Halaman

Senin, 11 Maret 2013

Dokter Juga Manusia

Saat transit di Singapore, aku bertemu beberapa orang Indonesia yang juga akan satu pesawat denganku ke Jakarta. Waktu transit yang agak lama (beberapa jam), capek yang teramat, mungkin juga beda waktu dan perubahan suhu udara yang tiba2 membuatku merasakan ngantuk berat sementara tidak ada kesempatan untuk memejamkan mataku barang sejenak. Untuk mengatasi rasa kantuk hebat yang menyerangku, umat ngobrol dengan mereka. Rupanya mereka rutin ke Singapore untuk berobat. Alasan mereka bukan karena mereka kaya raya, sombong, atau gaya, tetapi mereka punya pengalaman yg kurang nyaman berobat di negeri tercinta. Tidak hanya masalah pelayanan, ketepatan diagnosis dan pengobatan, namun juga masalah BIAYA! What?? Ternyata pengalaman mereka bahkan masih murahan berobat ke tetangga dibanding di sini. OMG!!??? Really?? Ciyus?? Enelan? *kumat...abaikan*

Aku jadi teringat pengalamanku sendiri

Beberapa tahun lalu. Saat itu pacarku tercinta tengah malam mengeluh sakit perut yang sangat. Malam itu juga kubawa dia ke RS terdekat. Aku mengemudi mobil sangaat pelan karena goncangan kecil saja membuatnya menjerit kesakitan layaknya saat aku sakit perut karena mau melahirkan. Paniklah aku tentunya. Sakit apa gerangan cintaku itu? Meski perutnya lumayan ehem....tapi gak mungkinlah mau melahirkan kek aku. Ya to?Hehehe.......love u cyn.....

Sendirian membelah malam tak peduli dan gak mikir apapun selain dia segera mendapatkan pertolongan dari ahlinya. Dokter!! Setelah masuk UGD, cek sana sini, atasi sakitnya dg pengobatan darurat, observasi singkat, lalu diputuskan untuk rawat inap. Dan aku pulang karena ada adikku yg dokter untuk menjaganya dan aku harus ngurusi anak2 di rumah serta nyiapin biaya yang mungkin akan diperlukan segera. Setelah dilakukan berbagai observasi secara lebih detail, maka didiagnosa terjadi infeksi usus buntu (apendisitis) dan harus segera dioperasi. Akupun diminta mengurus segala keperluan pra operasi pagi hari saat aku sudah sampai RS lagi.

“Ibu silahkan ke kantor untuk mengurus surat kesediaan untuk dilakukan operasi.”

“Kenapa suami saya harus dioperasi?”

“Terjadi infeksi usus buntu, Bu.”

“Ok, mana buktinya?”

“Maksud Ibu?”

“Ya bukti kalau memang usus buntunya harus diambil.”

“Dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan lain lain menunjukkan hal itu. Adik ibu yang dokter juga sudah kami libatkan dalam pemeriksaan dan pengambilan keputusan ini.” Tim dokter berargue denganku yg awam medis tapi ngeyel. Padahal mereka sudah melibatkan adikku yg juga dokter dan kepala UGD di RS lain. Dan adikku sudah sepakat dg mereka. Lha kok aku berani2nya gak setuju, ngeyel, sotoy?!! Dasar Dewi!

“Saya tidak akan tanda tangan persetujuan operasi kalau saya belum melihat bukti kuat yang meyakinkan saya (foto/USG/lainnya) bahwa perlu dilakukan operasi. Tapi, saya juga tidak mau sampai terlambat kalau memang perlu dilakukan operasi.”

"!!!!!!!!!!!????????? Berarti harus banyak lagi dilakukan tes, Ibu.”

“Ya lakukan segera, kenapa malah ngajak saya berdebat. Saya buta masalah ini. Jangan buang waktu lagi, kasihan suami saya. Tapi tolong ya Dok, jangan juga dilakukan test yang tidak seharusnya.” Hihihi.......intimidasi juga dikit, lha soale pernah denger temen dilakukan berbagai tes yg ga jelas buat apa di sebuah RS mahal di antah berantah sana.

“Tapi Ibu, biayanya sangat mahal.”

“Dok, uang urusan saya, saya akan mencari, dengan berbagai cara saya untuk mendapatkan uangnya. Itu tugas saya sepenuhnya. Tugas dokter mengupayakan kesembuhan suami saya dengan baik. Apa dokter mau dan sanggup mengembalikan luka perut suami saya seperti semula karena dioperasi jika sebenarnya operasi itu tidak perlu dilakukan?” Tantangku ngasal. Blo'on tp byk omong! Dasar Dewi!

Ya ampuuuun....maafkan aku ya dokter2 yg baik......itu kulakukan demi cintaku pada pacarku itu, ayah anak2ku, sekaligus aku gak mau emosi main setuju saja karena kan dokter  Bisa aja salah dan lupa. Sebagai keluarga pasien aku merasa wajib mengingatkan dengan kengeyelanku dan pasti nyebelin. Maaaf........hehehe.......

“Baik, kami segera lakukan tes-tes yang diperlukan.” Segera mereka menyebar memberi instruksi ke suster2 yang lalu membawa pacarku tercinta pindah2 ruang sini situ untuk menjalani pemeriksaan. Bahkan perlu pindah RS sejenak jika peralatan kurang mendukung. Aku pun ikut lari2 dan nguing2 naik ambulance jika harus ke RS lain sambil menghibur si ganteng yang kesakitan. Duuuhh......kasihan sih sebenarnya dia didorong sana sini, periksa ini itu. Tapi gimana lagi kan? Aku gak mau salah langkah.

Hasil observasi menyeluruh itu, ternyata pacarku yg ganteng itu usus buntunya baik-baik saja (Tuuuuh.... kaaan......) Hanya, ada batu keciil..... di saluran ureter yang menyumbat air seni yang menyebabkan rasa sakit luar biasa yg gejala klinisnya mirip peradangan usus buntu.

Kali ini, sebelum diambil tindakan, dokter spesialis urologi menjelaskan panjang lebar kepadaku tentang penyakit ini serta semua alternatif penanganannya untuk kupilih. Bahkan pakai slide dan berbagai contoh gambar hasil rontgen. Aku juga diajak ke ruangan khususnya untuk menjelaskan lebih detail. Aku juga diberi kebebasan menentukan berbagai alternatif penanganan, setelah dijelaskan juga secara detail. 😳 Tentu saja aku memilih yg paling minim resikonya, hihihi......yg gak usah dioperasi!

“Nah, Ibu sekarang bisa bilang ke adik Ibu yang dokter umum, bahwa Ibu sekarang sudah dokter spesialis. Karena materi yang saya jelaskan ke Ibu tadi adalah materi spesialis urologi yang biasa saya berikan ke mahasiswa spesialis saya. Suami Ibu sangat beruntung terlepas dari kesalahan diagnosa. Namun, kesalahan ini bukan malpraktek Bu, karena memang tanpa pemeriksaan yang sejeli yang Ibu minta, semua mengarah ke peradangan usus buntu. Adik Ibu sendiri saksinya kan. Biasanya keluarga pasien keberatan jika harus tes ini itu bu. Terutama biayanya.”

“Ok. Terimakasih byk Dok, saya ngerti kok, dan maaf kalau saya cerewet dan sok tahu. Saya juga keberatan biayanya kalau untuk pemeriksaan yang tidak seharusnya sih Dok.” weew........payah si Dewi mah......

Sebenarnya aku malu banget sudah sotoy bin sok kaya gt. Tapi pigimana lagi kan? Aku gak rela perut pacarku yg agak ehem itu dirobek padahal belum tentu perlu. Yah kalo masalah uang aku tinggal minta padaNya. Kalo emang perlu, PASTI Dia kasih entah gimana caranya. Jadi aku bukan merasa sok kaya tapi aku punya bekingan yg Maha Kaya. Apa sih susahnya minta?

Ternyata sebagai pasien (& keluarganya), kita harus ikut serta membantu dokter yang kadang salah, lupa, lalai, demi kepentingan kita sendiri juga (kan dokter juga manusia!). Tapi kan.......namanya orang tercinta sakit kan kitanya sering gabisa berpikir jernih ya? Emosi gitu kaaaaan....... Piye jal?! Karena pengalaman teman lain, malah dilakukan test macam2 yg muahaaal padahal ternyata gak ada apa2 yg berkaitan dg tes itu! Apa memang institusi kesehatan kita kurang bisa diandalkan? Harusnya sih tidak ya? Kan 'katanya' sdh super canggih, sdm nya? Jenius2? Entahlah.......

Lalu Apa hubungannya dg berobat di Singapore? Ga ada sih...... hahaha....... .gak sampai kubawa dia ke Singapore. Tapi dengar cerita ibu2 di airport waktu itu.......jadi kepikiran gak?? Lebih murah? Hihihi.....dasar emak2 ngirit gw! Denger kata murah, pelayanan ok, langsung deh tuing tuing gaje. Meski aku sebenere lebih suka kalo Indonesialah yg kek gitu, jd rujukan negara lain yg mau berobat. Karena Indonesia kaya raya tanaman obat dan sdm dasyat!

Nah!! Ini nih yg harusnya jd bahan studi banding para pengambil keputusan. Gimana bisa penanganan tepat, pelayanan ok, tapi muraaaahhhh!!! Bukan malah studband nya yg gak gak aja, gaje, mana tanpa ada laporan lagi ke bosnya........ Ke rakyat! Hehehe.........sotoy nya kumat!!! Maaf.

Semoga ke depan pelayanan kesehatan kita makin ok. Tdk peduli apakah itu ke masyarakat miskin, kaya, pejabat, ataupun rakyat jelata, semua mendapat pelayanan yang semestinya. Penanganan segera! Dan sesuai kondisinya! Murah pula!!!? Jangan juga mengada2 tes ini itu yg ga ada gunanya, pun mahal!!

Wassalamu'alaikum, selamat maksi bagi yg gak puasa. Selamat puasa bagi yg puasa.

Salam sehat,

Dewi sta'87
Jangan membenarkan yang biasa, tetapi biasakan yang benar!

http://mama-ibuindonesia.blogspot.com
http://www.berlianbangsa.com

Tidak ada komentar: