Halaman

Sabtu, 24 Desember 2011

Hari Ini, Sekian Tahun Lalu

24 Desember adalah hari ulang tahun ibuku, sekaligus hari kembalinya beliau ke haribaan Illahi Robi, dzat yang sangat mengasihinya.

Hari ini, saat ini, aku hanya mampu menulis diantara deraian airmataku. Aku ingat ibuku almarhumah. Aku kangen, aku rindu, tapi aku tidak lagi bisa menemuinya, memeluknya, mohon ampunan atas kenakalanku, mbangkangku, ngeyelku, nyebelinya aku, keras kepalanya aku. Tujuhpuluh tahun usianya kala beliau pulang, sudah 33 tahun aku bersamanya, namun hanya beberapa kali aku mengingat ulangtahunnya, memberinya sebentuk hadiah tidak berharga. Andai waktu bisa kuulang, ingin aku kembali ke masa itu.

Ibu, aku selalu teringat bagaimana ibu bangun sebelum subuh lalu membangunkanku karena aku ingin meneliti garengpung, binatang yang selalu ribut bersuara di pagi buta dan menjelang senja. Suara yang membuatku sebel dan marah, sehingga akupun menyelidikinya. Usiaku mungkin belum sepuluh tahun.

Ibuku yang heran mengapa aku tidak percaya begitu saja saat beliau mengajarriku membasuh bekas jilatan anjing pada kakiku dengan tujuh kali guyuran air dan salah satunya harus berpasir atau berdebu. Kembali aku ngeyel untuk merayu agar guru lab ku mengijinkanku meneliti mengapakah harus begitu.

Lalu bagaimana ibu marah namun tetap merawat dengan sabar melihat kulitku menjadi hitam legam terbakar matahari karena aku mencari ilalang liar di sawah jauh dari rumah di saat panas terik. Aku ingin tahu apakah tanaman itu tumbuh tanpa ada maksud sama sekali? Bisakah itu dibuat jelly?

Hallah............ibu, maafkan aku karena kesabaranmu mengikuti keingintahuanku tidak aku balas dengan membuatmu bangga dengan mengikuti segala keinginanmu.

24 Desember di masa kecilku adalah salah satu hari yang menyenangkanku. Aku, kakak-kakak dan adikku selalu menyambut hari raya agama Nasrani, Natal. Kami bersama sepupu yang beragama Nasrani akan bergembira ria membuat kue-kue, menunggu baju baru atau mainan dari Oom dan tanteku yang beragama Nasrani, juga bermain organ dengan lagu malam kudusnya, dan memasang lampu-lampu di pohon natal di rumah mereka. Kami cekikak cekikik bersama tanpa peduli itu hari raya agama siapa. Demikian juga jika hari raya Idul Fitri, kami bergembira bersama, membuat kue, menunggu baju baru, makan bersama, keliling bersama, memenuhi kantong kami dengan uang dan kue-kue hasil jarahan dari kerabat yang kami kunjungi. Aku juga teringat bagaimana kami bersukaria menyambut kepulangan Oomku yang selesai menempuh masternya di negeri paman Sam membawa oleh2 video rekaman suasana natal di sana.

24 Desember juga hari dimana aku mengalami kesedihan luar biasa karena kepulangan ibuku tercinta ke haribaanNya. Lalu disusul bapak yang tidak betah jika harus lama-lama mengarungi dunia ini tanpa cinta sejatinya, tanpa bidadarinya, tanpa ibuku. Bapak segera menyusul ibu, mengembuskan nafas terakhirnya di tempat istimewa pilihanNya.

Hari ini, saat ini, silih berganti kesedihan dan kenangan indah berseliweran di benakku. Diantara derai airmataku. Kangen rasanya dengan mereka berdua, dengan masa kecilku, dengan segala kenangan indahku. Aku hanya mampu menghirup kerinduan yang menyesakkan dadaku......

Selamat merayakan hari yang penuh kedamaian, hari Natal bagi teman-teman dan saudara-saudaraku yang merayakannya.

2 komentar:

Esti Maryanti mengatakan...

Ibu memang luar biasa...

Doa tulus untuk ibu anda ^_^

Unknown mengatakan...

Mb Esti Maryanti, terimakasih do'a tulusnya.

Iya, Ibu selalu luar biasa.