Halaman

Jumat, 05 Oktober 2007

SEGERA BANGUN SETELAH JATUH

Malam ini seperti biasa kalau sedang berkumpul, kami (saya, suami, dan semua anak) tumplek blek di tempat satu tidur (hancur hancur tuh tempat tidur, pada nggak sadar kalau sudah kelas berat.....). Anak-anak yang besar membaca buku (dasar semua kutu buku), si kecil cantik yang berumur 9 bulan sedang belajar berdiri, suami rebahan kecapekan pulang kantor, dan saya memperhatikan mereka semua sambil melakukan hal lain. Biasa, ibu-ibu, nggak mau diem. (sebenarnya saya juga capek sekali, tapi rasanya tidak tega memperlihatkan pada mereka). Dan tentu saja, semua sambil memperhatikan tingkah lucu si cantik. Ya, kehadirannya di keluarga ini memang mampu menyerap perhatian seluruh anggota keluarga.

Bayi cantik saya memang sedang mulai belajar berdiri tanpa berpegangan. Beberapa hari yang lalu dia mulai berjalan berkeliling boxnya berpegangan pada pinggiran box. Setiap hari dia melakukan itu tanpa bosan. Kemudian sesekali dia lepas tangannya dari pegangan meski kemudian jatuh.

Tapi hari ini, malam ini, dia tidak mau berpegangan sama sekali. Dia berdiri, bertepuk tangan beberapa saat, lalu jatuh. Langsung berdiri lagi, bertepuk tangan, jatuh. Begitu berulang-ulang, tanpa bosan dia bangun lagi segera setelah jatuh dengan riang dan semangat. Tepuk tangan kami menambah semangatnya mencoba lagi. Ciuman dari mas-masnya bergantian mendarat di pipi montoknya.

Mungkin dulu saat bayi, sebagian besar dari kita melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan bayi saya malam ini. Segera bangun dengan riang (semangat) saat terjatuh. dan orang-orang di sekitarnya selalu memberi semangat dan dukungan untuk bangun kembali. Namun sayang, sebagian besar dari kita sekarang, tidak segera bangun saat jatuh, tetapi meratapi, bahkan sering menyalahkan orang lain atas kejatuhan kita. Dukungan dari orang sekitarpun sulit kita dapatkan.

Tuh kan...............saya belajar lagi dari nara sumber yang hebat, orisinil, jujur, yang selalu ada di dekat saya, gratis pula. Jadi untuk belajar tidak harus pergi jauh dan keluar biaya banyak bukan? Bagaimana kalau kita mulai menerapkan pelajaran yang saya dapat hari ini untuk anak kita yang sudah besar? Iya, kalau mereka gagal jangan dimarahi apalagi disalahkan, tetapi kita beri semangat dan dukungan untuk mencoba lagi, mencoba lagi, dan mencoba lagi. Jangan lupa, juga untuk diri kita dan suami atau istri. Kita bangun dengan semangat, segera setelah jatuh. Dan kita memberi semangat, dukungan pada suami atau istri kita untuk bangun kembali jika dia jatuh. We always love n supporting each other.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya setuju, menurut saya memang belajar bisa dari mana saja, malah kalau dari anak-anak kita akan mendapatkan pelajaran "pure" karena mereka tidak punya itikad apapun..... mereka masing sangat "fitrah"...