Halaman

Senin, 21 April 2008

KARTINI, BANGGA ATAU MENANGIS ??

Jika RA Kartini melihat kondisi perempuan Indonesia saat ini, bangga atau menangiskah dia?

April adalah bulan dimana kita memperingati Hari Kartini. Kartini selalu dikaitkan dengan EMANSIPASI. Emansipasi memang sering disuarakan dengan lantang oleh banyak pihak. Padahal, aku nggak yakin, mereka mempunyai pemahaman yang benar tentang itu, Apalagi dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

Perempuan banyak yang menduduki jabatan strategis, apakah itu emansipasi?
Perempuan mengerjakan pekerjaan laki-laki seperti menjadi montir, petinju, atau pekerjaan lain yang lebih memerlukan kekuatan fisik laki-laki, apakah itu emansipasi?
Jika perempuan menjadi anggota dewan di parlemen mencapai 30% atau bahkan lebih seperti janji atau tuntutan sebagian pihak, apakah itu emansipasi?
Jika perempuan bekerja keluar rumah dari pagi sampai malam, dinas ke luar kota atau bahkan ke luar negeri berhari-hari, apakah itu emansipasi?
Jika perempuan sekolah sangat tinggi, lalu merasa sayang jika harus di rumah mengasuh anak-anak, dan menganggap sudah cukup jika anak-anak dia tinggal dengan nenek, pengasuh, pembantu, lalu dia menganggap supervisinya sudah merupakan kualitas, apakah itu emansipasi?
Jika perempuan yang bekerja di luar rumah, namun tetap memberikan ASI kepada bayinya dengan diperah, dan sederet instruksi ribet kepada nenek, pengasuh, atau pembantunya, apakah itu emansipasi?
Jika perempuan di rumah, "mengaku" mengedepankan pengasuhan anak-anaknya, padahal sebenarnya dia di rumah karena tidak ada kesempatan bekerja di luar rumah, apakah itu emansipasi?

Ataukah,
Perempuan yang tidak banyak dikenal, namun cekatan, sabar, dan smart dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya, selalu mengajarkan kebaikan, akhlaq mulia, dan selalu belajar dalam kondisi apapun. Mencintai keluarga, selalu berbuat untuk sesama, dan tidak segan mencari tambahan nafkah tanpa harus meributkan eksistensinya. Tidak pernah sedikitpun memikirkan keadilan atas dirinya. Apakah ini emansipasi?

Apakah anda perempuan "hebat", terkenal, menduduki jabatan tinggi, bergaji besar, berpendidikan (akademis) tinggi. Ataukah anda perempuan "biasa", tidak banyak yang mengenal anda (bahkan tetangga pun hanya mengenal nama suami anda), tidak mempunyai jabatan selain "nyonya", gaji suamipun hanya numpang lewat dan masih harus berimprovisasi, tidak pernah sempat bersekolah lagi sejak menikah.

Di Hari Kartini ini, marilah kita semua introspeksi diri, marilah bangkit dan mulai berbuat. Allah menitipkan calon pemimpin di rahim kita, mempercayakan penyusuannya pada kita, mempercayakan pengasuhan dan pendidikannya di awal usia mereka, bahkan seterusnya kepada kita. Jangan sia-siakan titipan Sang Pencipta ini. Jangan terlena dengan fata morgana dunia. Jangan lupa, nanti kita akan dimintai pertanggungjawaban atas titipanNya. Bagaimana bangsa ini nantinya, apakah hancur ataukah jaya ada di tangan kita, Perempuan Indonesia.

SELAMAT HARI KARTINI.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hello!

Nggak terasa udah mau Hari Kartini lagi ya?

Ini ada artikel tentang Kartini juga, "Hari Kartini, Pahlawan Pendidikan" di cantik40s.blogspot.com.

:)

Thanks,
AFM