Halaman

Senin, 21 Mei 2012

Berkelahi Itu Tidak Baik, Tapi kalau Terpaksa Berkelahi.......

Tahu donk kalau berlianku itu berturut-turut tiga orang laki-laki semuanya? Hehehe......sering orang bertanya heran kepadaku kenapa mereka rukun-rukun saja, tidak berkelahi layaknya anak-anak mereka yang katanya berantem melulu. Hmm......Alhamdulillah memang mereka begitu. Rukun, seru, kompak, sejak mereka kecil hingga sekarang. Lalu apakah mereka berarti lembek, gak macho, penakut? Aku punya ceritanya........

Saat berlianku baru satu, jagoan, ganteng, dempal, namun aku wanti-wanti agar dia jangan berantem. Hiii.......takut aku kalau anak gantengku lecet. Tapi.........rupanya aku salah. Anakku jadi ngalahan, terkesan 'dijajah' sama teman-temannya. Untungnya aku menyadari itu saat dia masih usia balita. Aku ganti strategiku, "Sayang mama jangan nakal. Tapi kalau ada yang nakalin.......balas saja!" Gubraaaggggg...... Hihihi....... sebel aku sama anak-anak nakal itu. Dan itu sukses. Anakku tidak lagi dijahati teman-temannya. Horeeeee!!!

Nah, anak kedua dst strategi dilanjut donk. Kan sukses? 
Lalu ada kejadian saat berlian ganteng keduaku TK, aku mendapatkan panggilan dari kepala sekolahnya karena anakku melukai anak lain. Duuuuhh..........dag dig dug setengah mati aku mendengarnya. Jangan-jangan itu kesalahanku karena menerapkan strategiku itu. Lha anak keduaku emang gak seperti masnya yang kalem. Yang ini ekspresif. Bat bet bat bet! Apa yang dia lakukan? Batinku gak karuan.

Setelah aku tahu duduk permasalahannya, ternyata berlianku tidak salah. Dia hanya 'membalas' seperti yang aku ajarkan. Hehehe......... Suer!! Anak itu ternyata sudah berkali-kali nakalin anakku dan sudah diberi peringatan. Ya karena masih saja usil mana mungkin kan anakku diam terus? Nanti dikira takut atau lemah dan terus dijahati. Luka? Cuma kegores meja karena rupanya tonjokan berlian gantengku membuatnya terjajar dan jatuh menyerempet meja di kelasnya. Tapi teteplah anak-anak harus saling minta maaf, aku obati anak itu (cuma perlu obat luka juga), dan anakku tetep ditegur. Masalah selesai!!

Suatu hari.............

"Gimana perasaan Mama kalau anaknya dimarahi orang setiap hari?" berlian gantengku itu tiba-tiba bertanya padaku sepulang sekolah. 
"Siapa yang berani marahi anak mama?" tanyaku lembut namun kupingku panas mendengarnya.
"Kan di sekolah ada bapak-bapak yang setiap hari nungguin anaknya ma. Dia tiap hari marahi aku gara-gara aku berantem waktu itu." Jelasnya polos.
"Emang dia ayahnya anak yang luka itu?" tanyaku menahan geram, tapi aku harus memasang muka lembut penuh kasih ke berlianku kan.......susah bo!
"Bukan!" tegas anakku.
"Biar saja. Gak usah direken. Sayang mama sudah selesai masalahnya kok. Lain kali kalo balas usahakan jangan sampai luka ya, tapi emang harus bikin kapok sih. Besok kasih tahu mama orangnya yang mana. Biar mama tahu aja sih." hiburku. Aku gak kasih tahu berlianku kalau aku mau buat 'perhitungan'. Enak aja dia marahin anakku? Belum tahu dia siapa emaknya. Sungut keluar kalau berliannya diganggu! Huh!!!

Besoknya................
Aku anter sendiri berlianku. Sengaja jauh dari gerbang sudah kulepas setelah tahu yang mana orang gak mutu itu. Dari jauh kuperhatiin, beneran! Gila! Dia samperin anakku dan entah bilang apa dia. Untung anakku gak nengok minta pertolongan ke aku meski tahu aku ada. Dasar berlian! Jagoan dia.

Setelah semua anak masuk kelas dan sekolah sepi pengantar, memang bener tuh bapak masih duduk di sana. Di luar sekolah sih. Kusamperin dia. Eng ing eng.........harusnya pas aku jalan ada back soundnya ya. Hehehe..................

"Bapak yang setiap hari marahi anak saya?" to the poin aja aku.
"Iya. Anak ibu nakal sekali sih." kurang ajar banget dia berani ngelabelin anakku.
"Memangnya apa yang dilakukan anak saya Pak?" tanyaku berusaha sopan meski geramnya minta ampun.
"Kan waktu itu ngelukain temannya." dasar pengecuuuuut *batinku*
"Jadi hanya karena kejadian sekali itu bapak merasa berhak memarahi anak saya setiap hari? Lagian apa urusannya ya toh dia juga bukan anak bapak. Gini aja pak. saya males berpanjang kata karena kalau saya lihat percuma bicara dengan bapak. Gak akan nyampai. Kalau bapak mau cari musuh, jangan sama anak kecil deh. Apalagi anak saya. Ok, bapak berani di mana? Lapangan mana? Kalau berani lawan ibunya aja. Dikira karena saya perempuan takut berantem? Mau tahu sabuk apa yang saya punya?" tantangku kelewatan saking aku sudah bener-bener marah sama orang gak tahu diri itu. Padahal aku punya banyak sabuk di rumah. Warna? Ya tergantung moodku mau pakai apa. Kalau ayahnya anak-anakku emang pendekar, juga berlian-berlian gantengku. Semua punya keahlian beladiri sesuai minat masing-masing. Aku? Ngecap doank!

Di luar dugaan dia ngepeeer......minta maaf dan berjanji gak akan mengulangi perbuatannya lagi pada berlianku. Ahay...... dengan gagah penuh kemenangan kutinggalkan arena. Dan sejak itu memang anakku aman tenteram damai. Dan si bapak itu sopaaaaaan banget setiap ketemu aku. Apalagi ketemu pacarku. Mengkeret deh. Hahaha.....kali dia pikir kalau istrinya aja jagoan pasti suaminya suhu. *emang!*

Kisah itu kami pendam hanya di rumah. Eh......kok suatu hari berlianku cerita ke neneknya. Duuuh.....aku dag dig dug takut imejku, keanggunanku, keindahan perilakuku yang selama ini kujaga ketat di depan mama mertuaku akan runtuh. Hahaha....... aku tunggu reaksi mama karena gak mungkin lagi berlianku kucegah.

"Kenapa gak cerita ke nenek? Siapa itu orangnya? Biar nenek yang beresin dia. Gak tahu apa siapa neneknya. Gua libas juga tuh orang!" 

Gubbrraaaaaggggg........ternyata mama lebih reman menanggapinya. Hahaha..........untung berlianku cerita setelah bertahun kemudian. Kasihan kan tuh bapak kalau sampai ditantangin nenek-nenek? Menang ora kondhang, kalah.........ya wiranglah! (menang gak ngetops, kalah malu2in, red)

Sampai sekarang, meski mereka gak pernah berantem sesama kakak adik, tapi mereka disegani teman-temannya. Karena sebenarnya sih pesan tersiratku yang Alhamdulillah mereka tangkap adalah; "Berkelahi itu tidak baik, tapi kalau terpaksa berkelahi..........harus menang."

Tidak ada komentar: