Halaman

Jumat, 03 Oktober 2008

SAVE THE NEXT GENERATION PART # 2

Hari ini kita nerusin pembahasan yang kemarin ya......... dan untuk referensi pembelajaran kita kali ini adalah........TV lagi. Why? Ya karena memang TV nggak selalu negatif, merusak, atau mesti dimusuhi. Semua itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Mau "ngekor" aja sehingga menjadi rusak oleh tayangan TV, atau mau "belajar" dari tayangan TV even itu tayangan yang "buruk". Ya, tayangan buruk bisa menjadi bermanfaat bagi kita jika kita mau belajar dari kesalahan orang lain. Lha ngapain kita harus salah untuk belajar kan? Kalau bisa belajar dari pengalaman orang lain.

Ok! Infotainment, he he he.......pasti jelek ya? isinya ngomongin orang? Isinya gosip? Isinya ghibah? Isinya sangat tidak mendidik? Waaah.......semua pinter ya... memang! Kalau kita melihat dari sisi itu.

Lha bagaimana kalau kita melihat dari sisi lain? Mengapa harus gitu, Dew? Ya iyalah...... secara, mau kita larang, mau di rumah nggak ada TV, mau kita kasih tontonan alternatif, ya TV kenyataannya tetep ada, infotainment kenyataannya tetep menjadi acara favorit banyak orang, menjadi lahan mencari makannya banyak wartawan, menjadi pembicaraan banyak masyarakat kita. So, better nggak usah dihindari, tapi juga jangan dijadikan kebiasaan. Kalau memang kita melihat, ya disikapi dengan benar aja!

Gini nih, ada berita tentang seorang artis remaja yang tertangkap saat pesta shabu-shabu. Lha itu artis kan katanya sih sedang naik daun........ulat kali ya? Hiii......aku paling geli sama ulat! Brrrrr...........hiii........... Nah, sekarang dia di LP perempuan dan anak-anak Pondok Bambu. Mamanya yang sebenarnya bermukim di Bali akhirnya kost di dekat Rutan Pondok Bambu agar jika anaknya memerlukannya dia sudah ada di dekat situ. Dia korbankan kehidupan pribadinya, bisnisnya, segala macamnya, demi buah hati tercinta!

Hm..........bijak ya? Perhatian ya? Ibu yang baik ya? Sangat rela berkorban demi anak? He he he ......maybe.......maybe kurang bijak, kurang "smart" sebagai orangtua, sebagai ibu. Lho.....lho......kok seenaknya aja nuduh orang? Eit...... sorry, bukan nuduh! Tapi justru aku itu ngajakin kita belajar dari dia. Heii........dia justru menjadi guru kita saat ini. Guru yang nyata, guru yang hebat, karena telah rela mengorbankan anaknya sehingga kita ini para murid bisa belajar lebih nyata.
Kita jangan seperti itu!

Coba aja kita trace ke belakang. Saat anaknya sedang "laris manis", bergelimang popularitas dan uang, orangtuanya mungkin merasa anaknya baik-baik saja, nggak perlu perlu amat kehadiran atau pengawasan secara langsung oleh mereka, dibiarkan saja tinggal sendiri di Jakarta, tidak perlu didampingi, tidak perlu orangtuanya "bela-belain" tinggal dekat atau bersama anaknya, apalagi sampai harus mengorbankan kepentingan pribadinya. Toh dia berkecukupan, toh dia seneng, toh dia bahagia...... secara kasat mata manusia yang "pandangannya" terbatas sekali!

Hmm........tahu nggak? Seringkali, kita sebagai orangtua tidak jeli, tidak bijak, tidak aware, tidak smart, tidak cerdik menyikapi dan menilai kapan anak kita memerlukan kita, kehadiran kita secara fisik, dan bukan hanya "quality time", perhatian jarak jauh, perhatian seadanya waktu kita, tenaga kita, pikiran kita, kemampuan kita.

Lho......jadi kapan donk anak kita perlu kita, secara fisik kita hadir bersama mereka, kapan perhatian kita, pikiran kita, waktu kita, mereka perlukan? He he he..... memang nggak ada patokan pastinya. Semua tergantung pada....... semua tidak sama antara anak satu dengan lainnya. So, pada intinya, sejak kita mempunyai anak, kita sudah teken kontrak sama Allah, pencipta kita, pemilik anak kita, pemberi amanah, bahwa kita berjanji akan menjaga titipanNya, akan menjaga milikNya itu dengan segenap diri kita, kemampuan kita, waktu kita.

Lhaaa.....habis donk waktu dan tenaga kita untuk mereka? Apa kita jadi budak mereka? Ho ho ho.........ya bukan gitu donk Bapak dan Ibu yang baik. Kan kita sudah dititipi sejak anak masih bayi merah, dan kita diberi bekal "manual" berupa kitab suci (Al Qur'an untuk agama saya), makanya ya kita didik, asuh, dan bimbing anak dengan tuntunan "manual" tadi. Sehingga anak menjadi terarah, terurus, tahu hak dan kewajibannya, tahu posisinya, tahu bagaimana menempatkan dirinya.

Nah.....dengan pola asuh dan pola didik yang benar, PASTI anak tidak akan menyita seluruh waktu, pikiran, dan tenaga kita. PASTI semua akan sesuai porsinya, semua akan menempati posisi yang seharusnya, semua akan selaras.

Sempurnakah?? Ya masa sih ada yang sempurna di dunia ini? Pastinya, sebaik apapun kita mengupayakan, akan ada bolongnya sana sini, ada melencengnya, ada salahnya. Tapi justru di situlah kita makin belajar, makin mengasah rasa dan pikir kita, mengasah batin dan logika kita, makin meningkatkan kemampuan kita dan kesadaran kita akan keterbatasan kita sebagai makhluk. Dan makin kita mengakui kebesaran Allah, kekuasaan dan keagunganNya.

Jadi, mari kita berikan waktu, tenaga, dan pikiran kita saat anak kita memerlukannya. Kita investasikan semuanya sebelum terlambat, sebelum kita HARUS menebusnya dengan keterpaksaan karena sudah ada akibat yang tidak kita harapkan. Bukankah mencegah selalu lebih baik daripada mengobati?

Please, save the next generation............Investasikan waktu, tenaga, pikiran, dan harta kita pada investasi yang tidak akan pernah rugi. Investasikan pada Allah, jaga titipanNya dengan sepenuh hati kita.

Tidak ada komentar: