Halaman

Rabu, 06 Februari 2008

Kacang Ijo dan Matematika

Hari ini aku masak bubur kacang ijo pesenan suami tercinta. Sebenarnya pesennya sudah 2 hari yang lalu, namun karena tidak ada yang bantuin beli kelapa parut di pasar depan, ya akhirnya delay masaknya.

Untungnya dia cukup sabar dan mengerti kalau aku paling males marut kelapa, juga tidak mau pakai santan dalam kemasan siap pakai. Sudah gitu, aku selalu melarang suami dan anak-anak untuk jajan kalau tidak kepepet. Aku akan buatkan sendiri, lebih enak (he he he muji diri), murah, sehat (yang terpenting!!), banyak lagi!! Bisa nambah semaunya. Banyak ya aturannya??!

Nah, hari ini eksekusi atas kacang ijo terjadi. Kacang ijo sudah empuk, kelapa parut sudah diambil santannya, eee.... mana gula merahnya?? Waduh....ada aja yang kurang. Biasanya aku selalu sedia.

Ya sudah aku menunggu berlian ganteng pulang sekolah. Rafi (8 tahun) adalah kandidat pertama (yang pertama pulang).

"Mas, bisa Mama minta tolong belikan gula merah di warung?"
"OK, aku ganti baju dulu ya. Berapa gram? Dia suka nanya Ma."
"Mama perlu seperempat kilo. Satu kilo itu 1000 gram. Jadi berapa gram ya Mas?"
"250 gram ya Ma?"
"Hebat memang anak ganteng Mama ini. Betul sekali. OK banget ngitungnya Mas. Nanti bilang saja seperempat kilo, gitu ya."
"Iya, tapi yang jual suka nanya gramnya. Ngetes aku ya ma?"
"Mungkin. Atau menurut Mama sih dia bukan ngetes, tapi memang sudah tahu kehebatan Mas Rafi ngitung. Jadi seneng aja kalo ngasih soal ke Mas Rafi. Kan jawabnya selalu OK kan? Sudah bener, cepet lagi."
"Ya sudah, aku pergi ya Ma, assalamu'alaikum...."

Wah...wah....untung ada berlian hebat yang selalu siap membantu Mamanya. Begitulah, tetanggakupun ikut membantuku mendidik anak-anak dengan memberi pertanyaan-pertanyaan ringan saat bertemu anak-anakku. Biasanya, uang kembalianpun akan ditanyakan ke Rafi, berapa uang kembalian yang harus diberikan oleh pemilik warung. He he he padahal kalau yang belanja anak lain mereka nggak nanya-nanya lho!!

Tidak ada komentar: