Halaman

Kamis, 15 Juli 2010

Rambut Gondrong Berlianku

Hehehe............ suka duka punya ABG sedang aku nikmati. Aku pun mesti 'gaul' kalau mau dekat dengan mereka. Bahasa gaul, nyanyi main musik bareng, ngafalin lagu-lagu anak band masa kini, termasuk menampung teman-teman mereka nginep di rumahku lengkap dengan segala kerepotannya yang menyenangkan meski capek .

Setelah selesai dengan hiruk pikuknya penerimaan siswa SMA baru online, maka berlianku (Alhamdulillah yang tetap mendapatkan pilihan pertamanya) harus daftar ulang, beli seragam, dll dll. Yah, begitu deh. Meski tidak pernah dibicarakan apalagi tertulis di juklak maupun juknis PPDB, namun bela beli dan bayaran sudah bisa aku prediksikan berdasarkan pengalaman. Belum lagi pelaksanaan yang tidak rapi sehingga menyusahkan murid baru dan orangtuanya (hahaha........... ini sih curcol ).

Meski ditulis di sana sini tentang jam pengukuran seragam jam 08.00, namun hingga jam 9 masih belum ada tanda-tanda yang melegakan. Demikian juga pembagian tempat berdasar ranking yang aku nilai bagus agar memudahkan pun ternyata tidak jalan. Hanya ada 1 ruang yang ada petugasnya sehingga seluruh murid baru tumplek blek berdesakan di situ karena tidak ada sistem antri ataupun cara lain yang digunakan oleh panitia.

Ya sudah. Karena aku memang hanya penggembira, hanya menemani berlian gantengku agar dia yakin bahwa aku perhatian, maka aku hanya duduk manis menunggu berlianku berjuang berdesakan memesan seragam yang memang hanya dijual di sekolahnya (ada logonya). Aku perhatikan di sudut teras ada onggokan rambut bekas cukuran. Hmm........... jangan-jangan itu hasil dari 'razia' anak-anak yang gondrong. Hahaha.......... bagaimana ya reaksi gantengku yang pada suka agak gondrong itu melihat hal ini???

Setelah melalui berbagai aral merintang (lebay banget nggak sih??) kamipun lalu pulang. Dalam perjalanan, berlian gantengku membahas perihal ke gondrongan rambutnya yang begitu dia sayangi yang sebentar lagi harus dia relakan untuk diserahkan kepada tukang cukur langganan di depan komplek.

"Ma, kenapa sih rambut harus pendek? Emang apa pengaruhnya ke sekolah?"
'Ya, kalau kata Mama sih nggak papa. Terserah yang punya rambut. Asal rapi, bersih, dan tidak mempengaruhi akhlak dan tingkah lakunya menjadi jelek karena gondrong. Lagian, setahu Mama juga tidak ada ayat atau hadist yang melarang rambut gondrong.'
"Nahh!! Ini orangtua yang TOP, gaul, gak jadul. Boleh donk Ma."
'Boleeh.......... tapi kalau di sekolah ada peraturan rambut harus pendek, ya kalau nggak mentaati harus menanggung sendiri akibatnya. Misalnya dicukur di sekolah dengan semena-mena.'
"Iiiih........... sebel deh! Coba guru-guru itu pemikirannya sekeren Mama. Tapi Ma, Mas Hafizh dulu kok sering gondrong di sekolah nggak papa?"
'Ya sebenarnya apa-apa. Tapi mungkin karena Mas Hafizh pinter, aktif, sopan, disiplin, dan meski gondrong tetep rapi. Jadi gurunya tidak melihat perlunya merazia Mas Hafizh.'
"Oooo.......... gitu ya caranya? Aku sih emang rencana mau aktif. Kan di SMP aku juga ketua OSIS. Aku juga mau tetep pinter, tambah pinter di SMA. Trus, aku juga mau sopan , disiplin dan rapi. Duuh.......... yang ini aku harus kerja keras ya Ma?"

Hahaha................... Alhamdulillah kalau dia menyadari kekurangannya. Rapi dan disiplin. Semoga kesadaran akan membuatnya lebih ringan mengatasi kekurangannya itu. Hhhhh................... emang sebenarnya untuk mengarahkan anak tidak perlu bersitegang teriak-teriak atau marah, bukan? Kesukaannya, keinginannya, bisa dijadikan jalan masuk mengarahkannya untuk kebaikannya.

Selamat berjihad (di sekolah baru) berlianku.............. terangi dunia akhirat dengan kilaumu.

Tidak ada komentar: