa.....ini yang seringkali menurutku kurang tepat sasaran. Idiiih...... sok amat ya Dewi ini? Sok tahu.....gitu! Ha ha ha.......sorry, namanya juga analisa pribadi dengan sedikit pengetahuan agama dan ilmu ekonomi. Eeee....tapi coba aja deh dicermati ceritaku ini, analisaku ini, siapa tahu menginspirasi Anda sekalian untuk "berbuat". Ceileee........top dah!

Menurutku sih, yang namanya zakat maal itu tujuannya mengentaskan seorang mustahiq dari kemiskinan. So, jika seseorang di tahun ini menjadi mustahiq, maka diharapkan dengan diberikannya zakat maal ke mereka di tahun ini, maka tahun depan mereka sudah bisa menjadi muzzaki. Jadi, pemberian zakat maal ini bermanfaat secara langsung bagi kehidupannya.

Lho....carane? Nhaa.....ini gunanya zakat "ilmu". He he he .....nggak ada ya? Ya shodaqoh ilmu deh. Yang punya ilmu mbok ya dibagikan juga ke para mustahiq yang akan menerima zakat maal ini. Mustahiqnya juga jangan males belajar, jangan manja, jangan mengeksploitasi diri dan kemiskinannya. Allah doesn't like that! Bener nggak? Maksude, Allah nggak suka sama orang yang seperti itu. Eh....itu tadi "cara Inggris".

So, sebelumnya sudah ada training kepada para mustahiq. Bagi yang diperkirakan sudah siap, sudah OK lah, ini yang mendapatkan prioritas mendapat bagian zakat maal duluan. Dengan zakat maal ini dia harus mengusahakan, diberdayakan, agar ini bisa mengangkat kehidupannya sehingga tahun depan dia bukan lagi mustahiq tetapi sudah menjadi muzzaki. Kasih target, bimbingan, penguatan, dan pengawasan. Eh....evaluasi juga kalau ada yang nggak bisa mencapai target. Mesti ada "reward n punishement" nya juga atas keberhasilan ataupun kegagalan mereka. OK nggak??

Makanya, zakat maal ya nggak perlu dibagi krucil krucil yang akhirnya habis untuk konsumtif. Juga bukan dibagi ke perorangan; bapaknya dapet, ibunya minta, anak-anaknya ngantri juga, tapi.......semua lari ke konsumtif! Nggak Islam banget deh!

Zakat maal itu untuk tujuan produktif, untuk memberdayakan mustahiq agar menjadi muzzaki. Gitu lho. Makanya untuk menerima zakat maal ini sih sebaiknya melalui "seleksi" atas kesiapan mereka untuk amanah menerima zakat maal. Lho......jangan dikira amanah hanya ada di pundak muzzaki atau amil. Mustahiq juga mesti, harus, kudu, amanah atas zakat maal yang diterimanya to!

He he he......masuk akal kan ya, ideku ini?

Naah......ini juga masih to be continued ya.......tentang apa saja yang seharusnya ditunaikan zakatnya. He he he ........lagi-lagi ini menurut "pandangan" ku, analisaku, logikaku, seorang Dewi yang sakjane masih "minim" ilmu agamanya. Lha yang sudah pinter......monggo to dipun kritisi kanthi sae lan wicaksono.

Tidak ada komentar: