Halaman

Rabu, 31 Oktober 2007

MENGAPA AKU TIDAK “NGANTOR” LAGI??

"Saya bekerja mencari uang demi anak-anak saya."

Sering sekali aku mendengar kata-kata itu meluncur dengan sangat lancar dari mulut orangtua. Terutama IBU jika sedang ingin membela dirinya yang ninggalin anaknya telantar. Ya, semua yang mereka lakukan katanya demi anak-anak mereka.

Indah ya?

Eeeeeeeee....... tunggu dulu. Memang mereka bilang sih begitu. Tapi kadang aku heran lho. Ada orangtua yang bekerja dari pagi sampai malam baru sampai rumah. Anak-anak di rumah dengan pembantu dan baby sitter. Mereka sudah punya 2 mobil. Malah sudah 2 atau 3 kali aku melihat ibunya sudah ganti mobil menjadi yang lebih mewah. Tapi mereka masih setiap hari bekerja keluar rumah dari pagi sampai malam. Apa iya anaknya pengen dan yang lebih meragukan lagi perlu ganti mobil semakin mewah???

“Wah, makin sibuk aja nih Ibu.” Begitu aku pernah bertemu dan menyampaikan apa yang kulihat.
“Ya, Ibu sih enak sudah cukup, nggak perlu kerja keluar rumah juga nggak papa. Kalau saya sudah seperti ibu ya saya nggak perlu kerja seperti ini. Pontang panting. Yah..........tapi kan semua ini saya lakukan demi anak-anak juga. Saya ikhlas sajalah. Saya kan nggak seperti Ibu, semua sudah cukup.” Begitu dia bilang.

Hmmmmm........aku hanya diam. Pontang panting? Ikhlas demi anak? Walaah.........aku makin bingung!! Ini yang pinter dia atau aku terlalu bodoh sih, nggak ngerti jalan pikirannya? Mbuhlah, terserah! Aku kasihan sama anak-anaknya, punya Ibu seperti itu! Sudahlah egois, eee........mengkambinghitamkan anaknya lagi! Padahal, dia sudah punya rumah............bagus lagi! Dia sudah punya 2 mobil............. mewah! Tangannya dilingkari gelang emas yang gedenya............ rasanya tanganku nggak bakalan kuat lama-lama pakai gelang itu saking beratnya. Dan dia mengatakan itu kepadaku yang rumah n mobilnya nggak lebih bagus darinya?????

Welwh............weleh............. weleh..............

Lalu aku me ”rewind” pengalamanku dulu sewaktu memutuskan fokus pada mendidik anak. Fokus pada merawat, menjaga "berlian" titipan Allah. Saat itu kami sedang mencicil rumah type 36, kendaraan yang kami punya hanya motor, penghasilan suami juga pas-pasan. Tapi, justru karena itu pula aku lalu memutuskan untuk memprioritaskan anak-anak. Bayangin aja, kalau aku ngantor, aku harus membayar pembantu, baby sitter, guru, psikolog, ahli gizi, pendongeng, dll yang harus memenuhi kriteria lain seperti sayang sepenuh hati kepada anak-anakku, yang aku yakin sangat sulit mendapatkan orang dengan kriteria itu. Dan..........kalaupun ada, aku juga tidak mampu membayarnya. Hikcs.........hikcs............hikcs.............

Ya, seandainya aku setiap hari harus bekerja keluar rumah dari pagi sampai malam, dan anak-anak masih kecil-kecil, maka aku harus bisa membayar banyak sekali profesional untuk menggantikanku menghandle anak-anak. Dan............mereka MUSTI sekaliber aku dalam mengasuh berlian Allah yang dititipkan kepadaku! Mereka HARUS sehebat aku dalam mengasuh dan mendidik berlianku. He he he......... narcistnya kumat ya??!!! Biarin deh! Ini bukan narcist kok, tapi PD!!

Mana tahaaaannn...................uang dari mana coba? Buat hidup wajar aja pas-pasan!!

Makanya aku dengan sangat yakin seyakin-yakinnya memutuskan untuk memilih nggak ngantor dulu. Fokus pada anak-anak.

"Buat sekolah mereka nanti apa? Memangnya hidup nggak perlu uang?"

He he he...............aku yakin seyakin-yakinnya.............Allah mboten sare!!!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

saya adalah seorang ibu rumah tangga dan saya bangga menjadi ibu rumah tangga seperti ibu :)
Semoga Allah memudahkan saya menjadi pendidik bagi anak-anak saya

belajar bahasa arab online
http://badar.muslim.or.id
silahkan beritahu teman supaya banyak yang mendapat manfaat