Seminggu ini Vaniaku bertingkah aneh. Ya, aneh bin ajaib! Tidak biasanya dia begitu.
Princessku yang biasanya manis, bijak, pinter, cantik, shalihah. Eeee......... tiba-tiba berubah menjengkelkan. Rewelan, pemarah, ngambekan, nakal, main pukul, mana sering keluar kata-kata yang tidak pantas, kasar, juga penggendongan. Sediiiiih.................
Jika tidak setuju, tidak suka, dia akan marah, nangis, dan mengeluarkan kata-kata kasar. He he he.......... bagiku sih itu kasar meski banyak dipakai anak-anak lain. Tapiii......... aku tidak suka mulut manis Princessku dikotori oleh kata-kata tidak pantas itu. Aku juga bukan anti kata-kata "gaul" lho! Sekiranya masih pantas, maka kata-kata gaul bukanlah hal terlarang bagi berlianku. Malah aku sering ngeblend dengan ikut menggunakan kata-kata gaul mereka.
Aku biasa mengajarkan kesantunan termasuk dalam bertutur dan memilih kata-kata. Aku tidak mau hal yang biasa lalu selalu dianggap benar. Aku lebih suka membiasakan yang benar dan bukan membenarkan yang biasa.
Terus........... sedikit-sedikit dia minta gendong?! Padahal dia tuh bukan penggendongan. Mana minta gendongnya norak banget! Ha ha ha......... Masa sampai sambil nangis bergulingan di lantai. Nggak peduli lantai di tempat umum yang meski kelihatannya bersih, tetapi sebenarnya kotor. Biasanya dia kan jijikan. Aneh kan?????
Belum lagi nangis yang dia kedepankan untuk setiap permasalahan. Meraung-raung pula! Berusaha menarik perhatian orang lain, selain dari aku dan Papanya. Padahal, biasanya dia tuh berbicara baik-baik terlebih dahulu, mendebat, dan jarang sekali menangis tanpa sebab jelas.
Hhhhhhhhhhhh..................... bener-bener menjengkelkan! Mana semua itu dia lakukan di depan umum, di depan orang lain, caper banget. Yang akhirnya aku atau Papanya mengalah dikarenakan tidak mau jika sampai tingkah menjengkelkan Vania ini mengganggu orang lain. Sebel kan???
Puncak kekesalanku, saat dia bergulingan di lantai sebuah kantor, saat pergi bersamaku. Padahal, biasanya dia manis banget jika aku ajak ke mana-mana. Bahkan jika aku harus meeting, dia tahu harus bagaimana. He he he........... maklum, sudah ikut ke mana-mana sejak usia tiga bulan.
Karena sudah menarik perhatian begitu banyak orang, dan aku juga sudah sangat jengkel dengan tingkahnya, maka aku segera gendong dia, aku ajak masuk ke mobil, dia duduk di carseatnya, lalu..............
"Adek sebenarnya ada apa sih cintaaaaa?"
"Adek mau gendong TAHUUUUUU..............."
"Mama sediiiih banget kalau Adek seperti ini."
"Ke mana Princess cantik Mama? Ke mana anak shalihah pinter Mama? Di mana mulut santun Mama? Kok jadi jelek begini? Ayo cerita sama Mama. Adek tahu kan, Mama cintaaaaa banget sama Adek. Tapi Mama nggak suka Adek bertingkah laku, berbicara, dan berlagak sejelek ini. Mama sedih kalau anaknya menjadi anak yang kasar."
Dia hanya diam, duduk membelakangiku, lalu.......... bobok!
Ok. Aku nyopir sambil tetep berbicara. Aku tahu dia belum bobok beneran, hanya pura-pura. Dia sedang males menanggapi omonganku karena dia tahu kalau aku bener. Saat seperti itu biasanya sangat PAS untukku memberi masukan ke dia. Dengan sangat lembut dan penuh cinta tentu saja. Jika membuka front........... malahan akan menyulut kemarahan dan sikap melawannya.
Sampai rumah.......... dia sudah bobok beneran. Ya sudah, aku angkat dia, pindahin ke kamar, cium dikit kening cerdasnya itu, meski sedang ngeselin, tinggalin aja. Sweet dream my Princess.
Bangun tidur.............
"Mama, Adek kan pengen seperti ......... (dia sebut nama teman sebayanya). Dia nangis kalau minta suatu (sesuatu maksudnya), suka minta gendong, trus nangisnya tiduran di lantai pakai tengkurep telentang." Kayaknya neneknya suka deh Ma, dia seperti itu. Papa juga suka. Kan Papa juga nggak marah kalau dia gitu. Papa malah senyum........ "Kenapa sih sayaaang.................." gitu katana Papa ke dia.
"Mengapa Adek harus seperti dia? Adek kan bukan dia. Adek jauuuh lebih bagus dari dia. Mama, Papa, dan Mas-Mas, cintaaa banget sama Adek apa adanya, bukan sama Adek yang bersikap seperti anak lain. Jelek lagi sikapnya itu. Papa mungkin nggak tahu kalau teman Adek itu sikapnya selalu jelek gitu. Papa pikir ada yang salah, makanya ditanya. Mama yakiiiin banget kalau Papa sangaaaat lebih cinta Adek yang biasanya.
Mama pengen Adek kembali menjadi Adek yang dulu. Adek yang santun, yang shalihah, yang.........." Eeeeh.........dia langsung nyamber ucapanku dengan kata-kata yang sudah dia hafal, berbagai julukan baginya jika dia bersikap manis;
"Pinter, hebat, nggak nangisan, nggak gendongan. Iya kan Ma."
"Iya, betul banget! Itu baru anak Mama yang hebat!"
"Mamaaa......... ini Adek...... ini Vania............ ini Princess Mama! Bukan anak lain ya Maaa.........."
"Pasti donk cinta Mama. Sini Mama pengen peluk eraaaat banget anak Mama sudah kembali. Selamat datang pujaan."
Lalu dia berlari ke pelukanku. Hm...........indahnyaaa....... Princessku kembali!
Yah, anak-anak terkadang meniru apa yang dia dengar, dia lihat, dan dia temui. Dia pikir itu sikap yang baik, terbukti ampuh dilakukan sebayanya tadi untuk mendapatkan keinginannya dari orang dewasa di sekitarnya. Sementara, kami tidak akan memberikan tuntutan Vania jika caranya seperti itu. Dia harus ngomong dengan baik, santun, dan bukan kasar. Makanya dia bingung!
Oleh karena itu kita mesti memberi contoh yang baik, memberi lingkungan yang baik, dan tak lupa mengembalikan dia, meluruskan dia, jika dia melenceng. Mendengar dia, alasannya, aspirasinya (cieeee..... kayak janji caleg ya?), jangan langsung menghakimi, jangan langsung memarahi, yang membuatnya makin tidak mengerti dan semakin marah.
Alhamdulillah mungkin karena biasa aku ajak bicara sejak masih di dalam kandungan, berlian-berlianku menjadi lebih mudah pula diajak bicara jika ada masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar