Oleh : Dr. HANDRAWAN NADESUL
--------------------------------------------------------------------------------
BENAR. Pola tidur anak berubah selama menjalani puasa. Selain itu, lama tidur anak pun cenderung berkurang. Padahal kebutuhan tidur anak lebih besar dibanding orang dewasa. Sebaiknya kecukupan tidur anak jangan sampai berkurang selama berpuasa agar tidak mengganggu pertumbuhannya. Saat tidur lelap, pertumbuhannya berkembang secara laju karena adanya hormon pertumbuhan (human-Growth Hormone, h-GH). Kekurangan tidur sedikit banyak mengurangi laju pengeluaran hormon itu.
Berpuasa berarti memindahkan jadwal makan dan jam tidur juga. Anak harus bangun lebih awal. Kekurangan tidur selagi dinihari tentu tidak selalu dapat dilunasi dengan menambah jam tidur siang harinya. Mengapa?
Kita tahu sepanjang masa tidur malam, ada dua fase berlangsung. Fase REM (rapid eye movement) dan fase NREM (non-rapid eye movement). Tidur yang sehat itu menempuh empat-lima kali fase REM. Jika fase REM tidak berlangsung, maka kualitas tidur menjadi tidak sehat. Orang merasa tidak cukup tidur, kendati masa tidurnya sudah terpenuhi.
Kebutuhan akan tercukupinya tidur fase REM menentukan kualitas tidur. Hal yang sama terjadi jika harus bangun untuk sahur. Namun tentu tidak selalu terjadi saat bangun sahur tepat pada saat fase REM sedang berlangsung. Oleh karena jadwal bangun, dan jadwal tidur berubah, maka pola tidur perlu ditata ulang agar tidak sampai kualitas tidur berkurang. Bukan lamanya tidur benar yang perlu diperhatikan, melainkan apakah fase REM terpenuhi sepanjang tidur itulah. Selama fase tidur REM orang merasakan tidurnya lelap. Pada fase ini mimpi lazimnya hadir.
Oleh karena sehabis sahur dianjurkan kembali tidur, paling tidak menambah kuantitas tidur. Ekstra tidur siang sungguh dibutuhkan. Anak sekolah dasar sekurang-kurangnya masih membutuhkan 8-10 jam tidur setiap harinya.
Upayakan tidur malam dipercepat bila biasanya pukul sepuluh, ajukan menjadi jam sembilan. Jika harus bangun sebelum pukul empat dini hari, dan bisa tidur satu-dua jam lagi sebelum siap bersekolah, maka kecukupan tidur anak harus dibayar sedikitnya dua jam waktu siang harinya. Tidur yang sehat itu selain cukup lama tidurnya, harus lelap pula. Maka suasana tidur siang harus diciptakan agar tidak mengganggu selama masa tidurnya. Untuk itu perlu dibangun suasana tenang, jauhkan dari suara gaduh, dan ciptakan kondisi nyaman (hawa ruangan), dan tempat tidur yang bersih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar