Halaman

Senin, 15 September 2008

ASI, SEHAT, CERDAS,.......HAA.......POLYGAMI????

Sejak tahun 1992 aku kampanye ASI.........seorang diri!!! Ha ha ha.....sedih amat sih? Iya, memang seorang diri. Saat itu langkah yang aku tempuh dengan HANYA memberi ASI sampai 6 bulan banyak dicibir orang. Lha iyalah!! Dokter aja tahunya saat itu ASI eksklusif tuh hanya sampai 4 bulan. Kok berani-beraninya aku sampai 6 bulan.....lebih (hampir 7 bulan)? Ya karena aku merasa (nuraniku bicara) ASIku yang begitu suburnya itu untuk aku berikan sampai 7 bulan tanpa asupan lain masuk tubuh dempal berlianku. Aku sangat yakin akan "ajaibnya" cairan ciptaan Allah yang memang "khusus" diciptakan hanya untuk berlianku seorang.

Bayiku yang lahirnya hanya 2,3 kg dan panjang 47 cm, hanya dengan ASI dariku, beratnya 7,5 kg di umur 3 bulan!! Lha sayang to kalau 4 bulan sudah aku tambahi zat lain untuk "meramaikan" badan kerennya itu? Belum lagi betapa pesatnya kemampuan bayiku itu, baik motorik maupun kemampuan lainnya. Dia juga bisa dibilang nggak pernah sakit.

So, aku terusin sampai nyaris usia 7 bulan. Sesudah 7 bulan, aku mulai kenalkan dia dengan makanan tambahan pendamping ASI. Tapi namanya juga "pendamping ASI", ya yang utama tetep ASI......sampai usianya 2 tahun. Aku sama sekali tidak memberikan susu atau minuman lain selain ASIku sampai bayiku umur 2 tahun.

Waaah.....banyak banget perlawanan jika aku mengkampanyekan ASI, menganjurkan orang lain untuk memberi ASI pada bayi mereka, wah.......pokoke berat!!! Tapi aku tetep berkampanye sendirian, selalu memberi ASI untuk semua anak-anakku sampai 2 tahun, tapi tetep santun menyampaikannya. Aku tidak pernah sekalipun menyombongkan diri dan buah hatiku. Hei.....banyak faktor yang mempengaruhi "tumbuh kembang" seorang anak, bukan? Bukan hanya ASI saja. Jadi, ya bayi ASI belum tentu juga "lebih hebat" dari bayi non ASI. Lagian, Allah menilai proses kan??

Kenapa aku "nekat" seperti itu, sementara dokter saja tidak ada yang mendukungku? Karena aku melihat Allah memerintahkan; "Susukanlah anakmu hingga 2 tahun." Ya, hanya itulah dasarku untuk melakukan itu. Padahal, para ustadzah, penceramah agama, atau guru ngaji pun nggak ada yang menganjurkan hal itu. Ya sudah, mau masuk dari segi medis aku dimentahkan karena aku bukan dokter, dari segi agamapun aku bukanlah seorang ustadzah ...... apalagi terkenal. Entahlah, mungkin ada ilmu lain yang aku nggak nyampai.....nggak sehebat mereka.

Naaah....sekarang........orang sudah banyak yang tahu dan melakukan tentang penyusuan dengan ASI ini. Tapi kayaknya sih bukan karena aku ya? Sudah banyak dokter yang merekomendasikan. Tapi sayangnya.....mereka bilang ilmunya dari negara maju. Padahal ada di Qur'an.

Namun..........mereka (para pro ASI) seringkali "tidak santun", sok paling bener, sok paling pinter, waduuuh......keblinger deh. Mentang-mentang mereka merasa mendapat ilmunya dari seorang dokter kenamaan, atau hasil "ngelmu" dari rumah sakit terkenal. Belum lagi yang lalu menyombongkan (kadang nggak masuk akal) gara-gara ASI anaknya tuh "ajaib", super duper hebat, dll. He he he......itu juga kalau yang diomongin bener ya? Seringkali orang "lebay" juga sih.

Lhaaa.....menurutku ini juga salah! Dikasih ASI atau tidak, nggak berarti hasilnya "mencolok" gitu!! Hm.....kok sukanya mendramatisir gitu sih??? Lagian, bayi ASI dan bayi lain yang non ASI atau bayi lain lagi yang campuran, jelas nggak mungkin dibandingkan secara langsung. Kan banyak faktor lain juga yang mempengaruhi. Ada pola asuh, lingkungan, dll.

Kalau bisa sih ya bayi yang sama, pasti lebih baik jika dia pakai ASI sesuai anjuran Allah! Jadi, jika ada bayi yang ASI full tapi masih sakit-sakitan, tidak menonjol kemampuannya, maka jika dia non ASI, pasti lebih parah lagi keadaannya. Atau dia punya kemampuan yang kita orang dewasa belum bisa mendeteksinya.

Sebaliknya, jika ada bayi non ASI sehat, pinter, kalau ASI pasti lebih bagus lagi. Jangan juga berlebihan...... gitu! Kalau Allah ngendika 2 tahun, ya 2 tahun aja!! Nggak usah nambah-nambahi atau ngurangi. Jadi ciptaan itu mbok ya nurut aja sama penciptanya, ikuti saja "manual" nya. Nggak usah sok pinter deh. Juga nggak usah "menggurui" orang lain, merendahkan orang lain, apalagi mencemooh orang lain.

Terus, masalah penyusuan. Pernah dengar ada yang mengatakan Rasulullah disusui bukan oleh ibunya, dianggap ini nyunah. Lha apa iya sih? Bukannya sejak sebelum Nabi lahir, hal itu sudah biasa terjadi di Arab? Itu berarti bukan ajaran Islam kan? Tapi memang adat kebiasaan di sana turun temurun. Malahan begitu turun Islam, diatur yang namanya Ibu susu, saudara sepersusuan, dsb. Waduuuuh.....mbok ya lihat-lihat, pilah-pilah, mana yang memang ajaran atau contoh dari Rasulullah atau adat turun-temurun di Arab. Jangan di "gebyah uyah" deh!

Lagi, menurutku, aku yakin sekali, ASI itu memang diciptakan khusus untuk bayi yang dilahirkan seorang ibu dengan takaran yang sudah PAS. Yakin aja kenapa sih? Nggak ada ceritanya Allah itu dzalim, ada bayi yang diberi ASI cukup, ada bayi yang diberi ASI berlebih, lalu ada bayi yang diberi ASI kurang?? I don't think so. Semua bayi pastinya diberi sesuai kebutuhannya masing-masing, nggak lebih nggak kurang!! Kita orangtua hanya harus mengikuti sunatullahnya, nyiapin sarana agar bisa terjadinya dengan makan sehat, cukup, tidak stress, yakin, diberikan ke bayi setiap diperlukan, dll yang mendukung produksi ASI tersebut.

Lha kok ada juga aku dengar pendapat berkaitan dengan ASI, bahwa untuk menyiasati kecukupan ASI bagi bayi, salah satunya adalah dengan "polygami". Jadi bisa saling menyusui anak madunya. Walah.....walah........ketemu pirang perkoro to iki??? Kok propaganda polygami ikut pula "mengotori" niat baik memberikan ASI?? Nggak logis blass!!! Apalagi ilmiah.........jauh! Dari Hongkong? Ha ha ha.....niru istilah dari anakku. Maksudnya sih katanya nggak masuk akal.

Berarti berprasangka buruk sama Allah donk, bahwa ada bayi yang diberi ASI kurang, cukup, atau berlebih hingga bisa dibagi. Lagian, siapa yang bisa memastikan jika mereka (para istri yang menjalani polygami) bakalan bareng punya bayinya sehingga bisa saling berbagi ASI untuk bayi mereka? Kalaupun bareng, siapa yang menjamin ASI mereka ada yang berlebih hingga bisa berbagi? Lha kan katanya nggak yakin kalau semua bayi "dijatah" ASI yang cukup oleh Allah sehingga jika mereka mau dimadu agar bisa saling berbagi ASI untuk bayinya? Piye to iki???

He he he.......ternyata "mentah" ya propaganda polygami via ASI? Wis to, kalau mau polygami ya lakukan aja, nggak usah alesan macam-macam, nggak usah berdalil segala seolah tindakannya bla.....bla....bla.....

So, pemberian ASI itu hukumnya "wajib". ASI tidak lantas membuat anak kita "ajaib", karena sebenarnya semua anak itu sudah "ajaib" dari sononya. Kita orang dewasa di sekitarnyalah yang justru mengurangi atau menghilangkan keajaiban mereka. Lha masalah polygami ya nggak ada hubungan apa-apa sama pemberian ASI. Ra nyambung blass!

Tidak ada komentar: