Halaman

Kamis, 29 Oktober 2009

TERLAMBAT, NGGAK BOLEH MASUK SEKOLAH???

Lebih 2 tahun lalu saat aku menemani sulungku mencari SMA, kami agak mengalami kesulitan. Bukan karena nilai UAN berlianku jelek, tetapi karena dia lulusan SMP di luar Jakarta. Kami harus sudah mulai mendaftar sebagai calon pendaftar ke sekolah di Jakarta beberapa hari sebelum pendaftaran dimulai.

Lalu................

Wuih, ternyata keribetan tidak berhenti hanya sampai di situ. Bagi lulusan SMP dari luar Jakarta hanya bisa menempati jatah 5% dari keseluruhan daya tampung setiap sekolah. Berarti berlianku harus bersaing untuk mendapatkan tempat di 5% tadi.

Waaah.................

Jangankan mikir bisa masuk sekolah favorit, bisa masuk saja sudah bagus nih. Untung saja berlianku mempunyai mama yang ok, hebat, cerdas, berwawasan luas, dan bijak. Hahaha.............. jangan pada marah dulu ah! Maksudku, bagiku nggak masalah apakah berlianku masuk sekolah favorit atau tidak. Yang penting, di manapun dia berada, di manapun dia bersekolah, dia selalu menjadi favorit dan membuat sekolahnya menjadi favorit.

Akhirnya dia bisa diterima di sekolah "biasa-biasa saja", dia pun menjadi murid yang "biasa-biasa saja", namun ternyata nilai dia tertinggi. Hehehe............... kok nggak nyadar ya, baru tahu setelah ada orang lain yang memperhatikan susunan nilai. Maklum, bagi kami itu bukanlah prioritas utama. Habis, sudah biasa tertinggi sih sejak mamanya dulu. Kwkwkwk..............................

Waktu berlalu dengan pasti. Prestasi berlianku? Biasa aja sih (biasa paling bagus maksudnya, hahaha...........), aktifitas seabrek sampai aku dimintai tolong oleh wali kelasnya agar menasihatinya untuk tidak terlalu banyak kegiatannya. Tapi bagaimana mungkin? Semua memintanya. Bahkan sejak kelas satu sudah dicalonkan menjadi ketua OSIS, pembina pramuka memintanya aktif di pramuka, Rohis, dll semua meminta keterlibatannya. Alhamdulillah, setiap kali terima rapot wali kelasnya selalu mengatakan kalau dia masih termasuk yang terbaik. Namun tetap juga memberi pesan yang sama, jangan terlalu banyak kegiatan.

Pernah suatu hari motornya bermasalah saat dia berangkat ke sekolah, sehingga dia harus mampir ke bengkel dan menghabiskan waktu cukup lama. Dan dilengkapi dengan sulitnya menghubungi aku sehingga aku tidak bisa memberitahukan ke pihak sekolah mengenai keadaan dia. Setela aku tahu, aku datangi, aku antar dia ke sekolahnya, namun dia mengatakan jika aku tidak perlu turun dan bilang ke gurunya. Ok! Tapi ternyata belum lagi jauh dari sekolahnya, gurunya menelponku untuk meyakinkannya. Sayang diiringi sedikit kata-kata kurang sedap tentang keraguannya atas kejujuranku dan anakku, di telingaku. Lha? Dewi gitu. Langsung aku tantang apakah aku perlu balik ke sekolah dan beradu argumen dengan guru itu (yang ini memang belum mengenalku). Rupanya kemudian ada mantan wali kelas anakku (yang tahu reputasiku, hehehe.....), sehingga aku tidak perlu balik ke sekolah.

Pernah juga, aku sedang mengedarai mobilku sendirian. Ada di suatu tempat, beberapa anak SMA ngobrol di pinggir jalan di jam sekolah. Aku tentu saja berhenti meski tidak mengenal mereka. Dan mereka bilang jika mereka terlambat, sehingga tidak bisa masuk sekolah lalu hang-out di pinggir jalan. Waduuuuh............... segera aku tawarkan untuk menemani mereka ke sekolah untuk menjelaskan kepada guru sekaligus agar anak-anak tadi berusaha lebih baik lagi sebagai murid. Kata mereka, ibu bapaknya sibuk kerja, mana mereka tahu jika anaknya terlambat dan tidak bisa masuk. "Kalaupun tahu, paling kita-kita diomelin. Gurunye, malah dikasih sogokan hadiah." Astaghfirullah................ kasihan sekali kalian, nak. Meski, jujur, aku belum begitu mempercayai anak-anak itu juga sih. Apa iya sih, sekolah melarang anak muridnya masuk jika terlambat. kan itu bukan mengayakan, malah membuat murid kehilangan jam belajar dan sangat mungkin malah terpengaruh hal buruk jika mereka hang-out di luar sekolah.

Kemudian......................... beberapa hari yang lalu....................

Hari itu aku silaturahim ke rumah teman yang mempunyai anak SMA. Dua anaknya yang sekolah di SMA yang cukup favorit di Jakarta. Siang, masih jam sekolah, kok dua anaknya itu muncul. Katanya mereka terlambat sehingga tidak boleh masuk dan mengikuti pelajaran. Mereka terlambat karena ban motornya meletus di perjalanan saat berangkat sekolah.

"Kenapa ibunya tidak datang saja, menjelaskan?" tanyaku ke ibunya. Ibunya bilang tidak ada gunanya karena sudah pernah terjadi, dan mereka tidak mengijinkan murid yang terlambat untuk mengikuti pelajaran hari itu.

Haaaa??????? Tentu saja aku sangaaaaat heran. Itu lembaga pendidikan atau kamp konsentrasi sih? Qiqiqiq................. lebay nya kumat nih! Saat aku ceritakan ke berlianku, dia bilang sekolah lain (notabene favorit juga) juga menerapkan peraturan seperti itu. Masyaaaa??????? Aku sih masih belum percaya, sebelum aku datangi sendiri sekolah-sekolah itu. Tapi................ akan aneh kalau aku tidak ada urusan apa-apa masuk dan tanya ke sekolah-sekolah itu, bukan???

Tapi menurutku aneh bin ajaib binti sangat tidak bermutu jika aturan seperti itu benar diterapkan oleh sekolah untuk murid-muridnya. Bagaimana mungkin lembaga pendidikan milik negara (sekolah negeri) yang menghalangi muridnya, yang notabene anaknya rakyat, pemegang saham atas negara yang memiliki sekolah negeri tersebut, untuk mengikuti pelajaran, menimba ilmu, menyiapkan diri sebagai penerus bangsa, hanya karena terlambat???

Mengapa tidak memberikan hukuman, mendisiplinkan anak didik, dengan tujuan mengayakan mereka? Bukan menghalangi mereka belajar!

Heiiiiiiiiiiii...................... para orangtua! Sudah tahu belum adanya peraturan sekolah seperti itu? Sudah pernahkah anak-anak Anda terlambat? Lalu apa yang bapak ibu lakukan? Marah ke anak, menjelaskan atau protes ke guru, nyogok guru, atau cueks bebeks yang penting naik jabatan, gaji, dl??? Jangan sibuk mengejar karir, menumpuk harta, tanpa peduli anak bangsa donk. Yuks, bersatu padu menyiapkan anak bangsa untuk meneruskan estafet perjuangan ini. Jangan sampai terjadi "lost generation" hanya karena keegoisan orangtua, orang dewasa, yang seharusnya menjadi pembimbing, pembina, pendidik, dan contoh teladan anak-anak kita, generasi penerus kita.

Nggak mungkinlah aku setiap hari menyisir jalanan untuk menolong anak-anak yang terlambat dan tidak boleh (tidak berani) masuk sekolah! Bagaimana jika semua orangtua aware, peduli, perhatian, kepada anak-anak?

Ada yang berminat untuk bergabung? Save our next generation!

Tidak ada komentar: