Halaman

Selasa, 04 Mei 2010

WISATA ROHANI #1 KE PASAR TRADISIONAL

Hari libur kemarin, aku pergi ke pasar tradisional dengan pacarku tercinta. Asyik sekali berjalan berduaan di tengah hiruk pikuknya pasar. Menikmati pemandangan menarik bagaimana berbagai barang ditawarkan, lengkap dengan beraneka model penjualan. Mulai dari kios-kios, lapak kaki lima, asongan, bahkan ada yang sekedar menggelar beberapa biji barang di hadapannya di lantai jembatan penyeberangan. Iya, di jembatan penyeberangan dengan paling hanya selusin barang saja. Tidak lebih dari selembar saputangan yang dipakai untuk alas dagangannya. Demikian juga yang asongan, hanya membawa beberapa biji barang saja.

Lalu ada juga yang menjajakan jasa seperti memanggul barang, dengan imbalan yang sangat murah. Sempat aku mendengar dan melirik berapa uang yang dia terima setelah memanggul barang yang menurutku berat banget. Lalu ada ojek sepeda, pijit, mengupas & mengiris bawang, dan jasa memilah dan membungkus barang juga ada.

Banyak sekali pelajaran hidup yang aku dapatkan di pasar tradisional. Dengan jumlah uang yang sama, aku bisa mendapatkan lebih banyak barang-barang dengan mutu yang sama. Ikan-ikanku tentu akan menyambutku dengan riang karena aku membawakan makanan mereka dari pasar dengan harga 30% lebih murah. Mereka juga akan mempunyai sumber oksigen baru, tanaman teratai, yang aku beli dengan harga hanya sepertiga dari terataiku yang dulu aku beli di toko tanaman hias. Lukisan-lukisan pacarku pun akan segera tergantung indah dengan pigura hasil buruanku di pasar dengan harga sangat bersaing karena aku juga membeli sekaligus banyak.

Namun, terkadang aku juga membeli sesuatu dengan harga yang aku sadari lebih mahal dibanding saat aku membelinya di luar. Hikcs.......... biasanya ini dikarenakan aku tidak tega melihat penjualnya. Setidaknya dia mencari rejeki dengan halal, tidak mencuri atau meminta-minta. Dan aku ikhlas membelinya dengan harga lebih mahal. Dasar!!

Sayang, tempatnya becek, kotor, semrawut, dan tidak terawat. Padahal tempat itu sumber rejeki banyak orang. Andai para pedagang menyadari bahwa pasar tradisional adalah lahan mereka menjemput rejekiNya, tentu mereka akan mensyukuri dengan merawat, membersihkan, merapikan, sehingga semakin menarik bagi pembeli untuk datang berbelanja atau sekedar melihat-lihat.

Yang jelas, bagiku pasar tradisional adalah salah satu tempatku berwisata rohani. Karena di sana aku bisa belajar banyak, membuatku mensyukuri hidup, melihat berbagai macam perjuangan, melihat banyak peluang, melihat banyak kesempatan, membuatku berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi, agar aku kembali recharge agar cukup menyiapkan bekal 'pulang' ku nantinya untuk menghadapNya.

Tidak ada komentar: