Sebelum libur Natal, hampir semua sekolah membagi rapot. Demikian juga sekolah berlian-berlianku. Ahay............bagaimanakah
hasilnya? Baguskah nilai-nilai mereka? Ranking berapakah mereka? Itu
pertanyaan klasik yang rutin ditanyakan orang kepadaku atau kepada
anak2ku itu sejak dulu. Guru yang sudah tahu bagaimana aku maka mereka
tidak akan kaget dengan reaksiku jika mereka menyampaikan 'jelek'nya
nilai di rapot berlianku. Tapi yang baru tahu? Pada tepuk jidat.
"Ibu,
anak ibu nilainya sangat kurang. Hampir paling rendah di sekolah ini."
demikian laporan seorang guru berlianku tahun lalu karena hasil TO pertama anakku
jeblog!
"Alhamdulillah
Ibu, terima kasih. Insya Allah akan diperbaiki. Toh ini baru TO
pertama. Mungkin dia masih adaptasi saja. Maklum tempat baru, teman
baru, suasana baru." jawabku kalem tanpa kekhawatiran sama sekali.
"Ibu ini bagaimana sih? Nilai anaknya jelek kok malah Alhamdulillah." gurunya sedikit emosi melihat ketenanganku.
"Ya Alhamdulillah Pak, berarti dia bisa belajar dari situ, karena jelek ya jadi tidak bisa sombong, mengerti kekurangannya. Nanti juga baik kalau dia latihan."
"Bu, Ibu sadar nggak sih kalau ini sudah hampir ujian akhir? Apa Ibu tidak takut anaknya tidak lulus?"
"Iya
Pak, Bu, justru karena saya tahu ini 'hampir' ujian akhir maka saya
tenang. Kan masih ada kesempatan. Masih hampir. Bapak Ibu tenang saja,
saya akan bantu anak saya latihan soal. Insya Allah saya sudah tahu
tipe soalnya dari latihan (TO) kemarin." aku masih nyebelin.
Ya
sudah. Aku latihan soal bersama berlian gantengku si peraih nilai 1 (terendah) di
TO pertamanya. Aku sama sekali tidak marah padanya. Aku tahu potensinya, aku tahu permasalahannya. Kami cukup latihan
sehari sejam saja. Latihannya juga santai. Aku berikan cara menjawab
soal dengan mudah, trik-trik jika lupa rumus, bahkan jika sama sekali
tidak tahu jawabannya. Karena aku yakin dia mengerti hanya tidak biasa berlatih soal. Dia hanya belajar materi, jarang membahas soal, n gak bimbel yg biasanya isinya latihan soal. Mamanya bisa
tembus ujian masuk STAN mengalahkan ribuan pesaing hebat, masa sih
anaknya gak bisa ngerjain soal? *kumat narcistnya*.
Dan.....................Alhamdulillahirrabil'alamiin............nilai UN dia not bad at all. Yah, rata2nya 9. Denger2 kata rumput yg bergoyang sih tertinggi. Ehemmm......
Lalu setiap terima rapot? Aku juga gak terlalu peduli dg nilai, ranking, tapi aku malah bertanya bagaimana sikap anakku di sekolah, bagaimana shalatnya, dsb. Ya kalo di rumah aku tahu gimana. Di sekolah? Aku kan gak mbuntuti mereka terus.
Pernah berlian gantengku nangis sedih gara2 ada guru yang ketemu dia mengatakan;"O...ini ya anak dari ibu yg gak peduli pendidikan anaknya."
OMG.......aku tanya; "Menurut sayang mama bagaimana? Apakah mama gak peduli pendidikan seperti kata guru itu?"
Sambil berlinang airmata dia jawab; "Menurutku mama itu orang yang paling peduli dan paham pendidikan. Jangankan aku anaknya, anak orang lain aja mama peduliin."
"Ya sudah, bagi mama pendapat anak mama jauh lebih penting dibanding pendapat guru manapun. Gakpapa kok mama dibilang seperti itu oleh orang lain. Kalo anak mama yg bilang begitu, baru mama peduli dan introspeksi diri. Jangan sedih karena hal itu ya ganteng." aku memeluknya haru dan bangga..............sedikit GeEr. Hehehe........................
Terima rapot kemarin? Ahay............semua berlianku nilainya klipuk! Parah......sangat di luar (jauh lebih rendah dari) kemampuannya. Sampai rumah aku perlihatkan kepada mereka.
"Bagaimana menurut mas?" aku tanya satu persatu supaya mereka tidak malu dan turun integritasnya di depan saudaranya. Haduh.....sok amat!
"Aku nyeseeeellll sekali. Ini cuma gara-gara aku gak ikuti kata mama." kata yg besar.
"Itu karena aku gak mau latihan soal dan belajar sama mama." kata si kecil ganteng. "Masih bisa ngejar nggak ya ma? Aku mau beasiswa MOE kayak mas dulu."
"Ok, nilai rapot mau atau tidak, suka atau tidak akan tercetak selamanya di situ. Nikmati aja ya.........." kataku.
"Mamaaa.....................jangan gitu donk, aku makin nyeseeeeeeellllllllllllllllll........................"
Hahaha...........emang itu tujuanku. Semoga karena nyesel maka semester depan mereka memperbaiki kesalahan mereka. Bukan supaya nilainya bagus, tetapi agar mereka tidak lalai dan beribadah lebih baik. Salah satu ibadah mereka adalah mensyukuri anugerah Allah, otak cerdas mereka dengan mengoptimalkan manfaatnya.
Apakah lalu selama liburan mereka belajar? Ya tentu saja...................TIDAK!!
2 komentar:
Setuju banget.. dari kegagalan kita bisa belajar lebih. seharusnya seperti itu memang proses mendidik anak mbak. hmm jadi ingat mama.
Salam buat berlian-berlianmu mbak ^^
Makasih, insya Allah salam disampaikan.
Posting Komentar