Halaman

Jumat, 08 Agustus 2008

SIAPA BILANG TV SELALU MERUSAK ???

Hmmm...........aku ingin mengangkat topik ini. TV. Ya.....TV memang sangat familier bagi siapapun. Masyarakat sekarang ini sepertinya sudah sangat "biasa" dengan adanya TV. Ada yang ekstreem pro dan ada yang ekstreem kontra, ada yang nggak terlalu ambil pusing...... EGP.

Seringkali aku mendengar atau membaca pendapat orangtua yang mengatakan kalau TV itu tidak baik, memberi pengaruh buruk, "merusak" anak, dsb. Sehingga, mereka memutuskan untuk tidak menyediakan TV di rumah sama sekali. Ada lagi yang hanya menyediakan TV untuk jaringan TV berbayar, dengan alasan dia bisa mengatur apa yang boleh dikonsumsi buah hatinya. Bener juga kali ya???

Hhhhh........sah-sah aja sih, tapi apa nggak kasihan anak "nggak gaul"? Secara, anak lain rata-rata nonton TV di rumah mereka??? Banyak hal yang mereka dapat dengan cepat melalui kotak kaca ini. Istilah-istilah gaul, misalnya. Begitu argumentasi dari orangtua yang menganggap TV tetap perlu ada di rumah.

Ada lagi malahan yang cuek aja, kan TV tidak mungkin dihindari. TV sudah seperti makanan sehari-hari. Di rumah dilarang, tidak disediakan, mereka malah nonton di luar rumah, main ke rumah temannya atau tetangga. "Malu-maluin! Lagian malah saya nggak tahu apa yang mereka tonton di sana, Bu!" Begitu mereka beralasan. Heiiiiii....... ini nggak sepenuhnya salah lho!! Jika anak nonton di luaran, berarti di luar kontrol kita, orangtuanya. Bahaya juga ya.

Tapi aku kok berbeda pendapat dengan mereka. He he he ...... biasaaaa......selalu punya pendapat sendiri. Boleh dooonk..............

Ehem !! Begindang Bo..........

Segala hal, sebenarnya tergantung bagaimana kita menyikapinya. TV, mau nggak mau memang ada di sekitar kita. Di rumah nggak ada, di rumah tetangga, di rumah teman, di tempat umum, di mana-mana ada TV. So, daripada sibuk menyalahkan atau menjauhkan TV dari anak-anak kita juga sulit, mendingan kita MANFAATKAN saja TV sebagai salah satu sarana pembelajaran bagi buah hati kita tercinta.

Walaaaah........sok deh! Emang gimana caranya?
He he he.........aku sih memang bukan ahli pertelevisian atau ahli di bidang pendidikan anak berkenaan dengan TV. Ha ha ha..... I am just a creative mother, smart mother, wise mother. Ehem.....narcist.com deh!!! Heiii.....jangan pada marah dulu donk! Itu tadi cuma bercanda aja. Kenyataannya............lebih hebat kali kaaan??? Xi.........xi.............xi............. Biar pada nggak ngantuk and terlalu serius mikirin negara!!!

Ini sih berdasar pengalamanku aja. Aku tuh nggak mau juga anak-anakku sama sekali nggak nonton TV dengan alasan pengaruh buruk. Lha memangnya kalau nggak ada TV PASTI lebih baik pengaruh yang masuk ke anak? I don't think so. Pengaruh itu ada di mana-mana, mau baik atau buruk tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Eh.......muter-muter ya??? Sorry.............
Acara TV kan banyak, semuanya.....ya betul semuanya, bisa kita jadikan sarana belajar atau bisa juga "merusak" anak, atau malah kita sendiri. Misalnya acara yang berisi "diskusi" politik, kesehatan, pendidikan, dll yang "terkesan" mendidik, bagus, kalau kita hanya "menelan" mentah-mentah apa yang disampaikan, bisa jadi justru akan memberi dampak negatif pada kita. Lha biarpun "katanya" nara sumbernya seorang ahli hebat, tidak menjamin memberi dampak positif pada pemirsanya, kita atau anak-anak.

Sebaliknya, acara yang "katanya" merusak, bisa saja bermanfaat kalau kita pandai menyikapi dan mengambil pelajaran atas acara tersebut. Misalnya sinetron, bisa aja jadi bahan diskusi dengan anak yang bermanfaat.

Makanya Bu, Pak, anak itu perlu "didampingi" dan bukan sekedar nonton bersama anak. He he he ........ beda lho!! Dan ini, TIDAK HANYA berlaku untuk TV, tapi juga kegiatan lain sehari-hari. Itu juga kenapa anak itu sampai usia tertentu tetap perlu yang namanya "QUANTITY TIME". Karena kualitas waktunya memang masih ditentukan oleh kuantitas waktu kebersamaan kita dengan mereka. Memang sih, biasanya kebersamaan anak dengan "sekolah pertamanya" alias IBUNYA yang sangat penting dan perlu kuantitas yang cukup untuk mendapatkan kualitas yang pas.

Lhaaa......keenakan Bapaknya donk!!! Ha ha ha.....tenang aja Bu, Bapaknya punya tanggungjawab juga, malahan besar juga. Ya, dia harus membuat "Ibu" tenang, tenteram, aman, bahagia, agar si Ibu bisa memberi kualitas yang bagus untuk keluarganya juga. Naah......ini juga perlu kuantitas waktu yang cukup dari Bapak untuk dapat memberikan kualitas waktu yang pas buat istri tercinta dan anak-anak.

So, semua mestinya memberikan waktu, pikiran, energi, dan segala hal terbaiknya untuk keluarganya. Jika setiap keluarga sudah memenuhi hal ini, tentu setiap keluarga akan menjadi keluarga bahagia, dan waaaah........ tentu terbentuk masyarakat bahagia, dan negara akan JAYA. Subhanallah, hal kecil ternyata akan memberi dampak yang sangat besar jika kita menyadarinya. Lalu menerapkannya dalam eseharian kita dengan niat yang baik dan tulus ikhlas.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ini baru pendapat kreatifff...
saya setutuju dengan kamu.
banyak yang menyudutkan televsi itu gak baik, padahal mreka cuma ngomongaja, just opini..
knyataan nya pasti mereka nonton tv juga, dan blum tentu bisa menyikapi setiap yang ditontonnya.

dah itu aja..

krennnnnn ne artikel..

Unknown mengatakan...

Makasih anonim atas komentarnya. Iya, kita gak boleh nyalahin orang lain aja, kan?!