Kita semua tentu sudah tahu arti kata resiko. Kita pun sering
menggunakan kata ini dalam berbagai kesempatan dan keadaan. Jika orang
ingin mengatakan tentang konsekuensi atas sesuatu perbuatan sudah
menjadi hal yang lazim akan terucap kata resiko.
Aku selalu bilang ke mereka; "Jadilah anak yang bersyukur, kalau dikasih badan sehat, lengkap, ganteng, cantik, ya dirawat dengan makan sehat (kalo nyuruh mereka makan), tidur cukup (kalo nyuruh mereka tidur), dijaga kebersihannya (kalo nyuruh mandi), dll. Allah kasih otak cerdas ya dimanfaatkan dengan benar, diisi dengan ilmu yang baik, yang bermanfaat, bukan dipakai buat main game yang merusak (kalo nyuruh mereka selektif memilih game, bacaan, dll). Dikasih Allah ruh ya dijaga dengan rajin shalat, baca Qur'an, banyak do'a, berbuat yang baik.
"Adek kenapa sih? Kan adek sudah tahu kalau gak bakal mama kasih. Kenapa masih coba terus?" bujukku.
'Tapi adek mau mamaaa.......................' teriaknya ngeyel.
'Yaaa...................itu resiko, mama.'
"Kok resiko?"
'Ya iyalah......resiko karena mama jadi orangtua. Repot dan susah posisinya!'
Demikian
juga terhadap berlian-berlianku. Aku mengajarkan tentang sebuah resiko
yang harus dihadapi oleh mereka baik langsung maupun tidak. Mereka sejak
kecil sudah harus tahu akan adanya resiko tanpa membuat mereka takut
berbuat, takut mencoba. Resiko itu biasa. Setiap keputusan, perbuatan,
bahkan kata-kata kita selalu berresiko. Bisa baik atau buruk. Jika
mereka berbuat baik, berkata baik, bersikap baik, tentunya akan
mendapatkan resiko yang baik. Demikian juga sebaliknya. Aku berharap
dengan mengetahui hal ini maka mereka akan pandai memilih dan memilah,
karena semua ada resikonya.
Aku selalu bilang ke mereka; "Jadilah anak yang bersyukur, kalau dikasih badan sehat, lengkap, ganteng, cantik, ya dirawat dengan makan sehat (kalo nyuruh mereka makan), tidur cukup (kalo nyuruh mereka tidur), dijaga kebersihannya (kalo nyuruh mandi), dll. Allah kasih otak cerdas ya dimanfaatkan dengan benar, diisi dengan ilmu yang baik, yang bermanfaat, bukan dipakai buat main game yang merusak (kalo nyuruh mereka selektif memilih game, bacaan, dll). Dikasih Allah ruh ya dijaga dengan rajin shalat, baca Qur'an, banyak do'a, berbuat yang baik.
Hehehe......pokoke
gitu deh. Nah, jika mereka bersyukur, maka mereka menjadi makin pinter,
makin ganteng, makin cantik, itu semua hanyalah sebuah resiko karena
kita mensyukuri anugerahNya. Ya maaf aja mereka bahkan tidak bisa nolak
resiko indah itu seperti juga jika yang dilakukan hal buruk maka resiko yang
diperoleh juga buruk. Jadi.......sama sekali aku tidak pernah
mengajarkan kepada mereka untuk meraih nilai akademis tinggi, menjadi
juara, dsb karena memang itu hanyalah sebuah resiko, bukan tujuan. Dan
mereka gak bisa nolak sebuah nilai akademis tinggi jika mereka sudah
menjadi anak yang mensyukuri anugerah otak cerdas dariNya.
Suatu
hari si cantikku ngeselin banget. Adaaa aja yg membuat dia rewel. Ya
namanya juga anak-anak, tidak selalu manis dan menyenangkan. Kadang
nyebelin juga. Hahaha........tapi sesebel apapun ya tetep aja aku
peluk-peluk penuh cinta. Karena bagiku berlian2ku selalu lucu dan membuatku termehek2 jatuh cinta pada mereka setiap saat, bahkan
saat mereka ngeselin. Hehe.... Ternyata dia ingin sesuatu yang dia tahu tidak
akan aku kabulkan, makanya rewel karena menyadari bakalan susah bahkan kemungkinan besar banget
tidak akan aku berikan.
"Adek kenapa sih? Kan adek sudah tahu kalau gak bakal mama kasih. Kenapa masih coba terus?" bujukku.
'Tapi adek mau mamaaa.......................' teriaknya ngeyel.
"Kalau
adek begini, mama jadi repot, mama tidak memberi karena cinta, tapi
karena cinta juga mama gak tega lihat adek seperti ini, meski mama tahu ini memang cara adek maksa mama. Jangan nyusahin
posisi mama donk sayang...."
'Yaaa...................itu resiko, mama.'
"Kok resiko?"
'Ya iyalah......resiko karena mama jadi orangtua. Repot dan susah posisinya!'
GUBRAAAAAGGGG..........................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar