Halaman

Selasa, 21 Juli 2009

PESTA PERNIKAHAN

Menghadiri undangan pernikahan, baik itu undangan untukku sendiri (maklum sudah mulai dianggap tuwir), maupun menemani mama ke undangannya. Secara, mama kan kalau nggak ditemenin sendirian. Kasihan lah.

Nah, sehubungan dengan menemani mama inilah yang membuatku tergugah, menyesal, sedih, hhhhh.................. semoga aja keputusanku waktu itu adalah yang terbaik dan ada hikmahnya.

Yah, hampir di setiap undangan, jika menemani Mama, apalagi jika pernikahan anak teman Papa (alm), pasti pesta di gedung mewah atau hotel berbintang. Pestanya pun mewah dengan tamu undangan yang juga mewah. He he he............... istilah apa itu ya, tamu kok mewah? Hi hi hi......... biar seru ah. Maksudku tamunya ya rata-rata VIP di negeri ini, terutama di bidang perbankan. Secara, papa alm adalah seorang petinggi sebuah bank di negara RI tercinta ini.

Pesta yang meriah, mewah, dan tamu-tamu keren inilah yang seringkali membuatku sedikit menyesal. Aku agak menyesal dulu saat menikah nggak mau pesta meriah begitu. Heii............ jangan salah ngerti ya, aku bukannya menyesal karena nggak menikmati pesta meriah di pernikahanku lho (ehem............. sedikit sih). Tapi menyesal karena sangat mungkin aku telah mengecewakan keempat orangtuaku. Lho? Kok empat? Ya iyalah kan orangtuaku dan mertuaku.

Mungkin saja saat menikahkan anak-anaknya adalah saat bahagia dan kebanggaan bagi orangtua. Termasuk kemegahan pesta dan kedatangan tetamu, tentunya punya nilai tersendiri bagi mereka. Bukan sombong mungkin, tetapi pengakuan, eksistensi, dan kehormatan. Yah, aku dulu nggak mikir sampai ke situ. Apalagi saat kami menikah, Papa sedang ada di posisi yang cukup tinggi. Meski Bapak sudah pensiun, tapi beliau juga sangat dihormati dan tentunya sangat berharap bisa menikahkan aku, putri kebanggaannya dengan penuh kebanggaan.

Hhhh.................. bahkan sampai sempat terdengar meski samar-samar, kalau aku sudah hamil sebelum menikah, makanya pestanya sangaaaaaat sederhana. Apalagi untuk ukuran anak pejabat yang cukup tinggi. Waduuuuuh........................ amit-amit deh. Aku?? Hiiiii.................... sorry deh!

Tapiii...................... mereka nggak salah juga ya, bisik-bisik gitu? Hikcs............... makin sedih nih, jadi kebayang sedihnya keempat orangtua kami dulu saat kami maunya menikah sederhana. Padahal, biaya berapapun pasti mereka akan dengan senang hati mengeluarkannya untuk pesta kami.

Bapak, Ibu, Papa, Mama, ampuni kami berdua yang egois ini ya. Do'akan saja hidup kami berkah, sampai nanti di akhirat tetep bisa menjaga keutuhan ikatan yang telah direstui, sehingga menjadi berkah bagi kita semua, penghalang jilatan api neraka, dan mempertemukan keluarga kita dalam kebahagiaan di syurga.

Amiiiiin............................

Tidak ada komentar: