Halaman

Rabu, 21 Juli 2010

Pendidikan Yang Baik???

Sampai saat ini, mungkin aku masih mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat kebanyakan orang tentang pendidikan yang baik. Bagiku, pendidikan yang baik akan memberikan kenyamanan bagi anak untuk belajar namun bukanlah kemewahan tempat belajar, memberikan kesempatan bagi anak untuk berkreasi dan berkarya namun bukanlah keliaran tanpa batas, dan membiarkan potensi anak berkembang maksimal namun tetap dalam koridor dan arah yang benar.

Hal ekstreem seringkali dianut oleh para pendidik, orangtua, orang dewasa di sekitar anak. Ada orang yang menganggap 'keras' adalah hal paling tepat diterapkan agar anak disiplin. Ada orang yang menganggap 'bebas' yang maksudnya permissivism adalah hal yang seharusnya dilakukan agar anak bebas berekspresi, berkreasi. Bagiku dua-duanya bukanlah cara yang tepat, karena kita diberi akal pikiran dan kemampuan memilih memilah menganalisa untuk menentukan mana yang baik mana yang buruk serta mana yang benar dan mana yang salah. Sudah menjadi kewajiban kita untuk menggunakan akal pikiran itu guna menganalisa dan menimbang sebelum bersikap, berbuat, dan bertindak.

Masih banyak pula orang yang menilai keberhasilan suatu pendidikan dilihat dari prestasi-prestasi sesaat seperti juara ini itu, pemenang olympiade internasional, pekerjaan yang hebat, atau bahkan kekayaan melimpah. Padahal bagiku semua itu hanyalah bagian kecil, sangaaat kecil dari kemungkinan sebagai keberhasilan pendidikan. Yah, baru 'kemungkinan' karena harusnya dilihat terlebih dahulu apakah semua itu suatu keberhasilan pendidikan ataukah justru suatu 'kesalahan' dalam pendidikan.

Keberhasilan pendidikan bagiku adalah jika seorang anak melalui seluruh proses pendidikan, pembelajaran, dengan penuh semangat, menikmati, bahagia, sehingga belajar yang pastinya akan dia lakukan sejak lahir hinga mati adalah suatu proses yang dengan senang hati dilaluinya. Pribadi pembelajar inilah suatu keberhasilan pendidikan.

Aku tidak pernah menganggap anak juara adalah keberhasilan pendidikan, karena bagiku proses dan sikap juaranyalah yang perlu ditanamkan sedangkan predikat juara karena dia memang mendapatkan nilai terbaik hanyalah suatu akibat yang memang sepantasnya dia peroleh.

Aku tidak pernah menganggap anak yang memenangkan medali keilmuan tingkat internasional adalah bukti keberhasilan pendidikan, karena bagiku bagaimana dia mengerti arti dan makna sebuah ilmu sehingga pantas untuk dipelajarinyalah yang seharusnya ditanamkan. Medali hanyalah suatu akibat logis yang sudah sepantasnya diperolehnya jika dia mempelajari ilmu itu dengan niat, tujuan, dan proses yang benar.

Aku tidak pernah menganggap orang yang gelar kesarjanaannya berentet, sampai sekolah di tingkat tertinggi, adalah bukti keberhasilan pendidikan. Karena bagiku kemampuan keilmuannya, sikap mental keilmuannya, yang merupakan keberhasilan pendidikan.

Aku tidak pernah menganggap anak yang kemudian saat dewasa menjadi Presiden adalah bukti bahwa pendidikan atasnya berhasil. Karena bagiku alasan mengapa dia merasa perlu menjadi Presiden, bagaimana cara dia menjadi Presiden, dan bagaimana dia bertindak, bersikap, dan berpikir sebagai seorang Presidenlah yang menentukan apakah dia memang salah satu keberhasilan pendidikan atau bukan.

Bagiku, seorang tukang sapu yang profesional, pandai membawa diri, mengerti bagaimana mensyukuri hidup, paham bagaimana sejatinya hidup dan untuk apa hidup, justru sebuah keberhasilan pendidikan.

Sedangkan belajar agar juara, latihan keras agar memenangkan medali, meraih gelar agar karir bagus, menjadi Presiden namun tidak terlihat dampak positifnya bagi negara, semua itu adalah KESALAHAN dalam pendidikan.

Tidak ada komentar: