Halaman

Selasa, 30 Oktober 2007

“ANAK HEBAT" 1

Apabila kita mempunyai anak yang kata orang ahli berkebutuhan khusus, seperti autis misalnya, maka kita akan tunggang langgang mencari sekolah khusus, teratment khusus, guru khusus, makanan khusus, dan bahkan kita akan rela belajar mengenai autis dan cara penanganan yang tepat. Sampai ke ujung dunia kali ya bu?! Maka tidak heran apabila anak berkebutuhan khusus ini akan tergali semua potensinya dan menjadi “hebat”. Tidak jarang saya mendengar pendapat umum bahwa anak autis itu sebenarnya sangat cerdas melebihi anak “normal”.
“Apa iya ya?”

Banyak contoh anak berkebutuhan khusus yang “hebat”. Yang terakhir agak santer kita dengar beritanya adalah Ye Ah we (kalau nggak salah namanya) anak yang hanya mempunyai 4 jari tangan kanan kiri, down syndrom, dan kaki sampai lutut, tetapi mempunyai keahlian bermain piano yang luar biasa. Apabila kita cermati, dia bisa begitu karena ibunya “hebat”. Ya, ibunya mati-matian mendidik, membimbing, menstimulasi, dan memotivasi anaknya, yang tentu saja perlu perjuangan yang sangat gigih tanpa mengenal lelah.
“Apa iya ya?”

Ya, pertanyaan itu sering melintas di benak saya. Apa iya anak berkebutuhan khusus ini memang lebih hebat dari anak normal?

Menurut saya kok tidak ya? Tidak?! Apa saya mau memungkiri kenyataan? Kata anak-anak saya, banyak orang hebat yang mempunyai keterbatasan. Anak-anak saya semua suka membaca, buku tentang orang hebat adalah salah satu menu favorit mereka. Dan apabila saya ajak diskusi tentang keberhasilan orang, mereka dengan lancar akan menyebut nama-nama mereka sekaligus keterbatasan yang mereka miliki dan kehebatannya. Bethoven (tuli), Napoleon Bonaparte (pendek, tetapi panglima perang hebat), Helen Keller (buta tuli), dsb.
Tapi, “Apa iya ya?”
Kok saya tetap menyangsikan statement tersebut. Saya yakin, bahwa Allah menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangan. Tapi, apa benar anak-anak yang mempunyai keterbatasan ini “lebih hebat” dari anak “normal”?

Menurut saya sih, tidak. Lha kok berani-beraninya saya berpendapat “berbeda” dari orang lain? Lha jelas berani donk, saya! Lho!! Kok sombong? Nggak kok, saya bukan sombong. Boleh donk berbeda?

Ya, saya hanya ingin menyampaikan berita gembira bagi orang tua yang mempunyai anak “normal”. Siapa bilang anak “normal” tidak hebat? Kenapa kita tidak pernah berpikir bahwa Kalau anak yang mempunyai keterbatasan saja bisa menjadi “hebat”, seharusnya anak “normal” lebih berpotensi lagi menjadi “hebat”.

Yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa anak yang mempunyai keterbatasan banyak yang sukses menjadi “hebat”? Ya jelas donk, kan dia mendapat stimulasi dan treatment yang tepat sesuai keadaan, kemampuan, dan potensi dirinya. Orang tuanya mati-matian mencari tempat, guru, dan penanganan yang tepat sampai tergali dan terasah semua potensinya. Biaya berapapun hayo aja asal anaknya bisa mendapatkan semua keperluannya. Mereka juga patuh pada aturan-aturan yang harus diberlakukan pada anaknya tersebut.

Bapak dan ibu yang baik,
Kenapa kita tidak melakukan hal yang sama terhadap anak-anak “normal” kita? Semua anak itu sebenarnya “berkebutuhan khusus” lho. “Enak aja, nggak rela anakku dikatakan berkebutuhan khusus! Orang anakku normal kok!”

Jangan marah donk Pak, Bu. Saya mengatakan itu, karena memang betul. Setiap anak itu unik. Tidak sama dengan anak lain, even saudara sekandung bahkan kembar identik. Nah, kenapa kita tidak mentreatment mereka secara unik juga sesuai keperluan masing-masing anak? Kenapa kita tidak mencari cara yang tepat juga untuk mereka? Mengapa mesti nunggu punya anak seperti itu untuk mentreatment mereka secara benar? Mengapa tidak memperlakukan anak normal kita dengan penanganan khusus sesuai kebutuhan mereka?

Logikanya, kalau anak yang mempunyai keterbatasan saja bisa menjadi “hebat” asal mendapatkan treatment yang tepat, apalagi anak “normal”. Anak normal semestinya mempunyai potensi lebih untuk menjadi “hebat” karena treatment yang mereka perlukan cenderung lebih mudah. Tapi tidak berarti kita “menggampangkan” dengan memberi treatment standart, seperti pruduk masal, tidak mendapat perhatian khusus sesuai keperluannya. Setuju donk!!! So, ayo, mari, kita treatment anak-anak kita semaksimal mungkin, bagaimanapun keadaan mereka saat hadir di dunia.

Ya, kapan-kapan saya akan sampaikan berita gembira lain tentang anak. Sedikit bocoran, mereka sebenarnya bisa menjadi jenius meski mereka hanya mempunyai seperempat dari massa otaknya. Wow!! Memang, pasti, nara sumbernya Al Qur’an lho.

Tidak ada komentar: