Halaman

Kamis, 10 Mei 2012

Kalau Mimpi Jangan Tanggung Tanggung

Aku selalu menanamkan kepada berlian2 indahku untuk mempunyai mimpi besar. Jangan tanggung2. Semua hal yang dulunya mustahil sekarang menjadi kenyataan karena mimpi besar seseorang di masa lalu. Berlian2ku yang besar sudah mengerti maksudku. Tapi Princess cantikku yang saat itu mungkin baru usia 2 tahunan yang juga ikut menyimak malah bengong! Hahaha......ekspresinya lucu menggemaskan, dan tentu saja menjadi sasaran empuk mas2nya untuk berebut mencium pipinya bertubi-tubi.

"Kenapa mimpi harus besar Ma?" tanyanya polos makin lucu.
"Bukannya mimpi itu seterah (baca: terserah) tidurnya?' lanjutnya makin gak ngerti maksudku.

"Hmm.......maksud Mama dek......mimpi ini bukan mimpi saat tidur. Tapi mimpi sama dengan keinginan. Jadi kalau ingin sesuatu jangan tanggung2 tapi yang besar sekalian." ya ampuuun aku lupa kalau anak-anakku beda usianya jauh. Sehingga aku harus mencari kata-kata yang bisa dimengerti oleh mereka semua tanpa kecuali namun tetap bisa sampai maksudku.

"O......maksud Mama kalau adek ingin punya sepeda jangan yang jelek, tapi yang bagus banget. Gitu?"matanya sampai terbelalak lebar bangga merasa sudah bisa mengerti seperti mas-masnya.

"Cerdasssshhh........" teriak mas-masnya sambil kembali berebut mencium adiknya yang langsung menenggelamkan muka imutnya ke pangkuanku. Dia sudah hafal dengan kebiasaan mas-masnya memanfaatkan segala situasi dan kondisi untuk menyerbunya.

*****

Saat usia 4 tahun Princess ke Kidzania. Seneng banget dia memasuki dunia kecil dimana dia bisa meniru kegiatan orang dewasa meski dia sedih belum bisa mencoba semuanya dikarenakan ada batasan usia. Kubesarkan hatinya dengan memberitahunya sisi menarik dari profesi2 yang dia bisa lakukan di sana. Akhirnya dengan riang dia menjadi 'buruh' berbagai pabrik. Hahaha.......tetep aja lucu dia mengenakan seragam buruh2 di beberapa pabrik itu. 

Kemudian.....dia juga menjadi dokter gigi. Hihii......jas putihnya terlalu besar untuknya. Nyaris tinggal mata jelinya yang terlihat setelah dia memakai masker segala. Sementara masnya yang SD sudah lari sana sini mencoba semua profesi. Gesit sekali dia mengejar waktu agar sempat menikmati semuanya. Polisi, pemadam kebakaran, dokter bedah, dll. Lumayan banyak karena dia bisa melakukannya sendiri tanpa harus aku temani atau aku pantau.

Setiap selesai dalam masing-masing pekerjaan tersebut Princess menerima upah berupa uang dan produk (promosi deh mereka). Lalu kuajari Princessku untuk menabung hasil kerjanya di Bank. Seneng banget dia melakukan semuanya sendiri mulai antri di kasir sampai mendapatkan kartu ATM nya. Lalu dia mengajakku ke mesin ATM untuk mengambil uangnya.

"Kayak Mama ya....." seringainya penuh sukacita. 

Lho?? Kok dia kembali berlari ke bank dan antri di depan kasir. Selesai bertransaksi, segera dia menghambur ke mesin ATM. Demikian berulangkali tidak peduli aku yang tergopoh-gopoh mengikutinya karena aku harus menyibak keramaian pengunjung tidak ingin kehilangan dia yang melesat bagai anak panah tak terhambat sama sekali oleh lalu lalang pengunjung lain. Tentu saja dia pasti langsung diberi jalan. Lha aku??

"Adek kok bolak balik bank mesin ATM terus? Apa gak ingin coba yang lain lagi?" tanyaku penasaran.

"Gak Ma. Kan waktunya tinggal dikit, kalau nyoba yang lain harus antri lagi. Ntar gak bisa dapat banyak. Lagian adek kan sudah punya uang banyak.." katanya tanpa mengurangi kegesitannya berlari mondar mandir. Kali ini aku gak ikut lari karena sudah tahu tujuannya. Jadi gak perlu khawatir bakal terpisah dengan cantikku itu. Hihihi.....rupanya dia sudah menghitung waktu. Pinternyaaaa..........

Akhirnya kami pulang dengan membawa uang2an yang sudah dia kuras dari rekening miliknya melalui ATM dan sekaligus kartu ATM nya. Terlihat puas sekali dia. 
*****

Besoknya........

"Ma.......adek mau donk punya ATM." pintanya. Hmm.....rupanya kegiatan kemarin menginspirasinya untuk mempunyai kartu ATM beneran.

"Ya....nanti kapan mama sempat kita ke bank ya buka tabungan buat adek yang ada ATM nya." jawabku cepat. Toh nanti kartu aku yang pegang. Pikirku.

"Emang ATM dijual ya ma di bank?" tanyanya penasaran.

"Lho? Gratis dek. Kan kalau kita nabung kita akan dapat kartu ATM dek. Bukannya waktu di Kidzania adek sudah pernah nabung dan dapat kartu ATM?" aku sungguh heran dengan pertanyaannya. Gak mungkin dia lupa.

"Yaaa......mama.....itu sih cuma dapat kartu ATM. Adek mau punya ATM nya." dia merajuk.

"Maksud adek gimana? Mama gak ngerti sayang. Mama kira adek ingin kartu ATM beneran bukan mainan kayak di Kidzania." jelasku makin heran dengan maunya.

"Adek mau ATM bukan kartu ATM. Itu lho ma....yang bisa adek masukin kartu ATM trus keluar uangnya."

"Waduh dek.......kok mintanya aneh-aneh. Mana ada yang jual ATM itu? Jangan minta yang susah donk sayang....mainan kayak gitu gak ada yang jual." rayuku.

"Kan mama sendiri yang bilang kalau mimpi jangan tanggung-tanggung."

Guuuuubbbbbrrrrrrraaaaaaaaagggggggg!!!!!!!!!!

Akhirnya kuputar otak. Dan........kutemukan kardus bekas rak sepatu di gudang. Bentuknya yang berupa balok hampir setinggi dada Princess kecil cocok sekali jika kujadikan mesin ATM. Kuajak ayahnya, mas2nya bahu membahu menyulap kardus bekas itu menjadi mesin ATM. Tapiii......hanya kartu ATM mainannya yg dari Kidzania yang bisa keluar masuk dari sana. Uangnya gak bisa. Nyrah aku kalau harus membuat uangnya bisa keluar juga.

Alhamdulillah itu cukup membuat Princess puas. Senyum lebar mengiringinya bermain 'mesin ATM' buatan kami itu seharian. Entahlah senyum lebarnya itu karena keinginannya terpenuhi atau karena berhasil membuat mamanya termakan oleh ucapannya sendiri; "Kalau mimpi jangan tanggung2."



6 komentar:

Anonim mengatakan...

hoahahaha....

mbaakkk, gemes banget baca cerita Princess ini...


Salam,

Devi Yudhistira

Unknown mengatakan...

Hehehe....makasih byk sdh berknan mampir.

Unknown mengatakan...

Hehehe....makasih byk sdh berknan mampir.

Unknown mengatakan...

Hehehe....makasih byk sdh berknan mampir.

Phinisi Tour & Travel mengatakan...

siip

Unknown mengatakan...

siip juga pak/bu...:-)