Halaman

Senin, 14 April 2008

BERLIAN SULUNGKU & MOTOR

Berlian sulungku yang ganteng memang sudah remaja. Ehm......anak SMA gitu loh! Heiii....baby dempalku ternyata sudah 15 tahun!! Waaah....waktu seakan "berlari".

Rasanya baru kemarin aku menimang bayi "mungil" yang lahir 2,3 kg dan tinggi 47 cm. Dengan ASI Eksklusif 6 bulan (meski saat itu anjuran baru 4 bulan) n diterusin "hanya" ASI + makanan pendamping ASI sampai 2 tahun, saat dia 3 bulan sudah 7,5 kg!! Ha ha ha....dokternya aja sampai heran; "Ibu, ini yang kemarin lahir mungil?" Yah, sampai hampir lulus SD berlianku ini memang cukup "buntel". Naaah....sejak SMP badannya "modod", tinggi besar, meski sekarang dia merasa kurang tinggi dengan tinggi +/- 173 cm dan berat 63 kg.

Heii.....gantengku ini sudah minta naik motor ke sekolah. Wah....wah.....gimana nih? Aku memang sangat ngeri melihat motor-motor di jalanan Jakarta. Sering aku harus sangat bersabar jika nyetir mobil melihat tingkah polah pengendara motor yang egois, seakan mereka boleh melanggar etika berlalu lintas. Lha, anakku mau bergabung dengan mereka? O.....no......!!!

"Ma, SIM C itu kalau sudah umur 16 tahun?"
"Emangnya kenapa cinta?"
"Nggak papa, nanya aja. Tapi ngemeng-ngemeng Ma, aku nanti kelas 2 sudah 16 tahun lho!"
"So what?"
"Aku kan pengen meringankan beban Mama, biar lebih irit ongkos ke sekolah."
"Mama masih kuat kok ngongkosin Mas Hafizh naik angkot, kalau perlu jemput pakai mobil. Nggak berat tuh beban Mama. Malah akan menjadi berat jika Mas naik motor ke sekolah."

Dia senyam senyum penuh arti. Memang dia sudah bisa mengendarai motor. Tetapi hanya boleh jika di lingkungan komplek perumahan kami. Itupun dia hanya akan menggunakan jika ada keperluan. Alhamdulillah, dia sudah terbiasa dengan hal itu. Hanya jika ada keperluan. Kalau bensin motor habis, dia akan bawa jerigen naik angkot ke POM bensin depan komplek untuk beli bensin.

Secara, Mamanya juga meski ada mobil sendiri, punya uang sendiri, hanya akan menggunakan jika ada keperluan. Sering ibu-ibu lain mengatakan; "Kalau aku seperti Ibu, aku akan jalan-jalan ke Mal, belanja sesukaku." Ha ha ha.... aku memang takut kalau sampai Allah menganggapku suka bertindak mubadzir. Jadi aku hanya tersenyum mendengar pendapat ibu-ibu itu. Lemah ya imanku, hanya sebatas hati. Habis, aku sudah pernah bilang yang bener, mereka nggak peduli, malah nertawain.

Kembali ke buah hatiku, ternyata dia juga mengajukan proposal itu ke Papanya. Papanya sih memang best friend kalau sama jagoan-jagoan kami. Man to man!!

"Lho, kalau Mas Hafizh mau naik motor ngapain nunggu 16 tahun? Sekarang juga boleh."
"Bener, Pa?"
"Lhaa...Papa mana pernah bohong? Naik aja, itu motornya di teras boleh dinaikin."
"Yaaa.....Papaaa..... mengendarai PA!"
"Boleh juga, bolak balik aja di jalan depan rumah!"
"Di jalan raya, ke sekolah."
"Naa....itu baru masalah! Proposal ditolak."

Ha ha ha.... ternyata masih jalan buntu. Kami memang belum merelakan pujaan hati kami untuk berkendara di jalan raya bergabung dengan begitu banyak pengendara lain yang kami sudah lihat setiap hari kelakuannya.

Dengan ditolaknya keinginannya naik motor ke sekolah tetap tidak membuat belahan jiwa kami ini marah, protes keras, atau ngambek. Dia sudah terbiasa dari kecil untuk melihat semua masalah dengan obyektif. Kamipun tidak pernah menolak keinginannya tanpa alasan yang benar. Dia tahu, kami sangat sayang sama dia. Dia sadar, dia adalah salah satu berlian indah kami. Dan hanya yang terbaik yang akan kami berikan padanya. Menurut kami, saat ini yang terbaik adalah; DIA BELUM BOLEH MENGENDARAI MOTOR DI JALAN RAYA !!

Entahlah, kapan kami akan ijinkan dia naik motor di jalan raya.

Tidak ada komentar: