Halaman

Senin, 18 Agustus 2008

17 AGUSTUS 2008, BERLIANKU MERDEKA

Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tercinta.

Tadinya aku mau nulis tentang kemerdekaan, sesuatu yang............ waaah......... yang ............ gimanaaaa.................gitu. But, heiii........ ngapain nulis yang seperti itu ya kalau di depan mata ada kejadian menarik yang pantas untuk ditulis........................ BERLIANKU !!!

17 Agustus tahun ini, Mas Hafizh dan Mas Farras mesti ke sekolah meskipun hari Minggu. Malahan pagi buta mereka sudah berangkat. Sesudah shalat subuh mereka memohon ke Papanya untuk mengantar mereka ke sekolah. Ha ha ha .......mana tega Papanya nolak permintaan ganteng gantengnya?

Ya, mereka berdua mendapat kepercayaan sebagai petugas upacara dan mengemban kepanitiaan acara Hari Kemerdekaan di sekolah masing-masing. So, mereka berangkat pagi sekali dan pulangnya sore. Alhamdulillah, mereka menjalankan tugasnya itu dengan penuh tanggungjawab dan semangat. Yah.......namanya juga "berlian".

Hei...........ganteng kecilku kok pagi-pagi sibuk siap-siap? Oooooo....... ternyata dia akan meramaikan Hari Kemerdekaan di lapangan komplek kami. Lingkungan RW mengadakan berbagai perlombaan, dan dia ikut beberapa diantaranya. Waaah........ dengan semangat'45 dia pergi ke lapangan dengan.......... minta antar Papanya naik motor!! Ha ha ha..........mereka semua manja minta diantar Papa tercinta yang sedang libur. Secara, jarang-jarang Papanya bisa.

Siangnya, aku sama Papa dan adek tercantiknya melihat pertandingan itu di lapangan. Waduh, kok saat lomba "makan krupuk" pada curang ya? Tali pengikat kerupuk dipegangin saat si peserta lomba akan menggigit kerupuknya. Yang pegang talinya itu temannya (mereka gantian bantuin saat yang lain lomba.......walah.....kecil-kecil sudah curang berjama'ah!), ada yang pembantunya (he he he ...... bantuinnya sampai saat curang juga ya mbak?), lho......lho............lho.......... malahan ada yang IBUnya!!! (Bu, curang kok didukung to??? Pantesan aja nanti setelah dewasa anaknya curang, korupsi, sikut sana sini demi kemenangan semu! Lha wong Ibunya aja ngajarin curang dari kecil!!)

Rafi, dengan susah payah berusaha "menerkam" kerupuknya yang tertiup angin sana sini sampai sulit dia makan. "Ayo! Ayo! Ayo!" begitu Princess menyemangati Masnya tercinta dengan bertepuk tangan. "Mas, ayo kerupuknya dimakan! Ayo Maaaas!" Ha ha ha ..........adek semangat sekali teriakin Masnya.

Sedih juga dari jauh aku melihat anakku dicurangi, dijahati, sementara anakku bermain "fair". Tapi aku tetep hanya melihat dari jauh dan menyemangati saja. Prihatin sekali sebenarnya, tapi aku nggak mau ribut hanya karena masalah kecil begini. Lagian aku tahu kalau percuma memberitahukan kebenaran ke orang-orang seperti itu. Mereka sering merasa lebih pintar, lebih baik, lebih jujur, pokoke lebih segalanya.

"Terus cintaku, nggak papa usaha terus. Nggak usah peduli yang lain curang. Berlian Mama tetep harus jujur dan sportif. Muslim selalu jujur meski seluruh dunia curang! Biarpun dianggap kalah, Mas Rafi tetep menang! Kemenangan Mas Rafi itu kemenangan sejati, menang yang sesungguhnya. Sampai kapanpun Mas Rafi harus jujur, karena kalau curang, itu hanya membohongi diri sendiri. Allah selalu melihat sayang."

Lalu dari jauh aku melihat ada seorang panitia yang memegang tali pengikat kerupuk agar Rafi bisa makan kerupuknya. Hm........ mungkin panitia itu kasihan melihat berliaku yang jujur kesulitan sementara peserta lain curang dari awal........dibantu IBUnya. Walaaaah...........untuk hal kecil aja seorang Ibu membantu anaknya curang, terus mereka teriak agar para koruptor dihukum??? Are you sure Mam??? Anti korupsi atau karena nggak ada kesempatan??? Nggak kebagian???

Aku sangat bersyukur, Rafi sama sekali tidak tergoda untuk bermain curang meski semua "musuh" nya curang. Dia tahu kalau aku, Mamanya sama sekali tidak menuntutnya untuk menang. Aku lebih suka dia jujur, berusaha, dan hasilnya akan menjadi bonusnya. Aku lebih menilai proses, menang bukan tujuan dan hanya bonus dari usaha.

Aku hanya sesekali nengok, bukan nungguin. Saat aku tengok lagi, terik sekali matahari. Aku tawarkan beli minuman, Rafi setuju.

"Beli sendiri ya, minumannya yang sehat."
"Iya Ma, aku tahu kok. Beli teh aja, harganya Rp 2.000,-"

Saat aku kasih uang Rp 5.000,- an dia menolak dan hanya minta Rp 2.000,-. Temannya yang berdiri di sampingnya menyenggol lengan anakku dan mengatakan kalau asyik tuh minta Rp 2.000,- malah dikasih Rp 5.000,-. Tapi berlianku tetep nggak mau jika aku kasih Rp 5.000,-. Berlianku tahu tidak perlu mengambil keuntungan apa-apa dariku Mamanya, karena aku pasti akan memberikan jika memang dia perlu. Tidak perlu berbuat seperti saran temannya itu. Anakku yakin betul jika aku melarang pasti memang beralasan, karena jika memang tidak ada masalah pasti permintaannya aku beri.

"Kenapa sih kamu senggol aku terus gini? Kamu juga mau teh? Boleh nggak Ma?"
Berlianku yang cerdas sebel dengan tingkah temannya dan menawarkan jika dia mau, tak lupa minta ijin ke aku, Mamanya. Lha aku mana mungkin menghalangi kebaikan hati pujaan hatiku itu?

"Ya sudah sana beli 2 tehnya. Ini uang Mas Rafi bawa ya."
"Mama tungguin kembaliannya yang Rp 1000,- ya."
"OK."

Hei......hei.......kok temannya itu nggak tahu diri ya? Sudahlah minta, eee..... dia duluan yang ambil tehnya yang disodorkan penjualnya setelah dipindahkan dari botol ke plastik kecil. Habis itu tanpa ucapan terima kasih langsung ngeloyor pergi! Sama sekali tidak ada kesopanannya. Walaaah......apa yang diajarkan orangtuanya ke anak itu ya? Padahal aku kenal ibunya yang selalu menyombongkan ke aku kalau dia tuh "super care" sama anak-anaknya, selalu memenuhi segala kebutuhannya, selalu mendidik dengan sangat baik, dsb. dsb. dsb. Mana bekasnya Buuuu........?????

Hhhhhhhh............. semoga semua dikembalikan ke anakku oleh Allah dengan kebaikan yang berlipat ganda. Semua membuat anakku makin "kaya", makin hebat, makin menunjukkan bahwa dia memang "BERLIAN".

Sorenya, Saat Mas-Masnya pulang, kedua Masnya langsung ke lapangan setelah ganti baju dan shalat Ashar. Mereka boncengan naik motor. Nggak lama Mas Farras pulang naik sepeda yang rupanya diambil adeknya karena sesudah istirahat shalat dzuhur harus kembali ke lapangan. Dan Mas Hafizh nungguin adeknya di lapangan sampai selesai perlombaan. "Biar nggak ada yang curangin adek." Demikian Masnya membela adek tercintanya. Hmmm...... bangganya melihat mereka saling bela.

Pulang dari lomba, Mas Rafi lapor kalau "Kalah semua Ma!"
"Tapi sudah shalat Ashar, kan?"
"Ya sudah donk Ma, kan sebelah lapangan ada mushalanya, aku shalat dulu saat ada adzan ashar. Terus lomba lagi."

Ha ha ha ......... nggak masalah berlianku, tetep aja kamu selalu "menang" dan "juara" bagi Mama. Kejujuranmu jauuuuuh lebih berharga, empatimu jauuuuuh lebih menenangkan, kesabaranmu diperlakukan tidak adil jauuuuuh lebih menguatkanmu. Mama akan lebih tenang "melepasmu" nanti karena kamu memang BERLIAN. Kamu muslim yang baik! Kamu hebat dan Mama yakin akan semakin hebat dengan segala attitude mu ini.

Semoga berlianku selalu kuat, selalu merdeka berbuat, selalu menjadi BERLIAN. Ya, kemerdekaan untuk berbuat sesuai keyakinan. Kemerdekaan berbuat kebenaran meski di jaman yang "serba boleh" dan membenarkan segala yang sudah biasa. Berlianku sudah MERDEKA MEMBIASAKAN KEBENARAN DAN BUKAN MEMBENARKAN KEBIASAAN.

MERDEKA BERLIANKU!!!!!!

Tidak ada komentar: