Halaman

Selasa, 08 April 2008

REMAJAKU TERPENGARUH TEMAN

Hm.....sebenarnya aku nggak ingin posting cerita ini. Secara, aku tuh paling nggak suka cerita sedih tentang diriku diketahui orang lain. But....mungkin ini akan berguna bagiku dan orang lain yang punya anak remaja.

Yah, aku "terpaksa" sharing pengalamanku dengan gantengku yang menginjak masa remaja. He he he...siapa yang "maksa"?? Nggak ya, bukan terpaksa begitu kok.

Waduuh.....sedih banget saat tahu anakku (no 2, SMP) pulang sekolah nggak langsung pulang dan nggak minta ijin terlebih dulu. Telpon guru, orangtua temannya, dsb aku lakukan. Wuiih....meluncur dengan membawa serta Princess pun aku jalani. Berbagai tempat aku telusuri, dengan harapan berlianku nggak ada di sana. Lho!! Ya, aku tidak ingin anakku ada di warnet yang ternyata isinya hampir seluruhnya anak-anak sekolah SMP & SMA. Sediih....hancuurr rasanya hatiku melihat mereka. Berlian-berlian yang seharusnya menjadi harapan bangsa itu sedang asyik dengan game-game, suaranyapun sangat berisik. Ya, seperti ruang yang serem, nggak ada aturan, berbagai game suaranya keraaaas banget. Kasihan mereka dalam berbagai polutan. Polusi suara, pengaruh, hati, otak, wah....komplikasi yang parah!!

Hari itu Jum'at, harusnya mereka sedang sekolah atau pulang ke rumah, tempat nyaman dan aman bagi mereka. Seharusnya ada Ibu yang menunggu mereka dengan senyum penuh cinta, segelas susu hangat, dan makanan lezat.

Heiii....kembali ke berlianku, nggak ada di tempat-tempat yang aku datangi. Tak lama gurunya telpon dan mengabarkan kalau remaja gantengku sudah pulang. Dia sudah ada di rumah sekarang. Tadi dia diajak main ke rumah temannya dan......nggak shalat Jum'at!!! Ya, dia sudah pulang sekolah dari sebelum Jum'atan.

Wow......sediiiih banget rasanya, meski juga lega karena dia sudah di rumah sekarang.

"Mas, tadi kemana? Kenapa nggak ijin Mama dulu? Trus juga shalat Jum'at dimana?"
"Ke rumah teman, main game. Nggak ijin Mama karena diajak teman. Mereka juga nggak ijin. Tapi shalat Jum'at, kok!!"
"O....ya? Di Masjid mana, apa nama Masjidnya?"
"Lupa...."
"Ok, lupa nama Masjidnya. Apa isi khotbahnya? Cinta Mama, khotbah kan bagian dari shalat Jum'at, pasti Mas nggak lupa kan?"
"Aku bohong, Ma. Sebenarnya aku nggak shalat Jum'at."

Deggggggggggggg........................hampir copot rasanya jantungku.
Masyaa Allah......berlianku bohong tentang shalat? Sediiiih bangeeeet!!!!!!!!!!!!!! he he he.....padahal, sebagai Ibu, aku juga sudah ngerasa kalau berlianku sedang tidak jujur. Teteep ajaa.......

Akhirnya, malamnya aku dan suami berembug. Kami tanya baik-baik kenapa dia tega membohongi kami orangtuanya. Ternyata dia dibujuk temannya untuk berbohong. Temannya bilang kalau biasa berbohong dan sampai sekarang orangtuanya nggak tahu. Atau....nggak mau tahu. Katanya; "Bohong aja, asyiik, kan. Ngapain jujur!!" Karena memang dia tidak pernah ditanya, diajak ngobrol, ditemani, diawasi. Dia hanya diberi fasilitas dan uang saku yang banyak. Padahal dia bukan anak orang kaya, menengah biasalah.

Hhhhhhhhhhh.....prihatin sekali. Dari hasil diskusi dia dengan Papanya (man to man) dan nasihat penuh kekecewaan Mamanya (dengan berurai air mata...hiks!), berlianku memilih sendiri sanksinya berupa puasa Senin Kamis, shalat Subuh ke Masjid jama'ah nggak pernah lewat, dan bantu-bantu Mama. Kenapa? Karena kesimpulan kami, dia belum bisa mengendalikan diri agar tidak terpengaruh orang lain. Nah, sanksi yang kami sepakati diharapkan akan membuatnya bisa mengendalikan dirinya lebih baik.

Ya, duluuu, saat kami mengajak anak-anak belajar berpuasa memang kami tidak terlalu mengedepankan berpuasanya, tetapi lebih pada pengendalian diri, kejujuran, dan....latihan berpuasa. Jadi, kami tidak mau menerima puasa dengan kebohongan. Kalau tidak kuat, lebih baik bilang ke Mamanya, dan aku akan ajak mereka menganalisa dan memberi pilihan apakah mau berbuka atau terus. Nggak masalah kalau nggak kuat, namun sangat masalah kalau bohong (berbuka sembunyi2).

Heiii......kok guru BP nya telpon aku, dia ingin aku menjadi "Ibu" bagi teman-teman anakku yang "tidak mempunyai Ibu". Dalam arti Ibu mereka bahkan tidak peduli anaknya pulang sekolah jam berapa, langsung pulang atau tidak, kemana, main apa, sama siapa, dsb.

Lha......GR sih, tapi kan aku nggak bisa masuk ke "wilayah" orang lain tanpa ijin atau permintaan Ibu Bapaknya. Maaf, lha wong anakku aja masih kecolongan gini. Gimana mau ngurusin anak orang?? Ntar disalahin, lagi.

"Ibu, justru saya kagum dengan cara Ibu Bapak mengatasi masalah anak Ibu ini. Saya rasa cukup bijak dan bagus untuk remaja seusia mereka yang masih labil dan sangat perlu pendampingan."

Amiiin, semoga remaja gantengku menjadi muslim sejati, yang dicintai Allah. Dan semoga teman-temannya bisa mendapatkan Ibu Bapaknya kembali. Aduuuh....masih iman yang paling lemah nih! Mendo'akan dalam hati!!

Hmmm....memang anak berbeda-beda. Ya, anak pertama kami (SMA) sejak dulu lebih calm. Kalaupun ada masalah yah, berbeda. Yang ini, gaul habis!! So, terpaksa Mama Papanya ikutan gaul. Ngertiin, ikut main musik lagu-lagu sekarang, bahasa gaul juga ngerti (dikit-dikit sih), yah....pokoke ikutan gaul. Hopely, dia akan terbuka dengan kami.

Naaahh.....jangan kaget kalau kami di rumah main gitar, keyboard, nyanyi lagu yang lagi "IN". Ha...ha....ha..... bukan sok muda lho! Emang masih muda to??!! He he he.........Selamat menikmati mempunyai anak remaja!

Tidak ada komentar: