Halaman

Minggu, 21 Oktober 2007

ANAK HEBAT 3

Kembali saya mendapatkan amanah 1 berlian lagi. Kembali saya mengurus bayi dengan segala kerepotan dan kebahagiaan memperhatikan tingkah polah kemajuan kemampuannya. Saya berharap dan berusaha bisa lebih baik berbekal pengalaman dan pembelajaran mengurus kakak-kakaknya dulu.

Seperti juga saat dulu mengurus kakak-kakaknya, tiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, sangat berarti dan serasa tak ingin saya melewatkan moment-moment berharga dengan mereka. Memang saat mereka bayi, waktu yang berlalu sangat berharga dan sayang untuk dilewatkan. Pertambahan kemampuan bisa kapan saja terjadi. Bahaya juga bisa kapan saja mengancam, dengan efek yang bisa disandang anak seumur hidup.

Iya, saat saya mau mandi bayi saya belum bisa duduk. Namun, keluar dari kamar mandi bayi mungil saya sudah menunggu dengan posisi duduk di atas tempat tidur menghadap pintu kamar mandi dan senyum cantik mengembang di bibir mungilnya. Seolah dia mau menyambut saya dan memamerkan kemampuan barunya “Mama, lihat! Si cantik sudah bisa duduk.” Tentu saja saya kaget, senang, dan tergopoh-gopoh dalam syukur karena dia tidak jatuh dari tempat tidurnya. Sambil mencium memberi selamat atas kemampuan barunya, saya berfikir untuk melakukan tindakan pengamanan. Tempat tidur dibongkar atau pagar box ditinggikan? Karena jatuh bisa sangat membahayakan dan efeknya terbawa sampai dewasa apabila jatuhnya fatal. (anak bisa cacat!)

Kita tidak tahu kapan bayi bisa tengkurap, duduk, merangkak, bicara, jalan, dll. Tiap bayi akan berbeda kapan mereka mencapai kemampuan tertentu. Dan biasanya orangtua tidak terlalu mempermasalahkan kapan bayinya bisa ini dan itu selama masih dalam kewajaran. Orangtuapun biasanya waspada akan bahaya yang mungkin mengancam bayinya dan sudah mengantisipasi dengan berbagai cara.

Seharusnya, orangtua juga memahami bahwa setelah mereka lebih besar juga akan berbeda-beda dalam peningkatan kemampuan mereka. Kapan mereka bisa membaca, kapan bisa matematika, kapan bisa bahasa lain selain bahasa ibu, termasuk seberapa besar kemampuan mereka memahami setiap bidang. Jangan berharap anak kita “super kid”, “super hebat”, semua hal mumpuni, dan kita orangtuanya bisa bangga, sombong, ngetop, dll. Nah, demikian juga bahaya yang mengancam mereka harus kita antisipasi karena bisa berakibat hingga mereka dewasa. Bahayanya tidak hanya mengancam fisik yang bisa mengakibatkan cacat fisik, tetapi yang mengancam akhlak dan mengakibatkan cacat rasa dan akhlak jauuuuh lebih berbahaya. Akibatnya akan terbawa sampai mati, sampai di hari pembalasan akan diminta pertanggung jawaban kita.

Oleh karena itu Bapak dan Ibu yang baik, marilah kita menyiapkan anak-anak kita masing-masing namun jangan “memaksa” agar potensi mereka tergali dan terasah secara optimal sesuai kemampuan mereka. Disamping itu, yang tidak kalah penting, kita juga harus menjaga mereka dari bahaya agar tidak menjadi “cacat fisik”, dan jauuuuh lebih penting, kita harus menjaga mereka dari bahaya “cacat rasa” apalagi “cacat akhlak”. Naudzubillah.

Tidak ada komentar: