Halaman

Jumat, 11 Juli 2008

ANAK TAHU "LEWAT ORANG DALAM" ???

Suatu pagi saat berlian sulungku sedang mandi, ada seorang anak sebayanya yang datang mencari. Hm..... dia sebenarnya bukan teman sekolah, juga tidak pernah terlihat main bersama anakku ini sejak dulu. Secara, anakku memang bisa dibilang nggak suka main keluar rumah. Ya, mereka sepertinya merasa "cukup" dengan adik kakaknya di rumah. Cukup asyik!!!!! Ha ha ha....................

Anak itu baru mau masuk SMA, sedang anakku seudah kelas 2 SMA. He he he.... tapi umur mereka memang hanya selisih beberapa bulan. O..... ternyata anak itu barusan diterima di sekolah tempat anakku belajar. Naaa....... berlianku tuh memang aktif, dia adalah salah satu panitia penerimaan murid baru. Makanya anak itu akhir-akhir ini sering datang ke rumah mencarinya.

Kasihan juga tu anak nunggu lama. Lha kebetulan Princess cantik pengen main bayangan di luar, aku ajak anak itu ngobrol.

"Ada apa Mas, kok sering cari Mas Hafizh?'
"Iya Tante mau tanya-tanya."
"Seneng nggak diterima di sekolah itu? Atau "terpaksa" karena ditolak di tempat lain?"
"Seneng banget Tante, malah kemarin sempat deg-degan takut diterima yang pilihan pertama. Padahal saya lebih suka yang ini, tapi salah naruh pilihan."
"Ya sudah, karena pilihan terkabul, mesti disyukuri. Belajar yang bener. Rencana nanti kalau ke sekolah naik apa?"
"Iya. Mungkin awal diantar Papa, tapi nantinya............naik motor kali."
"Hmm......memang sudah punya SIM? Umurnya berapa, masa sih lebih tua dari Mas Hafizh? Kayaknya nggak deh."
"He he he......belum punya SIM sih. Limabelas lebih Tante, Hafizh juga belum enambelas kan? Tapi teman saya juga belum enambelas sudah punya SIM A sama SIM C. Kalau ada "orang dalam" bisa kok Tante."
"O...... kalau Mas Hafizh ya nggak boleh naik motor ke sekolah kalau belum punya SIM C. Orang dalam gimana?"

Aku sangat prihatin mendengan jawabannya, tapi aku pura-pura nggak tahu aja. Dia masih anak ABG!! Pasti karena mendengar entah darimana dia mempunyai gagasan seperti itu. Hhhhhhh...........kalau anak-anak saja sudah seperti tiu, gimana nanti dia dewasanya? Semoga aku bisa bantu meluruskan..........

"Masa Tante nggak tahu maksud saya? Gini Tante, kita cari SIM tapi yang ngurus "orang dalam". Jadi nggak harus sesuai umur juga nggak papa. Apa Mas Hafizh mau ikutan kalau saya nanti cari?"
"Wah.... nggak deh, terima kasih. Mas Hafizh saya suruh ngajuin proposal ke Samsat aja untuk ngurus SIM kolektif. Kan dia aktif di OSIS, jadi bisa koordinir teman-temannya. Yah.....siapa tahu diijinkan mendapat SIM meski umur belum genap 16. Toh tinggal beberapa bulan lagi. Tapi Tante lebih suka itu sepengetahuan Polisi secara resmi. Bukan berbohong atau .............apa tadi.......lewat orang dalam? Itu nggak baik Mas. Saran Tante sih, nanti kamu ikutan Mas Hafiz aja cari SIM secara kolektif."

"Memang bisa gitu Tante? Kolektif itu apa sih?"
"Kolektif itu bersama-sama. Jadi carinya barengan banyak orang yang dikoordinir. Biasanya itu lebih disukai Polisi karena bisa diberi pengarahan dulu secara bersama. Nanti test juga bersama. Eh....pas test prakteknya, diajak keliling lho, konvoi gitu! Asyiiik kan..............."
"Mau....mau.....nanti saya ajak teman-teman saya. Nggak bagus ya kalau lewat orang dalam? Asyiiik.....bisa jalan keliling dikawal polisi...........

Hhhhhhhh.........Alhamdulillah, semoga tidak banyak lagi anak-anak yang "terkontaminasi" oleh kebiasaan buruk yang sepertinya sudah dianggap benar. Sehingga orang dewasa sudah tidak risih mengatakannya di depan anak, dan anak tidak tahu bahwa itu tidak benar.

Semoga aku bisa menularkan "Biasakanlah yang benar dan jangan membenarkan yang biasa."

Tidak ada komentar: