Halaman

Kamis, 23 Oktober 2008

SAVE THE NEXT GENERATION PART # 7

SEKOLAH

Sekolah pertama bagi anak seharusnya IBUnya. Ya, anak akan belajar apapun juga pertama kali sejak dalam kandungan. Oleh karena itu, Ibu hamil selayaknya berperilaku baik agar anak di dalam kandungan juga akan mempelajari hal baik. Tapi...........Bapaknya juga harus berperilaku baik jika ingin anaknya kelak baik. Lho??? Kan anak di kandungan Ibunya? Apa hubungannya dengan perilaku Bapaknya? He he he.......ya so pasti ada banget, Pak.

Setelah lahir, ya tetep Ibu dan Bapaknya harus memberi contoh baik agar anak menjadi baik. Buat suasana rumah adalah suasana yang kondusif bagi anak untuk mempelajari hal baik. Buat anak mendengar ucapan baik, sehingga saat anak mulai berbicara akan mengucapkan kata baik. Buat anak melihat perilaku baik, agar anak melakukan hal baik juga.

Idealnya, saat anak balita diasuh oleh orangtuanya sendiri. Ya, mereka memerlukan pengasuhan secara langsung, mereka memerlukan waktu, tenaga, pikiran, dan treatment kita orangtuanya dalam kondisi terbaik kita. Mereka memerlukan semuanya tidak hanya secara kualitas, namun juga kuantitas. Karena kuantitas akan menentukan kualitas. Kualitas yang bagus hanya didapat atas kuantitas yang banyak, namun kuantitas yang banyak tidak menjamin kualitas yang bagus. Bingung?

Gini lho, anak kecil itu memerlukan banyak waktu, tenaga, dan pikiran prima kita. Bukan hanya sisa-sisa waktu, pikiran, dan tenaga kita setelah kita beraktifitas seharian. "Kan kita cari uang, buat mereka juga lho!" Hm......semoga begitu.

Tapi Ibu, Bapak, jika Anda terlalu sibuk cari uang buat mereka, tentu Anda harus menyediakan dana untuk membayar orang yang setidaknya mendekati "kaliber" Anda berdua dalam mengasuh buah hati tercinta. Jangan "asal" ada yang di rumah.

Walaah....kok ngelantur ya? Aku janji ceritain sekolah kan? He he he maksudnya yang formal nih ya.

Sebaiknya, jika kita "mampu" secara finansial, sampai tingkat SMP, anak kita sekolahkan di swasta saja. Mengapa? Kan kalau negri tuh murah, ya kasih kesempatan orang yang lebih membutuhkan. Aku sering dengar, sekolah negeri favorit (SD) jadi rebutan. Bahkan orang kaya. Malahan banyak yang menggunakan "jalan belakang". Waduuuh......sekolah favorit kok nggak punya jalan depan ya?

Kalau nyekolahin anak di swasta, jangan terlalu ribut dengan biaya. Kenapa? Karena sekolah swasta itu semua hal dibiayai sendiri. Mulai dari sewa gedung, gaji guru, iuran-iuran, fasilitas, dll. Jer basuki mawa bea. Kalau kita meributkan uang yang harus kita bayarkan, ntar sekolah capek mikirin protesnya orangtua, kapan sekolah mikirin ndidik anak kita? Justru kita harus mendukung dengan menyumbangkan ide disertai biayanya. Jangan cuma ide aja, biaya nggak mau. Memang gitu kalau mau anak kita maju, pendidikan maju. Ha ha ha.....Bapak Ibu coba hitung deh, berapa bayar ke sekolah, berapa untung punya anak pinter dan shaleh shalehah?

Trus, sekolahin anak sesuai tujuan kita. Pengen anak baik, ngerti agama, ya sekolahin di sekolah yang menerapkan ajaran agama sebagai dasar kegiatan. Jangan kaget negara dipenuhi koruptor jika nyekolahin anak aja pakai "suap-suapan". Ayo.....dukung pendidikan kita.

Tidak ada komentar: