Hikcs......hikcs.......sediiih banget deh.
Ya, 2 minggu lalu, berlian sulungku yang sudah mendapatkan SIM C nya dengan dispensasi umur dari Kepolisian. Beneran lho, dia meski umur belum cukup, tetapi mendapat SIM C resmi, bukan nembak atau semacamnya. Weeee........aku anti banget cara-cara seperti itu. Apalagi untuk berlianku tercinta. Mereka aku didik bener!!! Mamanya aja selalu berusaha menempuh jalan bener. Deee........narcistnya kumat ya?! Dia diperbolehkan ikut ujian karena (mungkin) polisi melihat dia cukup bertanggungjawab (terbukti dari kiprahnya di organisasi siswa), tidak grusa grusu, emosional, santun.....panteslah mendapat SIM.
Dia diijinkan mencari SIM kolektif dengan ijin kami, FC KTP kami berdua, Akte kelahiran, KK, walaaah.....cari SIM nya pakai data komplit banget ya. Trus......dia menempuh ujian seharian, dari pagi sampai sore (maghrib). Sepulang dari Samsat, dia masuk kamarku sambil menggigit SIM, dan memamerkannya padaku. Senyum bangga mengembang dari bibirnya setelah SIM dia ulurkan ke aku.
"So, Mamaa......boleh donk Mas Hafizh naik motor ke sekolah?"
"Kata siapa?"
"Yaaa.......Mamaa......kan sudah dapat SIM, berarti boleh naik motor ke mana aja."
"Kata siapa sayangku?"
"Mamaaaa.....polisi aja sudah ijinin!!!" Ha ha ha dia mulai gemes sama Mamanya.
"Tapi.....Mama Papa belum tentu ngijinin kan? Polisi boleh aja ijinin, tapi belum cukup sampai ada ijin Papa Mama."
"Ok, sekarang Mamaku yang cantik, pinter, baik hati, ngijinin kaaan.............." Waduuuuh.......rayuan mautnya mulai diluncurkan. Gimana nih? Rayuan Papanya aja membuatku "klepek-klepek", apalagi rayuan anaknya? Duuuh...........
"Ntar ya, Mama diskusi sama Papa dulu setelah Papa pulang nanti."
"Waaah.....jadi lama lagi nih. Ya udah, nanti Mama rayuin Papa ya......"
Setelah diskusi lama n sengit (agak lebay sih ini mengungkapkannya) maka kami memutuskan dia hanya boleh naik motor ke sekolah di hari tertentu, dan tidak setiap hari. Manyun juga sih dia. Lucu! Si dempal kami sudah ABG, tapi tetep......... LUCU!!
Naah......di hari pertama dia ke sekolah naik motor, kami ikhlas, ijinin dia, ridho deh, dia bonceng adiknya sampai ke angkot arah sekolah adiknya. Sore harinya....... dia pulang aku bukain pintu pagar......... Celana panjangnya sudah robek, wajahnya kuyu, kaki pincang, waduuuuh........sediiih......remuk hatiku melihatnya.
"Mamaa........tadi aku jatuh, kesenggol mobil. Trus di sekolah di UKS, tidur, siang baru sekolah lagi. Sakit, Maaa.........."
Tanpa komentar apapun, aku langsung ajak dia masuk, aku bersihkan luka yang sudah diberesin UKS di sekolah, sementara dia terus bercerita kronologisnya. Ya, memang bukan dia yang salah, dia sudah cukup hati-hati, dan penabraknya pun mau bertanggungjawab, ngajak ke RS, mau ganti rugi, betulin motornya, ngobatin dia, tapi berlianku menolak. Entahlah......mungkin dia nggak mau ngrepoti, meski dia ditabrak. Aku nggak begitu peduli dengan semua itu, karena aku concern dengan keadaan berlianku tercinta.
"Tapi Ma, Adek nggak papa kok. Aku tahan motornya dengan kakiku supaya Adek nggak jatuh. Supaya Adek nggak luka."
Masya Allah.......trenyuh sekali aku mendengarnya. Bangga juga. Dia masih mikirin adiknya (yang sudah SMP dan badannya juga besar) meski dalam kondisi seperti itu. Dan.....saat adiknya pulang sekolah, dengan telaten si Adek melayani semua kebutuhan Masnya yang sedang sakit. Hm.......mereka memang berlian. They love n care each other. Bangga lho!
"Mama.....aku ini dihukum Allah."
"Kok? Memang kenapa?"
"Yaa.....kan aku sempat mbantah Papa Mama saat dinasihati jangan naik motor tiap hari ke sekolah. Biar nurut, aku masih nggak percaya Mama Papa. Aku pikir Mama Papa lebay, terlalu sayang sama aku, jadi paranoid. Sekarang aku tahu kenapa Mama Papa khawatir. Kita sudah hati-hati pun belum tentu aman. Orang lain juga bisa membuat kita celaka. Maaf ya Ma......"
Aku nggak perlu lagi bicara. Dia sudah sangat faham kekhawatiran kami. Dia memang berlian. Semoga selalu menjadi berliannya Allah. Pilihan, berharga, indah, berlian!
Hei......sekarang dia sudah sehat, kaki sudah Ok, berkat urutan Papanya dengan penuh cinta. Sebagai mantan anggota PMR dan pramuka ternyata masih bermanfaat keahlian PPPKnya. Juga obat sudah kami beli berdasar resep seorang dokter sahabat kami yang datang nengokin aku yang sedang sakit. Sekalian dia lihat luka-luka berlianku yang perlu diberi obat minum juga.
Perban, obat oles, tiap hari kami ganti sambil dia juga belajar sendiri jika kami nggak sempat. Yah.....kami memang selalu berusaha mengurus anak-anak sendiri, apalagi jika mereka sakit, sedih, punya masalah. He he he....makanya mereka sering mengatakan kalau kami berdua bukan sekedar akuntan, tapi juga dokter, perawat, chef, teman, psikolog, dll. Komplit! Walaaah......... siapa lagi yang muji Mama Papanya!
Bahkan.......kemarin berlianku sudah naik motor lagi ke sekolah, dengan lebih bijak. Dia ukur sendiri kapan bisa naik motor ke sekolah kapan harus naik angkot. So.......berlian. Keep shining..............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar